|
|
Pagi hari, tatkala sang mentari masih
malu-malu untuk menampakkan cahayanya pada semesta.di depan sebuah rumah
seorang wanita paruh baya sedang menyapu halaman yang di penuhi dedaunan kering
yang berjatuhan dari pohon mangga. Semilir angin pagi menyapa dengan
kehangatannya seiring suara batuknya yang sesekali terdengar.
Tak berapa lama kemudian,seorang gadis berkerudung
memasuki halaman rumah dengan mengendarai sepeda. ia tak lain putri sang ibu
yang baru pulang mengantar kue yang di titipkan di warung.
'' MasyaALLAH, mamak kenapa di luar pake nyapu lagi
kan mamak masih sakit'' kata sang gadis begitu turun dari sepedanya.
''mamak tidak apa-apa Lya, justru mamak akan tambah
pusing jika di kamar terus''
'' iya tapi nanti kalo mamak sakit lagi gimana?
Batuknya mamak belum sembuh, ingat pesan dokter ika mamak harus banyak istirahat,
sudah biar Lya yang menyapu saja '' Lyana mengambil sapu lidi dari tangan
ibunya.
'' kamu ini, sudah seperti Dokter Ika saja Lya,
protes melulu dari tadi ''
'' iya habis mamak nggak mau mendengarkan Lya sih,
padahal semua ini demi kesehatan mamak. Si Dewi kemana lagi bukannya ini
tugasnya'' Lya masih terus menyapu sementara matanya tertuju ke dalam rumah
mencari adiknya.
'' Dewi mamak suruh ke pasar untuk membeli benang''
''Benang untuk apa mak? ''
'' pakaianan bu keuchik belum selesai mamak jahit,
mamak nggak enak sudah seminggu yang lalu di berikan ''
'' tapi mamak masih sakit, nggak boleh menjahit
dulu'' Lyana menyudahi menyapu, kemudian mengikuti mamaknya yang duduk di
bangku di bawah pohon mangga.
Sang ibu menatap Lyana, wajah dan sifatnya
mengingatkannya pada ayah Lyana, lelaki yang sangat di cintainya yang kini
telah meningggalnya untuk selamanya. Dalam hati ia berkata ' Ayah, ALLAH
mengantikan sosokmu dalam hidupku dengan kehadiran Lyana dan sesuai dengan
harapanmu sekarang Lyana sudah mengajar di SD AL SUNNAH tempat ayah mengajar
dulu,Dewi sebentar lagi Lulus SMU, Ilham sesuai dengan wasiatmu tlah ku
titipkan di Ponpes Fatanah'
'' mamak kenapa melamun? '' tanya Lyana
mamak tersenyum menatap Lyana '' mamak sedang
membayangkan seandainya ayahmu sekarang ada disini tentu ia akan sangat bangga
padamu yang sangat perhatian pada keluarga kita, ah... Sudahlah kenapa ibu jadi
sedih gini ya. Lya ayo siap-siap bentar lagi mau ngajar kan? '' mamak hendak
berjalan masuk kerumah.
Lyana memeluknya dari belakang
'' lho kenapa ini? '' tanya ibu murni heran dengan
tingkah putrinya.
'' terima kasih mak, berkat doa dan kerja keras
mamak Lya dan adik-adik bisa hidup dengan baik sekarang Lya sayang mamamk ''
Ibu murni mengganguk pelan, tetesan bening tak
terasa telah membasahi pipinya, tapi ia tak mau Lyana mengetahuinya, maka
segera di hapus. Kemudian di peluk putrinya dengan penuh cinta.
'' mamak juga sayang sama Lya, Dewi dan Ilham. Bahkan
rasa sayang mamak melebihi apapun yang ada di dunia ini ''
Lyana masih memeluk ibunya ketika Dewi adiknya
pulang.
'' wah... Sepertinya ada cerita baru ini. Aku sudah
ketinggalan ya? '' ucap Dewi dengan sapaannya yang khas.
Ibu murni tersenyum, Lyana melepaskan pelukan
ibunya.
'' kamu ini ngagetin saja dewi'' Lyana tersenyum
'' Biasa kak, bakat terpendam. Tapi mamak kenapa
sih pagi-pagi udah ada adegan pelukan sambil nangis-nangis segala? ''
'' Adengan-adengan, memangnya film apa wi '' timpal
bu murni
'' iya, sapa tahu Kak Lyanan dapat tawaran main
film kalee... '' canda Dewi
'' Hus.... Kamu ini suka ngasal kalo bicara. Udah
dapat pesanan mamak? ''
'' Beres mother, ini benangnya'' Dewi menyerahkan
bungkusan kantung plastik pada ibunya.
Lalu mereka masuk kedalam rumah, sementara ibu
menjahit Lyana bersiap berangkat mengajar di SD AL SUNNAH. Dewi juga bersiap
berangkat ke sekolah, saat ini Dewi masih duduk di Kelas 3 SMU.
¤ ¤
¤
Beberapa hari kemudian keadaan bu murni semakin
membaik.
'' Lyana, kamu benar-benar tidak bisa meluangkan
waktu untuk mengikuti pengajian dengan ibu-ibu di masjid jum'at besok?'' tanya
bu murni.
Pagi ini ia menemani Lyana sarapan dengan
pertanyaan yang sama seperti yang di ajukan semalam.
Lyana tersenyum ''kalo jadwal mengajar Lya untuk
besok kosong mak. Tapi Lya sudah janji mau mengantikan bu ani menemani
anak-anak ke Bank''
'' ke Bank? Ada acara apa anak-anak AL SUNNAH ke
bank?'' tanya bu murni lagi dengan sorot mata penuh tanya.
Lyana tersenyum geli melihatnya sambil meneguk teh
hangat ia berkata ''mamak kenapa jadi melotot gitu?''
'' anak-anak kecil di bawa ke bank ya untuk apa?''
Dewi keluar dari kamarnya dengan seragam sekolah
rapi dan jilbab putihnya, menambah keayuan wajah putihnya. Tapi ia tak mau
ketinggalan untuk memberikan komentar atas pertanyaan ibunya.
'' namanya juga Bank mak, orang-orang kesana untuk
menabung. Murid kak Lyana mau di ajarkan cara menabung agar menjadi generasi
yang Rajin menabung gitu ceritanya ''
'' ini anak kebiasaan deh, kalo orang lagi ngomong
ikut nimbrung saja. Ayo sarapan dulu ntar tlat lagi'' tegur bu murni pada Dewi
'' oke mamak, oya kak memangnya bu Ani kemana?''
'' Ibu Ani kemarin sore pulang kemedan karena
mertuanya meninggal'' jelas Lyana
'' Innalilahi wa innalilahi rajiun '' ucap mamak
dan dewi bersamaan.
'' ya sudah Lya berangkat ngajar dulu ya, Dewi mau
bareng kakak?
'' kakak duluan deh, Masih ingin menikmati nasi
goreng masakan mamak ini '' Dewi mengacukan jempolnya pada kakaknya.
Lyana tersenyum melihat tingkah adiknya. Segera ia
pamit menuju sekolah tempatnya mengajar.
¤ ¤ ¤
Lyana mengajar Sekolah Terpadu yayasan AL SUNNAH
SD-SMP-SMU, Lyana mengajar di SD dengan ijazah PGSDnya. Lyana adalah sosok guru
yang ramah dan sangat di cintai oleh murid-muridnya tak jarang ia banyak
mendapatkan apresiasi dari guru-guru lain di Yayasan AL SUNNAH, tapi itu semua
tak pernah membuatnya jadi berbangga hati karena ia justru semakin banyak
belajar tentang dunia pendidikan anak-anak. Baginya menjadi guru adalah sebuah
anugrah terindah dari ALLAH dalam hidupnya. Dan ia mencoba menjalaninya dengan
penuh keihklasan dan rasa tanggung jawab. Baginya dunia anak adalah dunia yang
paling menyenangkan saat bisa selalu bersama mereka, bermain dan belajar.
Lyana sedang memeriksa pekerjaan rumah muridnya
ketika ibu Rosima memanggilnya keluar kepala sekolah. Ia segera menuju ke luar
sekolah
'' Assalamualaikum... '' sapanya saat membuka pintu
'' wa'alaikum salam,silahkan masuk ibu Lyana ''
jawab pak Rifat kepala sekolah.
Lyana segera masuk di ikuti ibu Rosima. Ia melihat
seorang pria berdiri di hadapan pak Rifat
'' Bu Lyana kenalkan ini Bapak Farid, untuk
sementara beliau akan mengantikan Ibu Ani '' ucap pak Rifat panjang lebar
sembari memperkenalkan pria yang berdiri di depannya.
Lyana menoleh sejenak pada pria yang bernama Farid
itu sambil menelungkupkan kedua telapak tangannya di dada, saat matanya
menangkap wajah sosok di hadapannya itu, cess....cess.... Entah kenapa
jantungnya tiba-tiba berdetak kencang, begitu pula dengan Farid ia sangat
mengenal sosok di hadapannya.
'' Cut Lyana Lestari kan? '' tanya Farid
'' Iya '' Lyana menundukkan kepalanya.
'' kalian sudah saling kenal?'' tanya Pak Rifat
'' Lyana ini teman SMP saya pak, teman dari kecil
malah. Cuma sudah hampir 4 tahunan kami tidak bertemu. Iyakan Lyana '' jelas
Farid
Lyana mengganguk '' iya pak ''
'' Subhanallah, tadinya saya baru mau meminta ibu
Lyana memberikan memberikan gambaran tentang sistem pembelajaran di sekolah
kita ini pada Pak Farid, semoga ibu bisa membantunya ''
''InsyaALLAH pak, saya akan mencobanya, ada lagi
pak? ''
'' tidak. Saya rasa itu saja bu. Terima kasih ''
'' baiklah pak. Saya juga ada jam mengajar sepuluh
menit lagi. Saya permisi Assalamu'alaikum.. ''
'' wa'alaikum salam ''
Lyana segera keluar dari ruangan pak Rifat.
Sementara Farid menatap kepergian Lyana dengan
decak kekaguman sampai detik ini dia tidak menyangka Lyana teman kecilnya kini
sudah menjadi seorang guru dan mengajar di tempat ini.
'' Pak Farid ini jadwal mengajar untukmu'' ucap Pak
Rifat
'' iya. Terima kasih pak ''
¤ ¤
¤
langit kian mengelap, kabut hitam mulai
bergelantungan di langit perlahan telah menutupi kumpulan lukisan biru di
angkasa. Sang Bulan mulai memancarkan cahayanya ikuti rangkaian indah gemerlap
bintang-bintang yang membentuk Rasi terindah.
Lyana duduk di teras depan menatap langit yang
indah. Rasa syukur ia panjatkan pada Sang Maha Pencipta yang telah menciptakan
keindahan malam yang tiada duanya di dunia ini. Malam belum begitu larut jadi
ia ingin menikmati indahnya malam. Sementara ibu dan adiknya di dalam rumah.
Lyana teringat akan pertemuannya dengan Farid di
sekolah tadi.
Ternyata sekarang Farid sudah menyelesaikan
pendidikannya di Banda Aceh. Memory Lyana kembali pada masa kecilnya ketika ia
dan sahabat-sahabat kecilnya bermain di bawah pohon rindang di antara jejeran
sawah desanya. Permainan yang sering mereka lakukan adalah Linto ngon Dara baro
yang merupakan sebutan untuk pengantin Aceh. Saat itu Lyana selalu di jadikan
Dara baro (pengantin perempuan) sedangkan Farid dijadikan Linto baro(pengantin
laki-laki) sahabat mereka lainnya : Nurul menjadi ibu Lyana, Umar penghulu, dan
teman-teman lainnya menjadi tamu. Farid kecil pernah berkata pada Lyana ''
Lyana, kalo kita sudah dewasa nanti kita menikah ya ''
'' Iya'' Lyana menjawab dengan polosnya
Lyana tersenyum mengingatnya masa kecil yang
mengembirakan bagi anak-anak di tepi Barat Kepulauan Aceh, walau penuh dengan
kesederhanaan tak pernah takut untuk membuat mereka bermimpi demi masa depan
yang lebih baik.
'' epotalah...... Kakak dari tadi Dewi
panggil-panggil nggak di jawab, rupanya e... rupanya sedang melamun disini''
Dewi yang sudah berdiri di samping Lyana membuyarkan lamunannya.
'' kak. ini HP kakak bunyi dari tadi Kak Nurul yang
telpon ntu angkat dulu sapa tahu penting '' ujar Dewi lagi
'' iya makasih Dewi '' Lyana menerima Hp dari Dewi.
Kemudian mulai berbicara dengan Nurul sahabatnya. Nurul yang juga mengajar di
AL SUNNAH mengajak Lyana ke rumah pamannya di Kuala Teripa minggu depan. Lyana
menyanggupinya sekalian ia ingin menjenguk Ilham di Ponpes.
'' kakak mau ke Ponpes Ilham ya?'' tanya Dewi saat
Lyana menutup telponnya.
Lyana mengganguk pada Dewi yang masih berdiri di
sampingnya. '' sekalian juga mau membayar uang SPP Ilham dek ''
'' udah masuk yukk, kakak ngantuk mau tidur dulu
besok pagi mau nemanin anak-anak ke Bank ''
'' yee... Padahal Dewi mau ikut cerita-cerita tadi
bareng kakak'' Ucap Dewi kecewa
'' udah telat, ceritanya sudah tutup buku. Tadi
kemana aja nong? '' gurau Lyana
'' tadi ngerjain PR dulu lah kak ''
'' besok aja ya dek, kakak bener-bener ngantuk ini
'' Lyana segera masuk ke rumah. Di ikuti Dewi
¤ ¤ ¤
'' Assalamualaikum..... '' sapa Lyana saat memasuki
ruang kelas.
Anak-anak yang tadinya sibuk sendiri tersenyum
melihat kedatangan Lyana dan duduk dengan manis.
'' Wa'alaikum salam bu '' jawab mereka serempak.
'' Bagaiman kabarnya anak-anak ibu hari ini? ''
Lyana melihat keseluruh penjuru ruangan kelas.
'' Alhamdulillah baik bu guru''
'' Alhamdulillah. Sudah siap berangkat ke bank hari
ini? ''
'' sudah bu guru''
seorang gadis kecil kerkerudung mengacukan tangan
ke atas
''Ibu Ifa mau tanya boleh?''
'' tentu saja boleh Ifa, silahkan Ifa mau bertanya
apa?''
'' Ifa sudah bawa celengan buat di simpan di Bank,
tapi kata Zia celengan nggak bisa di simpan di Bank''
Lyana tersenyum mendengarnya '' memangnya Ifa mau
menabungkan semua uang Ifa ya?''
'' iya bu, ''
'' heemmm..... Begini Ifa, Zia dan semuanya uang
yang di celengan kalian biar di simpan di rumah saja ya. Yang di tabung di Bank
uang pemberian orang tua kalian yang sudah ibu kabari melalui surat kemarin.
Apa surat dari ibu sudah di sampaikan pada ayah dan ibu semuanya?''
'' Sudah bu '' jawab semua murid
'' Alhamdulillah, kalo begitu kita bisa berangkat
ke Bank sekarang ya ''
kemudia Lyana segera menyuruh murid-muridnya
bersiap ke Bank.
¤ ¤ ¤
jam Dinding menunjukkan angka 15.30 ketika Bu Murni
baru menyelesaikan jahitannya di ruangan tengah serba guna rumah mereka. Di
katakan ruang tengah serba guna karena di ruang mungil inilah biasanya mereka
menerima tamu dan tempat Bu Murni menjahit di depan jendela ada sebuah mesin
jahit tua dan Bu Murni duduk di depannya, sekali-kali matanya tertuju pada
halaman depan wajahya nampak gelisah. Sementara itu di sudut ruangan Dewi
sedang mengerjakan pekerjaan rumahnya.
'' Dewi tadi kakakmu bilang mau pulang jam
berapa?'' tanya Bu Murni pada Dewi
'' Tidak mak '' ucap Dewi.
'' nggak biasanya kakakmu pulang telat, biasanya
sebelum adzan dhuhur berkumandang ia sudah sampai di rumah. Coba kamu hubungi
''
Dewi segera mengambil HPnya, yang nampak tidak
terlalu mahal tapi sangat beharga baginya karena HP itu di perolehnya dari
hadiah cerdas cermat di sekolahnya.
Berkali-kali Dewi mencoba menghubungi nomor
kakaknya tadi HP kakaknya tidak bisa di hubungi.
'' HP kak Lyana tidak bisa di hubungi mak, mungkin
batrenya lowbed ''
'' biasanya kalo ke Bank sampai jam berapa Dewi? ''
belum sempat Dewi menjawab pertanyaan Ibunya, Lyana
pulang di antar Nurul dengan sepeda motornya.
'' nah itu kak Lyana sudah pulang mak '' lanjut
Dewi
'' iya wi''
Lyana berjalan memasuki rumahnya, Nurul tidak
singgah lagi karena hari sudah sore. Sebelum motornya meninggalkan halaman
rumah Lyana Nurul menyapa Bu Murni dan Dewi terlebih dulu.
'' untung kakak cepat pulang, kalo tidak bakalan
ada yang berdiri di depan pintu sampai kakak pulang
'' ungkap Dewi saat Lyana mencium telapak tangan
ibunya.
Lyana tahu ibunya tentu sangat mengkhawatirkannya
maka ia segera minta maaf karena pulang terlambat.
Adzan Ashar berkumandang menyeru agar umat-Nya
kembali beribadah.
¤ ¤ ¤
'Allahu Akbar
Allahu Akbar
Asyadualla ila hailallah
Asyadualla ila hailallah.....'
Suara adzan subuh sayup-sayup terdengar memecahkan
kesunyian fajar. Begitu pula yng terjadi di Pondok Pesantren FATANAH. Begitu
suara adzan berkumandang santri-santri yang tadinya masih terlelap dalam ayunan
mimpi di tidurnya, segera bangun dan berwudhu sebelum melaksanakan shalat
subuh. Suara gemelincik air yang mengalir menjadi alunan merdu ibarat musik
pengantar pagi yang syahdu dikala fajar.
Pondok Pesantren FATANAH adalah pondok pesantren
tertua di Kuala Teripa, pendirinya adalah Alm. KH Abu Munir Kuala, sekarang di
pimpin oleh anaknya KH. Abu Ali Muttaqin mertua dari Bapak H. sulaiman Lubis
pimpinan yayasan pendidikan Islam AL-SUNNAH. Di ponpes FATANAH juga terdapat
sekolah Islam Yaitu Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah. Ponpes FATANAH ini sudah
menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat pesisir barat Aceh karena
hampir 90% santri-santri disana merupakan anak-anak asli sana. Kualitas
pendidikannya tak bisa di ragukan lagi karena hampir setiap tahun lulusan
pesantren ini mendapatkan undangan bea siswa untuk melanjutkan pendidikan ke
negeri seribu menara yaitu mesir. Termasuk Reza Ramadhan, cucu dari KH. Abu Ali
Muttaqin yang baru menyelesaikan kuliahnya di mesir.
¤ ¤ ¤
Ummi Fatin sedang memasak di dapur ketika putranya
pulang dari AL-SUNNAH. Cuaca hari ini memang agak panas, setelah menyalami
umminya Reza langsung membuka kulkas mengeluarkan botol air mineral dan
menuangkannya ke dalam gelas.
'' Alhamdulillah... Lega rasanya '' ucapnya setelah
minum.
Ummi Fatin tersenyum melihat putranya.
'' bagaimana keadaan AL-SUNNAH Reza? '' tanya ummi
fatin kemudian.
''sejauh ini baik-baik saja ummi, tapi seperti kata
Abu. Reza harus lebih banyak belajar tentang keadaan disana '' Reza duduk
menatap umminya yang sedang menghidangkan makanan di meja makan.
'' iya seperti kata Abumu, belajar dulu baru
berbenah diri. Begitupun di AL-SUNNAH kamu harus bisa memahami dan memimpinnya
dengan baik nanti''
Reza mengangguk dalam hati ia bertekat untuk bisa
memimpin Yayasan AL-SUNNAH dengan baik, karena ia sudah memilih untuk mengabdi
disana menerusi Abunya.
'' Abu kemana Mi?''
'' ke pesantren ada perlu dengan kakekmu, mungkin
sebentar lagi pulang''
'' Abu masih nyetir sendiri!''
'' tidak. Tadi beliau mengajak siman, mau makan
sekarang atau tunggu Abumu Reza?''
'' nanti saja mi, Reza ke kamar dulu mau istirahat
sebentar '' Reza berjalan menuju kamarnya.
Reza Ramadhan adalah anak ketiga pasangan
H.Sulaiman Lubis dan Ummi Fatin. Kakak pertama dan keduanya perempuan dan sudah
menikah, adik bungsunya laki-laki masih duduk di bangku Tsanawiyah di ponpes
FATANAH. Reza baru Dua minggu berada di rumah sekembali dari mesir.
Reza baru selesai melaksanakan shalat dhuhur,
ketika mobil kijang hitam memasuki halaman rumahnya. H.Sulaiman Lubis turun
dari mobil di sambut ummi fatin yang menunggunya di depan pintu rumah.
'' bagaimana keadaan ayah disana abu?'' tanya ummi
fatin setelah mencium telapak tangan suaminya.
'' Alhamdulillah baik, Nasrullah merawat beliau
dengan baik mi. Oya apa Reza sudah pulang?''
'' sudah Abu ''
Abu sulaiman masuk kedalam rumah di susul ummi
fatin.
'' Abu mau makan sekarang? Biar ummi siapkan''
'' iya mi, panggilkan Reza juga kita makan bersama
''
ummi fatin mengetuk pintu kamar Reza.
'' Reza ayo makan Abumu sudah pulang'' kata ummi
fatin saat Reza membuka pintu.
'' baik mi '' Reza segera menuju ruang makan
bersama ummi fatin.
Di ruang makan yang tidak terlalu mewah keluarga
Abu Sulaiman menikmati makan siangnya, setelah selesai makan Abu Sulaiman
berkata :
'' Sepi sekali ya mi rumah ini, coba ada cucu-cucu
kita ''
ummi fatin yang sedang membereskan piring tersenyum
mendengarnya.
'' namanya juga cucu dari anak perempuan Abu, sudah
tentu ikut Ayahnya'' jawab ummi fatin.
Reza diam saja mendengar pembicaraan Abu dan
umminya.
'' Abu ini kenapa, tiba-tiba teringat cucu-cucu
kita bukannya kemarin mereka baru dari sini''
'' justru karena mereka habis dari sini mi, Abu
jadi kangen lagi sekarang yang menghibur hati kita hanyalah cucu ''
'' lalu, maunya Abu bagaimana?''
'' bagaimana menurutmu Reza? '' tanya Abu Sulaiman
pada Reza
'' menurut Reza ya Abu? '' tanya Reza heran.
'' iya menurut kamu bagaimana agar rumah ini ramai
kembali?''
'' kalau begitu jemput saja Bilqis dan Nabila besok
lalu ajak tinggal disini''
Abu dan ummi tertawa mendengar jawaban Reza, ini
membuat Reza semakin bingung.
'' maksud Abumu bukan begitu Reza, lagian Abu mau
bertanya kenapa jadi muter-muter kayak gangsing '' ummi fatin mengerti maksud
suaminya.
'' siapa yang muter-muter mi, Abu kan menanyakan
pendapat Reza ''
Reza mulai mengerti akan maksud pertanyaan Abunya.
Abu pasti akan menanyakan masalah pernikahan padanya.
'' Abu, ummi, Reza tahu apa yang ingin Abu dan ummi
tanyakan. Tapi jujur saat ini belum terfikir tentang menikah di hati Reza. Reza
ingin kosentrasi dulu di AL-SUNNAH '' Reza menatap kedua orang tuanya
bergantian.
'' kenapa belum di fikirkan Reza? Menikah itu
sunnah Nabi, lagi pula apa yang kamu tunggu pekerjaan sudah ada, usiamu juga
sudah matang untuk berumah tangga '' ungkap Abunya.
'' belum Abu, Reza belum melakukan apa-apa menikah
itu memang sunnah nabi untuk menyempurnakan diri tapi sebelum melangkah kesana
Reza harus benar-benar yakin sudah siap lahir dan bathin. Di usiaku saat ini
sewajarnya jika aku memikirkan pernikahan Abu, ummi. Tapi sekian perasaan
membuatku ragu untuk melangkah bahkan mencetuskan niat saja belum berani ''
jelas Reza.
'' apa yang kamu ragukan nak? Kamu sudah
menyelesaikan pendidikanmu di bumi para Nabi, sudah tentu kamu lebih paham
tentang hal ini '' ucap ummi fatin
'' tapi Reza masih ragu tentang kemampuan menjalankan
biduk rumah tangga ummi ''
'' Reza, pernahkah engkau mendengar sebuah hadits
Rasulullah?'' tanya Abu Sulaiman
'' hadits yang manakah Abu? ''
Abu lalu menceritakan sebuah hadist :
'' Rasulullah Sallallahu Wasalam bersabda kepada
'Ukaf bin wada'ah Al Hilali, 'apakah engkau telah beristri wahai 'Ukaf?'
Ia menjawab 'belum'
Rasulullah Sallallahu Wasalam bersabda, ' tidakkah
engkau mempunyai budak perempuan?'
Jawabnya ' tidak'
sabda Beliau ' bukankah engkau sehat lagi
berkemampuan?'
jawab 'Ukaf, ' Ya, Alhamdulillah'
maka Beliau bersabda ' kalau begitu engkau termasuk
teman setan karena engkau mungkin termasuk pendeta nasrani, lantaran itu berarti
engkau termasuk golongan mereka, atau mungkin engkau termasuk golongan kami,
lantaran itu hendaknya engkau berbuat seperti yang menjadi kebiasaan kami
adalah beristri. Orang yang paling durhaka diantara kalian adalah yang
membujang dan orang mati yang paling hina diantara kamu ialah kematian
bujangan. Sungguh celaka kamu wahai 'Ukaf, oleh karena itu menikahlah! '' ( HR.
Ibnu Atsir dan Ibnu Hajar)
Masya ALLAH.....
Reza memang pernah mendegar hadits yang dibacakan
Abunya. Tapi kali ini ketika mendegarkan Abu membacakannya Ia gemetar setengah
mati, keringat dingin bercucuran di wajahnya. Hatinya benar-benar terketuk
relung keimanannya bergetar Ia seperti tertantang.
Ummi fatin menatap putranya dengan tatapan lembut.
Ingin rasanya ia memeluk Reza yang sedang gamang tapi Abu Sulaiman buru-buru
memberikan kode untuk meninggalkan Reza.
''fikirkan baik-baik nak, buang jauh keraguan di
hatimu karena sesungguhnya itu hanya godaan setan'' ucap ummi fatin sebelum
meninggalkan Reza.
Reza gelisah '' MasyaALLAH......, bayangkan
Rasulullah sampai mencap dengan sebutan teman setan, golongan pendeta nasrani, orang
yang paling durhaka dan celaka untuk mereka yang sudah mampu menikah tapi tidak
melaksanakannya. Mengapa untuk sebuah sunnah yang sebenarnya bisa aku lakukan,
aku masih menunda. Ampuni Hamba-Mu ini Ya ALLAH yang masih tidak percaya dengan
segala yang engkau janjikan Astagfirullah.....'' gumam Reza.
Dalam kebimbangan Ia memasuki kamar. Ummi fatin dan
Abu Sulaiman memperhatikan anaknya dari ruang tengah mereka membiarkan putranya
untuk berfikir sendiri.
¤ ¤ ¤
Sementara Reza berfikir dalam kegelisahannya. Di
dapur sebuah rumah kecil yang sederhana, Lyana sedang mengaduk adonan kue untuk
di jual.
Bu Murni yang sedang menyaring santan bertanya :
'' jadi ke ponpes besok Lyana?''
'' InsyaALLAH jadi mak, sekalian mengantar uang SPP
ilham ''
'' lalu dengan siapa kamu kesana?''
'' dengan Nurul mak, kebetulan besok dia juga akan
mengunjungi pamannya di Teripa'' ungkap Lyana tangannya mulai sibuk membentuk
adonan untuk kue donat.
'' Lyana apa tidak sebaiknya kita membeli sepeda
motor saja, jadi kamu tidak kerepotan mencari kendaraan jika hendak mengunjungi
Ilham. Kemarin cek malek menawarkan motornya pada mamak''
'' iya kak, beli sepeda motor saja ya. Nanti kita
tidak usah jalan kaki lagi ketika mengantar kue ke warung''. Sambung Dewi yang
sudah muncul dari pintu belakang dengan tangan kanannya memegang situk (pelepah
pinang kering) berisi sayuran yang baru di petik di kebun belakang.
Di belakang rumah Lyana ada kebun mini yang semasa
Ayahnya hidup kebun itu di tanami jagung. Tapi semenjak Ayahnya meninggal Lyana
mengubahnya menjadi kebun sayur mayur. Dewi meletakkan situk di atas meja.
'' kalau kakak tidak punya uang pake uang tabungan
dewi dulu untuk uang mukanya kak, selanjutnya bisa kita usahakan'' lanjutnya
'' jangan Dewi tabungan itu hasil jerih payahmu
mengajar les gunakan untuk keperluan sekolahmu saja'' ungkap Lyana
'' nggak apa-apa kak, urusan sekolah Dewi
InsyaALLAH nanti ada rezeki lagi bulan depan Dewi akan gajian lagi''
'' gampang apa, kamu mengumpulkan tabungan itu
sudah satu tahun dewi. Biarlah kita jalan kaki mengantar kue''
'' Apa yang di katakan adikmu ada benarnya Lyana.
Kamu memerlukan kendaraan apalagi sepeda sering di bawa adikmu ke sekolah''
sambung Bu Murni
'' mak, begini saja InsyaALLAH kalau Lyana sudah
punya uang kita beli sepeda motornya. Tabungan Dewi biar di gunakan untuk biaya
kuliahnya nanti'' Lyana memberikan solusi
'' yah... Kelamaan kak, udah deh pake uang Dewi
dulu nanti keperluan kuliah Dewi bisa di usahakan ya kan mak'' Dewi meminta
persetujuan ibunya.
'' bagaimana Lyana adikmu sudah ihklas jika
tabungannya di pakai dulu?''
'' tidak mak, tabungan Dewi dari awal memang di
niatkan untuk biaya kuliah Dewi jadi harus tetap di pergunakan untuk itu.
Sebentar lagi Dewi akan menyelesaikan sekolahnya kalau uang itu di pakai Lyana
takut nanti biaya kuliah Dewi terbengkalai''
'' Huft..... Susah deh kalau bu guru yang ngomong,
fikirnya masa depan terus'' Dewi tanpa kecewa dengan keputusan kakaknya.
'' ini demi kebaikanmu dik, ingat pesan ayah dulu
kita harus bisa mensyukuri apa yang telah kita miliki dan jika kita
menginginkan lebih jangan pernah meraihnya dengan mengorbankan yang lebih
penting, tapi kita harus berusaha sedikit demi sedikit untuk meraihnya'' tutur
Lyana
'' iya kakak, seperti pribahasa berakit-rakit
kehulu berenang-renang ketepian ''
'' bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian,
InsyaALLAH'' lanjut Bu Murni di iringi tawa mereka.
¤ ¤
¤
Pagi hari jam menunjukkan angka 8 Lyana sudah
berangkat ke ponpes FATANAH bersama Nurul. Setelah menempuh perjalanan selama
sejam lebih sampailah mereka di ponpes FATANAH. Nurul memarkir sepeda motornya
di halaman depan ponpes,setelah itu mereka berjalan kaki memasuki ponpes.
Setelah melapor pada petugas jaga mereka menunggu Ilham di sebuah Dayah.
'' Lyana entah kenapa setiap kali melangkahkan kaki
ke Pesantren hatiku menjadi sangat damai'' ucap Nurul
'' karena disini di penuhi dengan cahaya ilmu dan
lantunan ayat suci yang selalu mengiringi langkah mereka. Jika kita dekat
dengan ALLAH sudah tentu hati kita akan terasa damai'' sahut Lyana
'' iya Lyana, tapi sayangnya adikku tak pernah mau
mengenal dunia pesantren'' jawab Nurul
'' setiap orang mempunyai impian dan harapan yang
berbeda Nurul, selama itu di jalan yang benar tak perlu di sayangkan dulu kami
juga berat hati melepaskan Ilham kesini tapi demi amanah dari ayahku kami harus
ihklas'' Jelas Lyana
Tak lama kemudian Ilham pun datang.
'' kamu kurusan dik, apa kamu sakit?'' tanya Lyana
saat adiknya menyalaminya.
'' Ilham sehat kak, hanya saja saat ini sedang
menghadapi ujian untuk naik tingkatan'' ujar Ilham
'' tapi kamu juga harus memperhatikan kesehatan, jangan
keseringan begadang, di dalam kardus ada vitamin jangan lupa di minum ya''
'' iya kak. Oya bagaimana kabar mamak dan kak
Dewi?''
'' Alhamdulillah mereka baik, mamak titip pesan
katanya mamak sayang dan bangga pada Ilham jadi harus belajar yang rajin ya.
Kami semua selalu mendoakan Ilham''
'' Ilham juga sayang mamak, Kak Lyana dan kak Dewi
''
'' Iya kakak percaya. Sekolahmu bagaimana dik?''
'' Alhamdulillah lancar kak, InsyaALLAH minggu
depan mau ulangan umum''
Setengah jam mereka ngobrol. Kemudian bergegas
menuju rumah paman Nurul. Usai shalat dhuhur mereka baru pulang kembali.
¤ ¤
¤
Bel tanda pelajaran telah usai baru beberapa menit
yang lalu terdengar. Seluruh penghuni Yayasan AL-SUNNAH sudah pulang kerumah
masing-masing. Tapi tidak dengan Lyana, ia masih berkutat di depan komputer di
ruang guru. Jari-jarinya masih sibuk menari di atas tuts-tuts keyboard ia
sedang mengetik soal untuk ulangan besok.
'' Lyana masih belum selesai ya?'' Tanya Nurul yang
sudah berdiri di belakangnya.
'' Belum Nurul, tunggu sebentar lagi ya''
Nurul melirik jam di pergelangan tangannya sudah
pukul 13.00. Ia mengangguk.
'' Lyana kamu sudah bertemu dengan Farid?''
'' Sudah, Hari pertama dia disini di ruang pak
Rifat'' jawab Lyana tanpa berhenti mengetik.
''Kamu perhatiin nggak Lyana, dari pertama dia itu
selalu memperhatikanmu''
''Memperhatikan apa? Biasa saja mungkin Nurul,
karena kita teman kecilnya''
'' bukan itu maksudku Lyana, perhatiin deh setiap
dia ketemu kamu tatapannya itu lho seakan-akan menyiratkan sebuah isyarat''
jelas Nurul bak sedang berpuisi.
Lyana tersenyum
'' itu
bisa-bisanya kamu aja Nurul. Tidak ada yang berbeda sama seperti yang lainnya.
Bahkan saya jarang bicara dengannya''
'' itu dia, yang membuat si Farid penasaran sama
kamu. Kamu masih ingat si Umar kan? Kemarin aku bertemu dengannya dia sempat
bilang kalau Farid selalu menanyakan tentang kamu padanya. Bener deh ''
Lyana mengeleng-geleng kepala mendengarnya. Ia tahu
benar Nurul yang selalu suka memancing perasaan orang lain.
'' Lyana, tapi seru juga ya kalau pada akhirnya
pengantin kecil kita dulu bersanding kembali di pelaminan saat dewasa''
Jantung Lyana berdetak kencang ia menghentikan
ketikannya. Tapi ia masih berusaha bersikap biasa di hadapan Nurul.
''iya Lyana, perasaanku mengatakan kalian memang
sudah di takdirkan berjodoh''
'' huss..... Jangan sembarangan ngomong Nurul. Kita
tidak pernah tahu apa yang akan terjadi nanti jangan suka mendahului
kehendak-Nya ''
'' doaku harapanku Lyana'' goda Nurul.
'' Sudah ah... Pulang yukk... Lama-lama omonganmu
makin ngawur kemana-mana''. Lyana mematikan komputernya dan bersiap pulang.
'' yee.... Si Ibu ini di doain baik-baik malah di
bilang ngawur''
'' sudah ayoo pulang ''
Mereka segera bersiap pulang.
¤ ¤
¤
Farid menatap kosong ke langit-langit kamar. Entah
kenapa semenjak bertemu dengan seorang gadis pikirannya tak pernah bisa lepas
darinya. Gadis yang ia kenal sejak kecil itu tak lain Lyana yang dulu sering di
jodohkan oleh teman-temannya. Rasa yang sudah bertahun-tahun ia tutupi
perlahan-lahan mulai muncul kembali.
'' Lyana.... Cut Lyana Lestari, yang ku kenal dulu
kini telah jauh berbeda. Akankah ia mau menerimaku '' batinnya.
'' Astagfirullah..... Apa yang telah aku fikirkan.
Ampuni Hamba Ya ALLAH yang telah berani merindukan seseorang yang belum halal
bagi Hamba''
'' Merindukan siapa Farid? '' tiba-tiba ibunya
sudah berdiri di belakangnya.
'' Ibu, mengagetkan Farid '' ucap Farid gelagapan.
Ibunya tersenyum
'' diam-diam
anak ibu ini sudah memiliki seseorang yang di rindukan ya, siapakah orang yang
beruntung itu?''
'' ah... Ibu bisa saja ''
'' Farid, ibu rasa kamu sudah harus memikirkan
untuk berumah tangga, katakan pada ibu siapa gadis itu biar ibu melamarnya
untukmu ''
Farid kaget mendengar ucapan ibunya yang langsung
kepada inti permasalahan. Ia menatap wajah ibunya yang tak muda lagi, kerutan
di wajahnya terlihat jelas. Wanita yang sudah bekerja keras deminya dan adik
semenjak Ayahnya meninggal.
'' Siapa namanya? '' tanya ibunya lagi seolah bisa
membaca apa yang di fikirkan Farid.
'' Lyana bu....'' jawab Farid
'' Lyana anak Bu Murni?''
'' Iya bu, dia teman kecil Farid dan mengajar di
AL-SUNNAH juga ''
'' Ibu mengenalnya Rid, bahkan sangat mengenalnya
ia sering mengantarkan jahitan ibu yang di kerjakan ibunya''
Wajah Farid mulai cerah.
''Lalu
bagaimana menurut ibu?''
'' Dia gadis yang baik, disiplin,punya rasa
tanggung jawab yang besar terhadap keluarga dan yang paling ibu sukai jilbabnya
itu ''
Farid tersenyum mendengar penuturan ibunya. Hatinya
berbunga-bunga.
'' apa kamu sudah yakin dengan pilihanmu Rid ?''
'' InsyaALLAH sudah bu, apa ibu mau melamarkannya
untukku?''
'' tentu saja, ibu sudah menantinya sejak lama.
Mencarikan dan melamar calon ibu untuk cucu-cucu ibu kelak''
Farid segera mencium telapak tangan ibunya memohon
restu. Bulir-bulir air mata itu tak dapat ia tahan lagi. Kini tinggal menunggu
jawaban dari keluarga Lyana.
¤
¤ ¤
Lyana baru pulang mengantar kue di warung saat cek
malek adik ayahnya datang.
'' Assalamu'alaikum..'' sapa Lyana saat melihat cek
malek duduk bersama ibunya di teras depan.
'' wa'alaikumsalam '' jawab cek malek dan Bu Murni
hampir bersamaan.
'' dari mana Lyana?'' tanya cek malek
'' biasa ngantar kue cek, sudah lama cek?''
'' belum baru beberapa menit''
Dewi keluar membawa napan berisi segelas minuman
dan menyuguhkan di hadapan pamannya.
'' Lyana bagaimana kegiatanmu di AL-SUNNAH?''
'' Alhamdulillah baik cek. Mak cik dan adik-adik
bagaimana kabarnya?''
'' Alhamdulillah baik juga''
''Begini Lyana, kak murni, dan Dewi. Dulu Alm. Bang
Hasan pernah meminjamkan saya uang. Dan uang tersebut saya gunakan untuk
membeli lahan bertani, saya sudah berjanji untuk mengembalikannya sesuai dengan
jumlahnya yaitu 10 juta '' cek malek mengeluarkan uang dari saku bajunya dan
menyerahkan pada Bu Murni.
'' ini kak, silahkan di hitung dulu ''
'' terima kasih Malek, kakak percaya padamu'' kata
Bu murni yang sudah menganggap malek seperti adiknya sendiri.
'' Alhamdulillah.... Akhirnya bisa juga beli sepeda
motor '' ujar Dewi.
Lyana melotot ke arahnya. Tapi Dewi tak perduli ia
justru memohon pada Bu murni agar uang itu di pakai untuk membeli sepeda motor.
'' bagaimana Lyana? '' tanya Bu murni pada Lyana.
Walaupun Ia punya hak untuk mengabulkan permintaan Dewi tapi ia tetap ingin
menghargai pendapat Lyana sebagai anak tertua penganti suaminya.
Lyana diam saja. Menatap Dewi yang memelas menunggu
jawabannya. Di ujung bibirnya sebuah senyum terukir di iringi anggukan tanda
setuju yang sontak membuat Dewi berhamburan ke pelukannya.
'' Makasih kakak ''
'' iya sama-sama''
Dengan di bantu cek malek beberapa hari kemudian
sebuah sepeda motor bebek sudah terparkir di halaman rumah mereka.
¤ ¤
¤
Hmm..... Reza Ramadhan apa kabarnya ya...??
Jam makan siang di Ponpes FATANAH baru saja usai.
Para santri bersiap kembali ke Dayah untuk mengaji. Ilham sedang merapikan kitab-kitab
yang akan di bawa ke dayah. Seorang teman menghampirinya.
'' Ilham, ikut aku yukkk? ''
'' mau kemana muhadis, sebentar lagi guree amran
masuk. Teman-teman yang lain sudah menunggu di dayah''
'' sebentar saja. Guree amran tidak masuk hari ini.
Kita ke rumah kakekku sebentar ada abangku disana'' ujar muhadis
'' baiklah. Tapi sebentar saja ya.. ''
'' iya tenang saja''.
Ilham mengikuti Muhadis keluar kamar. Langkah
muhadis begitu cepat sehingga Ilham harus berlari-lari kecil mengejarnya. Tapi
Ia terheran saat Muhadis berhenti di depan rumah KH. Abu Ali Muttaqin pimpinan
pondok pesantren FATANAH atau yang biasa mereka panggil dengan sebutan Abu
tuha.
'' Muhadis ngapain kita kesini?'' tanya Ilham
heran.
'' menemui kakek dan abangku, ayo masuk''. Tanpa
menunggu Ilham Muhadis segera masuk dan mengucapkan salam.
Ilham mulai ragu, apa mungkin Muhadis cucu Abu
tuha. Dan benar saja saat di dalam rumah Muhadis langsung memanggil Abu tuha
dengan sebutan Nek yah (panggilan untuk kakek dalam bahasa Aceh). Disana juga
ada Reza yang langsung di peluk adiknya.
'' baik-baik disini dis?'' tanya Reza
'' baik bang, oya kenalkan ini Ilham teman
Muhadis''
Ilham segera mencium telapak tangan Abu tuha dan
Reza. Mereka terlibat pembicaraan ringan tentang agama disana. Ilham senang
sekali bisa berkenalan dengan Alumni Ponpes FATANAH yang telah menyelesaikan
pendidikan di Mesir apalagi setelah mengetahui Reza abangnya Muhadis. Ia
membulatkan tekat untuk bisa seperti Reza. Reza juga menaruh simpati pada Ilham
yang walau masih kecil tak pernah malu untuk bertanya.
Setelah berbicara beberapa saat. Muhadis dan Ilham
harus segera kembali ke Asrama putra. Sebelum pergi Reza sempat memimjamkan
buku tentang Mesir pada Ilham untuk memotivasi semangat belajarnya.
Reza melihat ada bakat dakwah yang luar biasa pada
diri Ilham. Jika bisa di pupuk dengan baik ilmunya InsyaALLAH akan sangat
bermanfaat bagi Umat nantinya.
'' Reza ayo ikut nek yah keliling pesantren '' ucap
Abu tuha kemudian.
'' Ia nek yah ''
Abu tuha berjalan beriringan dengan Reza
mengelilingi pondok pesantren. Walaupun Reza telah mengetahui keadaan Pondok
pesantren FATANAH tapi ia masih tetap serius mendengarkan penuturan kakeknya
tentang Pesantren. Kian hari jumlah santri semakin banyak, kualitas tenaga
pengajarpun semakin di tingkatkan demi menciptakan generasi yang agamis dan
bermasyarakat.
Reza akan mengajar di Pesantren dan memimpin di
AL-SUNNAH. Oleh karena itu ia sangat ingin belajar dari pengalaman kakeknya
memimpin pesantren.
'' jika sudah mantap jangan lupa kewajibanmu untuk
memberikan nek yah cicit ya'' pancing Abu tuha di sela-sela obrolan mereka.
Reza tersenyum mendengarnya, dalam hati ia berkata
InsyaALLAH doakan saya mendapat yang terbaik .
¤ ¤
¤
Lyana menyudahi tilawahnya saat cek malek dan istri
dan anaknya datang kerumahnya. Bu murni menyambut mereka di ruang tengah serba
guna.
''Tumben malam-malam kesini ada apa dik? Si kecil
di bawa juga lagi '' tanya bu Murni sembari menghidangkan minuman.
Dewi yang penasaran juga langsung menemui pamannya.
Dewi hendak duduk di sambil ibunya tapi pamannya menyuruh memanggil Lyana yang
masih di kamar.
'' kak cepetan napa, udah di tungguin cek malek dan
mak cek ''
'' iya Dewi '' Lyana merapikan kerudungnya sebelum
keluar kamar.
Lyana duduk di samping ibunya, sementara Dewi
langsung mengendong anak cek malek yang baru berusia 1 tahun.
'' begini kak, saya ingin menyampaikan amanah dari
seorang lelaki yang datang menemui saya beberapa hari yang lalu. Sebagaimana
mestinya saya di sini sabagai wali bagi Lyana dan Dewi mengantikan Alm. Bang
Hasan ''
Cek malek berhenti sejenak. Lyana mulai berkutat
dalam pikirannya sendiri dia sudah mulai dapat menyimpulkan maksud ucapan
pamannya. Seseorang telah datang melamar pada pamannya. Sementara Dewi
mendengar dengan rona wajah yang serius dalam hati ia berdoa semoga yang di
lamar bukan dia, belum kepikiran di hatinya untuk menikah muda. ^_^
Beberapa saat cek malek masih terdiam. Dewi tidak
sabar menunggu langsung saja berkata
'' jadi yang di
lamar siapa cek?''
'' Dewi...... '' Lyana dan Bu murni hampir
bersamaan melotot ke arah Dewi.
Cek malek tersenyum melihatnya. ''Sebelumnya paman
ingin tanya dulu pada kalian sudah siapkan kalian berumah tangga terlepas siapa
yang di lamar nantinya ''
semua mata tertuju pada Lyana.
'' bagaimana Lyana?'' Tanya cek malek
Lyana menarik nafas '' InsyaALLAH jika ini sudah
waktunya bagi Lyana serta baik menurut mamak dan cek. Lyana siap terlepas siapa
yang di lamar nantinya'' Lyana berfikir tidak menutup kemungkinan yang di lamar
adalah Dewi.
Kemudian semua mata tertuju pada Dewi. Tanpa menunggu
pamannya bertanya Dewi langsung menjawab.
'' Belum siap menikah muda Dewi mak, epotalah siapa
yang mau melamar kenapa nggak mau menuggu sampai selesai sekolah ''
Mereka semua tertawa mendengarnya.
'' bersyukurlah Dewi karena yang di lamar itu
kakakmu Lyana'' ucap cek malek kemudian.
'' Alhamdulillah...... '' Dewi begitu bahagia
mendengarnya.
Sementara itu Lyana bagaikan di aliri arus listrik
yang sangat kuat. Jantungnya berdebar kencang bertanya-tanya siapakah yang
telah mengkhitbahnya. Perlahan kuncup-kuncup impian itu mulai tumbuh menjadi
tunas-tunas cinta siapakah sosok yang akan menjadi imam baginya nanti.
'' siapa yang melamar Lyana lek? '' kali ini giliran
Bu murni yang bertanya untuk menghilangkan rasa penasarannya.
'' Lelaki itu adalah Farid kak, Muhammad Farid bin
Abdullah''
Kecepatan denyut nadi Lyana tak terhitung lagi saat
nama yang melamarnya di sebut, Farid teman kecilnya telah menemui pamannya
untuk melamarnya. Dalam hati ia bersyukur karena sesungguhnya ia menyukai
Farid, tapi Lyana juga perlu memantapkan hatinya melalui istikharah oleh karena
itu saat cek malek menanyakan jawabannya ia mengatakan akan shalat istikharah
dulu.
¤ ¤
¤
Bunga-bunga cinta kian bermekaran di sudut
hati-hati yang selalu bertaut pada-Nya. Kupu-kupu yang terbang mengantarkan
kebahagian tersendiri di hati Lyana. Malam ini akan menjadi awal dari
perjalanan hidupnya dalam meniti rumah tangga. Setelah beristikharah Lyana
memantapkan pilihan untuk menerima lamaran Farid sebentar lagi keluarga Farid
akan datang untuk melamarnya secara resmi. Nurul menghampiri Lyana yang duduk
di depan meja rias.
'' duh... Yang mau di lamar senangnya perasaanku
benar kan Lyana kalian memang sudah di takdirkan berjodoh '' goda Nurul.
Lyana tertunduk malu. Bu murni masuk dan menyuruh
mereka segera keluar karena rombongan keluarga Farid sudah datang. Lyana yang
mengenakan gamis biru nampak begitu anggun apalagi di padukan dengan jilbab putihnya.
Lyana duduk di samping ibu Farid dan Nurul. Sesuai
dengan tradisi lamaran Aceh calon mempelai laki-laki tidak hadir pada acara
lamaran. Acara di awali dengan tukar batee ranup oleh masing-masing perwakilan
keluarga, kemudian pengantar dari pihak Farid di ikuti kata sambutan oleh
keluarga Lyana yang dalam hal ini di wakilkan oleh pak Geucik (kepala desa).
Selanjutnya ibu Farid memakaikan cincin di jari Lyana, dengan lembut Lyana
mencium telapak tangan calon mertuanya itu.
Pada pertemuan ini juga langsung menentukan hari
akad nikah dan walimahnya. Yang akan di laksanakan dua minggu lagi. Akad nikah
akan di laksanakan di mesjid desa Lyana dan walimahnya di rumah Lyana saat
antar linto di rumah Farid saat antar menaro Sesuai adat Aceh. Acara di akhiri
dengan pembacaan doa oleh tuha peut.
¤ ¤
¤
Ilham baru saja menerima telepon dari Lyana yang
menyuruhnya pulang saat hari pernikahannya. Ilham senang sekali mendengarnya
saat itu Reza memperhatikan tingkah Ilham. ''ada apa Ilham?''
'' kakak saya akan melangsungkan pernikahan Bang,
saya di minta pulang ''
'' kapan acaranya? ''
'' seminggu lagi bang''
'' kamu bisa pulang setelah ujian''
'' iya terima kasih bang''
¤ ¤
¤
'' Lyana sudah kamu kabarkan pada Ilham?'' tanya Bu
Murni setelah Lyana menutup telponnya.
'' sudah mak, hari sabtu depan Dewi akan
menjemputnya. Karena Ilham harus mengikuti ujian dulu''
'' Lyana walau pun nantinya kamu sudah memiliki
suami, mamak harap kamu tidak melupakan adik-adikmu. Mereka masih membutuhkan
bimbinganmu''
'' iya mak. Lyana tidak akan pernah melupakan Mamak
dan adik-adik ''
¤ ¤
¤
Bunga-bunga cinta itu juga menyebar ke kediaman
Farid. Yang mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatunya sebelum hari H. Siang
ini farid bersiap pergi dengan ibunya untuk mengundang saudara di Kuala Teripa.
Dengan mengendarai sepeda motornya ia memboceng ibunya. Saat pergi cuaca sangat
cerah tapi di tengah jalan hujan deras menguyur ingin pulang kembali tapi
ibunya melarang karena takut tidak ada waktu lagi. Motornya berhenti di depan
Rumah KH. Abu Sulaiman, di sambut Ummi Fatin mereka masuk kesalam rumah. Tanpa
panjang lebar ibu Farid langsung mengatakan maksud kedatangannya untuk
mengundang Abu Sulaiman dan keluarga yang masih mempunyai hubungan kekerabatan
dengan suaminya dapat hadir pada acara pernikahan Farid.
Reza segera menghampiri farid sementara orang tua
mereka ngobrol di ruang tamu. Reza dan Farid sudah bersahabat semenjak SMA.
'' kapan nyusul Rez?'' tanya Farid pada Reza.
'' InsyaALLAH secepatnya. Calonmu orang mana? ''
'' di AL-SUNNAH juga namanya Cut Lyana Lestari ''
'' sebentar fid, aku familiar dengan nama ini, yang
kamu maksud ini cewek yang sering kamu ceritakan saat sekolah dulu ya? ''
'' iya Rez, Dia pengantin kecilku dulu ''.
'' hmm.... Jadi penasaran pengen liat orangnya.
Daftar pengajar di AL-SUNNAH memang sudah saya baca tapi saya kurang perhatian
dengan pengajar wanitanya''
'' itulah kamu Rez, selalu menghindar dari wanita''
'' bukan menghindar rid, belum ketemu yang cocok
saja ''
'' kamu mau ku carikan... '' tawar Farid sembari
tertawa.
'' boleh '' Reza ikut tertawa.
'' kalau begitu jangan lupa datang di pernikahanku
ya ''
'' InsyaALLAH ''
Percakapan mereka terhenti saat ibu farid memanggil
untuk mengajak pulang.
¤ ¤
¤
Pagi ini begitu indah saat bunga-bunga matahari di
pinggiran desa bermekaran, suasana Masjid Jami' yang begitu hikmad membuat
acara ijab kabul menjadi semakin indah. Kini janji suci itu telah terikat Lyana
dan Farid sudah resmi menjadi suami istri. Lyana berdoa dalam keharuan hatinya
''Ya ALLAH terima kasih untuk cinta-Mu yang telah ku raih dan kini bimbinglah
aku mengenggam cinta suamiku menuju keluarga yang sakinah Mawadah Warahmah''
Doa Farid '' Ya ALLAH terima kasih untuk bidadari
kecilku dulu yang kini kembali mendampingiku. Bimbinglah kami agar selalu dekat
denganmu ''
Usai akad nikah acara di lanjutkan dengan prosesi
antar linto yaitu rombongan keluarga Farid datang ke rumah Lyana selanjutnya
mereka akan bersanding di pelaminan khas aceh. Lyana tanpak cantik mengenakan
pakaian adat pengantin aceh begitu juga Farid yang nampak gagah dengan pakaian
tengku umarnya.
Diantara tamu yang hadir ada teman-teman masa kecil
mereka, Nurul begitu semangat menceritakan bagaimana perjalanan cinta mereka
pada teman-teman lainnya hingga Umar berkata.
'' berarti tinggal Nurul ya yang belum menikah,
padahal dia senang banget menjodohkan orang lain tapi kenapa belum ketemu jodoh
ya''
Sontak mereka semua tertawa. Nurul hanya tersenyum,
'' kalau begitu kita jodohkan saja setuju nggak
teman-teman'' lanjut Siti
'' Setuju, bagaimana jika kita jodohkan saja dengan
Reza '' usul Farid
Reza yang sedari tadi diam sangat terkejut
mendengarkan usulan Farid, Ia mau protes tapi Farid langsung berkata lagi
'' beberapa hari yang lalu kamu minta aku carikan
calon dan kamu setuju kan. Jadi dari mana jauh-jauh mendingan sama Nurul saja
bagaimana Nurul? ''
'' nggak lucu rid '' ucap Nurul ia menunduk malu.
'' roman-romannya bakalan ada yang segera menyusul
Farid dan Lyana ini..'' goda umar..
Tawa canda kembali menyeruak. Disaat yang sama
tatapan Nurul dan Reza bertemu tadi kemudian tertunduk lagi karena malu.
******
Begitu indahnya cinta, jika hati-hati yang mencintai
selalu bertaut pada ALLAH…..
Jika cinta itu ada ia akan selalu menaungi hati
kita dengan keihklasan dan kelembutan hati semata hanya untuk mengharap ridha
ALLAH.