Aku menikah dengan laki-laki yang
aku cintai, tiba-tiba suamiku menikah dengan wanita lain, sehingga membuatku
putus asa dan melakukan tindakan yang begitu buruk dengan cara minum-minuman
keras dan mulai melakukan hal-hal yang sangat merugikan diriku,
IBUku, saat itu yang memberikan
dukungan penuh dan menghiburku tidak pernah aku hiraukan, aku betul-betul sakit
hati karena ulah suamiku, keadaan membuat aku menutup diri walaupun itu
terhadap ibuku.. Ibu yang sejak kecil merawatku seorang diri, ibu yang bekerja
keras untuk membiayai kehidupanku seorang diri, karena ayahku semenjak aku
berumur 2 tahun telah pergi dan menikah lagi dengan wanita lain.
Hingga aku pun merasa apa yang
terjadi dengan ibuku dulu, kenapa terjadi pula padaku, nasehat demi nasehat dari
ibuku tidak pernah aku hiraukan.. Hingga aku pun berpikir untuk bekerja keluar
negeri agar aku bisa melupakan masalah yang menimpaku.
Malam keberangkatanku, aku dan
ibuku memasak kepala ayam goreng, kami makan sambil menangis karena kita akan
berpisah. Aku benar-benar tidak menyadari kalau itu malam terakhir aku melihat
wajah ibuku. Keberangkatanku pun terjadi, setelah dua bulan di penampungan
akhirnya aku pun berangkat ke luar negeri yaitu Hongkong. Baru 4 bulan aku
bekerja dan masih dalam potongan gaji, kabar buruk itu aku terima, tepat jam 5
pagi sebuah sms aku terima kalau ibuku telah menutup mata untuk selamanya, ingin
rasanya aku segera pulang, tapi mana mungkin uang sepersenpun aku tak punya dan
masih dalam potongan egent, hanya tangisan penyesalan hingga saat ini yang aku
rasakan, orang tua satu-satunya yang aku miliki telah pergi untuk selamanya
tanpa aku di sampingnya. Begitu menyesal aku, seandainya dulu aku mendengar
nasehat ibuku, agar aku kuat untuk menahan sakit hati mungkin aku masih bisa
menemani hari-hari terakhir ibuku. “Aku menyesal bu, sungguh menyesal.. Takku
hiraukan dirimu hanya demi memikirkan diriku sendiri, tapi kini aku benar-benar
menyesal dan hidup sendiri tanpa dirimu lagi... Semoga kau bahagia ibu, bentar
lagi hari 100 harinya wafatmu, aku janji akan hadir di hari itu. aku pulang bu,
untuk melihatmu, walau kini hanya makammu yang aku lihat. Maaf kan aku IBU…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa tinggalkan pesan, kritik dan sarannya.. Makasih ^_^