Kamis, 30 Oktober 2014

Suami & Istri Solehah

 Rasulullah SAW bersabda, " Lihatlah di mana dirimu pada suamimu, sesungguhnya ia adalah surga atau nerakamu. " ( Thabrani )

   Allah SWT berfirman, " Mereka (para istri) adalah pakaian bagimu dan kamu (para suami) adalah pakaian bagi mereka."( alBaqarah ; 187 )

   Sebagaimana yang dikatakan oleh Syeikh Ibrahim Ali bahwa tempat ketenangan bagi seorang suami adalah istrinya. Begitu juga sebaliknya ketenangan seorang istri adalah suaminya. Di antara keduanya akan terbentuk rasa kasih sayang dan cinta. Ini adalah satu nikmat dari Allah bagi manusia. Melalui pernikahan Islam menghendaki agar hubungan lelaki dan wanita menjadi kuat, mantap dan kekal serta dapat menjadi pasangan yang bersatu dalam kerja, maksud, tujuan dan cita-cita.
  
   Sedangkan Syeikh Abdul Halim mengatakan Allah menghendaki daripada seorang wanita solehah agar menjadi pententeram hati bagi suami dengan segala makna kata 'tenteram' yang meliputi : kepuasan, ketenangan, kebahagiaan, kedamaian dan seterusnya.
  
   Asmaa' Binti Kharijah menasihati anak perempuannya ketika melangsungkan pernikahan anak perempuannya yaitu :

  • Wahai anakku, kini engkau telah keluar dari sarang yang di situlah engkau dahulu dilahirkan sehingga engkau menjadi besar. Kini engkau akan beralih ke satu hamparan dan rumah yang engkau belum mengenalnya dan juga engkau harus berkawan dengan seseorang yang belum tentu serasi denganmu.
  • Itulah suamimu, jadilah engkau sebagai tanah untuknya dan ia akan menjadi langit bagimu. Jadilah engkau sebagai lantai untuknya dan ia akan menjadi sebagai tiang untukmu.
  • Janganlah engkau menyibukkannya dengan  bermacam kesukaran, sebab, itu akan membuat ia meninggalkanmu.
  • Janganlah engkau terlampau menjauh daripadanya, agar ia tidak melupakanmu, tetapi jika dia mendekatimu, maka dekatilah ia.
  • Peliharalah suamimu itu dengan benar, baik hidungnya, pendengarannya, matanya dan lain-lainnya. Janganlah kiranya suamimu itu mencium sesuatu darimu melainkan yang harum. Jangan pula mendengarkannya melainkan yang enak dan jangan pula melihatkannya melainkan yang indah.
  • Apa yang penting seorang istri adalah sendi utama di tengah-tengah rumahnya. Seorang istri hendaknya banyak duduk di dalam rumahnya, sedikit berbicara dengan jiran tetangganya dan jangan masuk ke rumah jiran kecuali dalam keadaan yang sangat perlu.
  • Seorang istri hendaknya menjaga suaminya baik di waktu suami berpergian atau ketika suami di rumah. Usahakanlah agar suami selalu berada di dalam keadaan 'gembira'. Jangan sesekali kamu mengkhianati suamimu dan hartanya. Dan jangan pula kamu keluar dari rumahnya melainkan dengan ada izin daripada suamimu.
  • Sekiranya ada seorang kawan suamimu datang ke rumahmu dan beliau berada di muka pintu rumah tetapi saat itu suamimu tidak ada di rumah maka tidak perlulah kamu coba untuk bercakap-cakap dengannya. Hendaklah kamu senantiasa menjaga perasaan 'cemburu' suamimu terhadapmu.
  • Seorang istri hendaklah merasa puas dengan apa yang ada pada suamimu. Mengenai apa saja yang di rezekykan Allah SWT padanya. Kamu harus mendahulukan hak suamimu di atas hakmu sendiri serta hak keluarga lainnya.

  Demikianlah nasihat seorang ibu yang budiman kepada puterinya dalam kewajibannya untuk menjadikan puterinya sebagai istri yang solehah dan taat pada suami. Maka ada beberapa hal yang selayaknya ditunaikan oleh setiap wanita solehah terhadap suaminya dalam rangka mewujudkan keridhoan Allah SWT dan suami sehingga menjadi bekal menuju surga.



                              Hak Suami

    Rasulullah SAW bersabda, "Wanita tidak dapat menunaikan hak Allah SWT sehingga dia menunaikan semua hak-hak suaminya walaupun suaminya memintanya (untuk menggaulinya) di atas pelana kendaraan, tetap belum tertunaikan haknya.( Thabrani )
  
   Bersabda Rasulullah SAW, "Wahai sekalian wanita! Bertaqwalah kepada Allah SWT dan peganglah keridhoan suamimu. Sesungguhnya wanita apabila mengetahui akan hak-hak suaminya dia akan tetap berdiri selama makan siang dan makan malamnya." ( Abu Nuaim )

    Aisyah R.anha berkata, "Wahai kaum wanita, sekiranya kamu tau hak-hak suamimu yang harus kamu penuhi, kamu pasti menyapu debu-debu dari kedua tapak kaki suamimu dengan wajahmu."
  
   Hadis-hadis di atas secara jelas telah menekankan betapa tingginya hak seorang suami yang harus ditunaikan oleh istri. Akan tetapi di zaman sekarang ini, berapa ramaikah istri-istri yang ambil kisah dalam menunaikan hak-hak suaminya? Bahkan, jangankan menunaikan hak-hak suami, rasa ingin tau apakah 'hak-hak' seorang suami pun masih ramai yang tidak mau ambil tau. 

   Hak manusia yang paling utama ditunaikan bagi seorang istri adalah suaminya. Selagi hak-hak suami belum ditunaikan selagi itulah hak-hak Allah SWT belum terpenuhi. Allah SWT akan tanya kembali di akhirat nanti mengenai hak-hak sesama manusia, ditunaikan ataupun tidak. Sehebat mana pun si istri beribadah kepada Allah SWT, tetap Allah SWT menganggap belum tertunaikan hak-Nya jika si istri belum menunaikan hak-hak suaminya.
  
   Ada beberapa hak yang utama menjadi kewajiban istri untuk menunaikannya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, " Hak suami atas istri adalah, bermalam di tempat tidurnya, menyenangkan janjinya, mentaati perintahnya, tidak keluar rumah kecuali dengan izin daripadanya dan tidak membenarkan siapa saja yang dibenci suaminya masuk ke rumah." ( Thabrani )
  
   Alim Ulamaa' telah menyimpulkan beberapa hak-hak suami yang harus dipenuhi oleh istri, di antaranya ialah :

  • Taat kepada suami.
  • Menjaga kehormatan suami.
  • Bersikap menyenangkan di hadapan suami.
  • Berhemat dalam mengeluarkan harta suami.
  • Tidak benarkan lelaki lain masuk ke rumah tanpa izin dari suami
  • Tidak menolak ajakan suami untuk bersetubuh.
  •  Menjaga rahasia suami.
  • Tidak keluar rumah tanpa izin daripada suami.
  • Menjaga hartanya.
  • Menerima giliran sekiranya mempunyai saudara 'madu'.
   Masih banyak lagi hak-hak suami ke atas isterinya selain di atas.


   Sekarang ini, ramai wanita paham akan hak-hak dirinya sendiri terutama dalam 'pemberian' nafkah ataupun material tetapi dalam hal agama? Sedikit sekali wanita yang ambil peduli sehingga sangat jarang mereka menuntut hak-hak itu daripada suaminya. Ini menyebabkan fitnah demi fitnah pun muncul di mana-mana.



             Taat Kepada Suami

   Rasulullah SAW bersabda, " Sekiranya aku boleh perintahkan seseorang untuk sujud di hadapan selain Allah SWT maka sesungguhnya aku perintahkan para istri untuk sujud kepada suaminya. Demi jiwa Muhammad yang ada di tanganNya, tidak seorang istri itu menunaikan hak-hak Allah SWT sebelum dia tunaikan semua hak-hak suaminya. Hingga seandainya suaminya 'meminta' dirinya dan kala itu dia berada dia tas pelana kendaraan, tidaklah boleh dia menolaknya." Ahmad, IbnuMajah, Ibnu Hibban )
  
   Allah SWT berfirman, "Lelaki lebih kuat daripada wanita." ( An Nisaa' : 24 )
  
   Sebagai wanita solehah, haruslah yakin dan terima dengan penuh kerelaan bahwa suaminya adalah pemimpin dalam rumahtangganya dan berkedudukan di bawah suaminya. Juga mempunyai rasa tanggungjawab untuk taat karena kesolehan itu berkait rapat dengan ketaatan. Tidak boleh seseorang dikatakan soleh jika dia tidak mempunyai ketaatan. Orang yang tidak taat adalah orang yang bermaksiat. Sebagaimana firman Allah SWT, " Adapun orang-orang yang solehah adalah qanitaatt (orang-orang yang taat) dan hafizaat (orang-orang yang menjaga diri) saat suami tiada dengan sebab penjagaan Allah SWT ke atasnya." ( An Nisaa' : 34 )

    Dalam ' Huququl Mar'ah ' dikatakan bahwa istri yang tidak taat kepada suami berarti dia telah bermaksiat kepada suaminya dan istri yang bermaksiat kepada suami berarti dia telah bermaksiat kepada Rasul-Nya dan barangsiapa bermaksiat kepada Rasulullah SAW berarti dia telah bermaksiat kepada Allah SWT. Jadi wajarlah sekiranya Malaikat mendoakan laknat kepada istri yang tidak mentaati suaminya.

   Imam Nawawi Rah.a menulis bahwa, Istri mesti sadar bahwa dirinya adalah milik suami seperti tawanan yang lemah yang tak berdaya di hadapan suami. Selalu tunduk dan taat kepada suami. Sehingga Alim Ulama' telah berpendapat bahwa :


  • Segala perbuatan istri mesti ada izin daripada suami . 
  • Istri hendaklah merasa malu terhadap suami. 
  • Tidak berani menentang suami. 
  • Menundukkan pandangan di hadapan suami. 
  • Merendahkan suara. 
  • Taat kepada suami apabila diperintahkan oleh suami selain perkara yang membawa kemaksiatan kepada Allah SWT. 
  • Diam ketika suami bercakap. 
  • Hantar suami ke muka pintu ketika suami mau keluar rumah. 
  • Menyambut ketika suami hadir dengan manis muka. 
  • Menunjukkan rasa cinta kepada suami. 
  • Mencium suami sebelum tidur. 
  • Memakai wangian ketika berada di samping suami. 
  • Selalu berhias ketika berhadapan dengan suami. 
  • Tidak berhias ketika ketiadaan suami di sisi.
  
   Ketaatan kepada suami adalah mutlak sebagaimana yang dinasihatkan oleh Syeikh Ibnul Jauzi bahwa ketaatan seorang istri kepada suaminya adalah wajib. Namun ketaatan yang wajib itu terbatas, yaitu hanya perkara yang dihalalkan bukan yang diharamkan, contohnya, sekiranya suami mengajak bersetubuh ketika haid, pada siang hari di bulan Ramadhan mengajak untuk tidak solat dan sebagainya, maka tidak wajib taat. Allah SWT tidak akan menyuruh mentaati makhluk dalam hal-hal yang bertentangan denganNya.

   Syeikh Abdul Halim menambah, sekiranya suami menyuruh untuk berhias seperti Jahiliyyah, berkumpul dalam majlis yang bercampur lelaki dan wanita maka istri tidak wajib untuk taat kepada suaminya. 
  
   Selanjutnya beliau menulis bahwa seorang wanita solehah mestilah berhati-hati agar kekurangan yang ada pada suami tidak menjadi alasan untuk membantah perintahnya. Kurang harta, ilmu, kedudukan maupun kebangsawanan terutama apabila isri itu sendiri mempunyai kelebihan tersebut lebih tinggi daripada suaminya, seharusnya seorang isteri itu bertaqwa kepada Allah SWT, istiqomah dengan batas-batas syariat-Nya semata-mata mencari keridhoan Allah SWT.

Ada satu cerita pada zaman Nabi SAW, ada seorang lelaki mau berangkat pergi berperang, dia berpesan kepada istrinya, " Wahai istriku, jangan sekali-kali keluar dari rumah ini sehingga aku pulang."

Kebetulan ayah istrinya menderita sakit, maka istri tadi mengutuskan seorang lelaki pergi menemui Nabi SAW. Rasulullah SAW bersabda kepada utusan itu, "Suruhlah istri itu taat kepada suaminya." Maka wanita itu taat kepada suaminya dan tidak berani keluar dari rumahnya. Selepas itu ayahnya pun meninggal dunia tetapi dia tetap saja di rumahnya dan tidak sabar menunggu kepulangan suaminya. Maka Allah SWT mewahyukan kepada NAbi SAW, "Sesungguhnya Allah SWT telah mengampuni ayah wanita itu karena ketaatan kepada suaminya."

   Untuk itu, sangat ditekankan kepada para istri agar tidak mencari-cari kelemahan suami sehingga mempengaruhi ketaatannya kepada suami. Jika dicari kelemahan itu pasti akan menjumpainya dan perkara ini boleh menghancurkan rumahtangga sendiri. Sekiranya kelemahan itu terlihat juga oleh mata kita, tugas istri adalah coba memperbaikinya dengan cara bijaksana tanpa mengurangi rasa hormat dan taat kepada suami.
  

                 Khidmat/Melayani Suami

   Rasulullah SAW telah memberi perhatian yang tinggi kepada setiap isteri dalam berkhidmat kepada suami seperti dalam nasihat Baginda SAW kepada puterinya Fathimah R.Anha, Rasulullah SAW bersabda :

  • Wahai Fathimah, wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya, Allah SWT akan menetapkan pada setiap biji tepung itu, kebaikan, menghapuskan keburukan dan meningkatkan derajat wanita itu. 
  • Wahai Fathimah, yang lebih utama dari seluruh keutamaan yang disebutkan di atas adalah keridhoan suami ke atas istrinya. Andai kata suamimu tidak ridho kepadamu maka aku tidak akan mendoakanmu. Ketahuilah wahai Fathimah, kemurkaan suami adalah kemurkaan Allah SWT. 
  • Wahai Fathimah, tidaklah wanita yang berkhidmat melayani suaminya sehari semalam dengan rasa senang hati dan penuh keikhlasan serta niat yang betul melainkan Allah SWT mengampunkan dosa-dosanya dan memakaikannya dengan pakaian hijau gemerlapan pada hari kiamat dan menetapkan baginya pada setiap rambut pada tubuhnya 1000 kebaikan dan Allah memberi kepadanya pahala 100 ibadah haji dan umrah. 
  • Wahai Fathimah, apabila seseorang istri itu tersenyum manis kepada suaminya, Allah akan memandangnya dengan pandangan kasih sayang. 
  • Wahai Fathimah, wanita yang membentangkan tempat tidur untuk suaminya dengan senang hati, malaikat pemanggil dari langit akan menyerunya untuk menghadapi amalnya dan Allah mengampuni dosa-dosanya yang sudah lalu dan yang akan datang. 
  • Wahai Fathimah, seseorang wanita yang meminyaki rambut dan janggut suaminya, mencukur kumisnya dan memotong kukunya, Allah SWT akan memberinya arak yang masih tertutup, murni dan belum terbuka dari sungai-sungai dalam surga Allah. Allah akan mudahkan saat sakratul mautnya, kuburnya akan ditemui sebagai taman-taman surga dan Allah menetapkan baginya bebas dari api neraka dan selamat melalui titian sirat.
    Ibnu Mas'ud RA berkata,Nabi SAW bersabda, " Apabila seorang istri membersihkan pakaian suaminya maka Allah mencatatkan baginya 1000 kebaikan dan mengampuni kesalahannya dan segala sesuatu yang disinari oleh matahari meminta ampun baginya dan Allah mengangkat 1000 derajat baginya."

   Ali RA berkata, " Jihad seorang wanita adalah menguruskan suaminya dengan baik. "

   Dalam ' Mustadrak ' dituliskan bahwa Rasulullah SAW bersabda, " Tugas seorang wanita adalah, membuka pintu dan menyambut suaminya." Dalam sabdanya yang lain,Seorang istri bertugas untuk menyediakan bekas air dan tuala untuk membasuh tangan suaminya."


                 Keridhoan Suami

  Hendaklah dipahami bahwa keridhoan suami adalah kunci kebahagiaan hidup seorang istri. Ini yang seharusnya selalu diusahakan. Rasulullah SAW, " Siapa saja wanita yang meninggal dunia dan suaminya ridho kepadanya maka dia kan masuk surga." ( Tirmidzi, Ibnu Majah, Hakim )

  Rasulullah SAW bersabda, " Tidak halal bagi seorang istri berpuasa sunah pada waktu adanya suami di sisi melainkan di izinkan oleh suaminya. Juga tidak boleh istri membenarkan orang lain masuk ke rumahnya melainkan dengan izin suaminya." ( Bukhari, Muslim )

  Rasulullah SAW bersabda," 3 orang yang tidak akan naik shalat mereka dari kepala walaupun sejengkal  :

1.    Seorang lelaki yang mengimami suatu kaum padahal mereka membencinya. 

2.   Seorang istri yang bermalam padahal suaminya marah padanya.

3.   2 orang saudara yang bermusuhan. (Ibnu Majah)." 

  Rasulullah SAW bersabda, " 3 orang yang shalat mereka tidak akan diterima dan tidak akan sampai kebaikan mereka ke langit :

1.    Hamba yang lari daripada majikannya, sehingga dia kembali. 

2.   Istri yang dimarahi suaminya sehingga suaminya ridho kepadanya.

3.   Orang yang mabuk sehingga dia sadar." 

  Salman al-Farisi meriwayatkan bahwa suatu ketika Fathimah R.Anha datang menemui Rasulullah SAW, ketika melihat Rasulullah SAW, bercucuranlah airmatanya dan riak wajahnya berubah kesedihan. Nabi SAW bertanya, " Kenapa denganmu anakku? " Fathimah R.Anha menjawab, " Wahai Rasulullah SAW, malam tadi aku dan Ali bergurau dan aku tercakap sesuatu yang membuatkan dia marah padaku. Ketika aku melihat dia (Ali) marah, aku menyesal dan mula rasa susah hati maka aku berkata kepadanya, 'Hai kekasihku, kesayanganku, maafkanlah kesalahanku, lalu aku mengelilinginya dan merayu kepadanya sebanyak 72 kali sehingga akhirnya dia rela dan mentertawakanku dengan segala kerelaannya, tapi aku tetap merasa takut kepada Tuhanku. "

  Rasulullah SAW bersabda kepada Fathimah R.anha, " Wahai anakku demi zat yang telah mengutusku sebagai Rasul dengan agama yang benar, sesungguhnya sekiranya kamu mati sebelum Ali RA rela kepadamu maka aku tidak akan menyembahyangkan mayatmu."

  Kemudian Baginda bersabda lagi :

  • Wahai anakku, tidakkah kamu tau, kerelaan suamimu itu adalah kerelaan Allah dan kemurkaan suamimu itu adalah kemurkaan Allah. 
  • Wahai anakku, seorang perempuan yang beribadah betul-betul seperti ibadahnya Maryam A.s puteri Imran tetapi suaminya tidak ridho kepadanya maka Allah tidak akan terima segala amal ibadahnya. 
  • Wahai anakku, amal yang paling utama bagi para wanita ialah ketaatannya terhadap suaminya.
  • Dan sesudah itu tidak ada lagi amal yang paling utama daripada 'bercumbu' dengan suami. 
  • Wahai anakku, duduklah satu jam bercium dengan suami lebih baik dari beribadah 100 tahun dan di catat pada setiap pakaian yang dipakai pada waktu bercium tadi seperti pahala seorang yang mati syahid. 
  • Wahai anakku, sesungguhnya seorang wanita yang mencium suaminya, memakai pakaian kepada suami dan anak-anaknya, maka sudah pasti baginya surga. Allah memberikan untuk setiap pakaian yang dipakai dari berbagai jenis pakaian, sebuah kota di dalam surga. "
  Syeikh Abdul Halim mengatakan bahwa seorang muslimah yang bijak adalah yang merasa bahwa suaminya sangat serasi dengannya walaupun ada kekurangan suami dalam segi keduniaan. Perkara ini sama sekali tidak mempengaruhi kehidupan rumahtangganya, dia ridho dengan apa yang dimiliki suaminya.

  Suri tauladan bagi wanita solehah adalah pasangan-pasangan solihin yang terdahulu. Lihatlah bagaimana mereka mendapatkan 'kunci' tersebut dalam kehidupan mereka. Abu Dardaa' RA berpesan kepada istrinya, " Jika kamu lihat aku sedang marah, maka maafkanlah aku, dan sekiranya aku lihat kamu sedang marah, aku akan memaafkanmu. Kalau tidak demikian maka kita tidak akan pernah bersahabat."
  Imran Ibnu Hathan pernah berkata kepada istrinya seorang wanita yang sangat cantik dan muda pula. Sementara itu dia sendiri adalah lelaki yang tidak tampan dan kurang menarik.

"Sesungguhnya aku dan kamu akan masuk surga, InsyaAllah."

Istrinya bertanya, "Bagaimana itu boleh berlaku?"

Imran menjawab,"Aku telah diberi oleh Allah SWT istri yang secantik kamu, lalu aku bersyukur dan kamu telah diberi oleh Allah SWT suami seperti aku, lalu kamu bersabar."(Ibnu Abi Rabbah)

  Rasulullah SAW pernah bersabda kepada para sahabatnya, " Maukah aku beritahu kalian, bakal isterimu di surga?"

Para sahabat R.anhum menjawab, "Ya, ya Rasulullah SAW."

  Rasulullah SAW bersabda,"Mereka itu ialah, setiap istri yang penuh dengan kasih sayang dan banyak anak ( subur ) dan apabila dia marah atau diganggu atau dimarahi oleh suaminya, lalu dia menyerahkan dirinya dan berkata, 'Ini tanganku, terserah kamu, aku tidak boleh tidur selagi kamu tidak 'rela' kanku."(Thabrani)

  Jika melihat hadis di atas nampaknya mudah sekali bagi seorang wanita untuk masuk surga Allah SWT. Seolah-olah surga bagi wanita itu hanya 2 langkah saja, 'ridho Allah dan 
ridho suami ', itu saja. Untuk mendapatkan ridho Allah dan ridho suami memerlukan keimanan dan amal soleh.
                               
                Perbicaraan Dengan Suami 

  Wanita yang solehah adalah wanita yang senantiasa menjaga percakapannya di hadapan suaminya. Jangan sampai akibat perkataannya boleh membawa kepada kemurkaan Allah dan menyakiti hati suami. Sememangnya hal ini berlaku karena dorongan nafsu dan emosi yang tidak terkawal.
  
  Perkara inilah yang sangat-sangat dikhawatirkan oleh Nabi SAW. Diriwayatkan bahwa ketika Baginda SAW mengerjakan shalat Kusuf, terbayang-bayang di minda Rasulullah SAW surga dan neraka. Di dalam neraka itu, Rasulullah SAW melihat kebanyakan penghuninya adalah wanita. Para sahabat R.Anhum bertanya, apakah sebabnya? Rasulullah SAW menjawab, "Mereka tidak mengakui kebaikan suami dan tidak berterima kasih kepada suami. Yakni kamu berbuat baik kepada istrimu sepanjang hayatmu tapi suatu ketika apabila pergaduhan atau salah paham, mereka berkata, 'Aku tidak pernah dapat apa-apa kebaikan pun daripada kamu." ( Muttafaqun Alaih )
  
 Ya'la Ibnu Munabbih menceritakan, ada seorang suami yang datang berjumpa Rasulullah SAW, menceritakan bahwa setiap kali dia datang, maka istrinya yang solehah menyambutnya dengan kata-kata, "Selamat datang wahai Tuan pemilik rumah, jika kehendakmu adalah untuk akhiratmu, semoga Allah meningkatkan dengan kemauanmu itu. Jika kehendakmu untuk duniamu, semoga Allah SWT senantiasa memberi rezeky dan merestuimu."
  
  Mendengar demikian Rasulullah SAW bersabda, " Untuk istrimu itu pahala separuh pejuang di jalan Allah. Dialah pekerja yang berada di bawah pimpinan Allah."
  
  Puteri Sa'id Ibnu Musayyab yang terkenal dengan kesolehannya, mengajarkan kepada para istri bagaimana caranya berkelakuan di hadapan suami, beliau berkata, " Tidaklah kami berbicara dengan suami-suami kami kecuali sepertimana kalian berbicara di hadapan raja-raja kalian." ( Ahkamun Nisaa' )


  Syeikh Zakaria mengulas tentang perkara ini, beliau mengatakan, " Maka dari riwayat-riwayat ini dapat dipahami bahwa penyebab mengapa wanita kebanyakannya masuk neraka. Dalam sebuah hadis mengenai Hari Raya, diceritakan bahwa setelah mendengar nasihat Rasulullah SAW, semua kaum wanita telah membuka perhiasan emas dan perak dari telinga dan leher mereka, lalu diletakkan di dalam kain Bilal RA yang bertugas mengumpulkan sedekah pada masa itu. 

  Dituliskan oleh Syeikh Ahmad Hussin dalam buku ' alMaraatul Muslimaat Amamaat Tahdiyaat ' bahwa satu kali As-Sya'bi bertanya kepada Syuraih Al-Qadhi tentang rumahtangga. Syuraih berkata, " Selama 20 tahun aku belum pernah melihat sesuatu yang membuatkan aku kesal dengan istriku. Semenjak malam pertama aku bertemu dengan istriku, ternyata dia sangat cantik, tidak ada bandingannya. Ketika aku melaksanakan 2 rakaat shalat syukur, aku melihat istriku juga melakukan perkara yang sama. Dia berkata kepadaku, " Alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah, aku memohon pertolongan kepada Allah SWT, sesungguhnya aku adalah seorang wanita yang tidak tau sedikit pun tentang kebaikanmu, maka jelaskanlah kepadaku apa yang kamu suka, agar aku boleh menunaikannya dan apa yang kamu tidak suka, agar aku dapat meninggalkannya. Dalam kaummu ramai wanita yang layak kamu nikahi dan dalam kaumku ramai lagi lelaki yang layak menjadi suamiku. Tetapi Allah sudah tetapkan ini terjadi, aku sudah menjadi milikmu. Kerjakanlah apa yang Allah telah perintahkan kepadamu, milikilah aku dengan sebaik-baiknya atau ceraikan aku dengan sebaik-baiknya. Aku sampaikan hal ini dan aku memohon kepada Allah untukmu dan diriku. "
  
  Syuraih melanjutkan, " Wahai Sya'bi, demi Allah, dia membuatkanku berceramah dengan masalah tersebut. Aku berkata, " Alhamdulillah, Nahmaduhu wa Nusolli Alaa Rasulihil Kareem. Sungguh kamu telah mengatakan sesuatu yang jika kamu dapat buktikan kebenaran tentang perkara ini, itu nasibmu. Tetapi jika kamu hanya mengada-adakan hal itu maka hal itu hanya akan 'berbalik' kepadamu. Aku suka ini dan itu, aku tidak suka ini dan itu. Apa yang kamu lihat dari kebaikanku maka sebarkanlah dan apa yang kau lihat dari keburukanku maka sembunyikanlah. "

  Istriku berkata, " Siapakah jiran tetanggamu yang kamu benarkan masuk ke rumah? Agar aku membenarkannya dan siapakah mereka yang kamu tidak suka untuk memasuki rumahmu agar aku tidak membenarkannya."

  Aku menjawab," Si Fulan, adalah orang baik-baik dan si fulan adalah orang yang tidak baik."

  Wahai Sya'bi, aku hidup dengannya selama 20 tahun belum pernah aku rasa tidak puas hati kepadanya tentang sesuatu perkara kecuali sekali, itu pun ketika aku berbuat zalim kepadanya." 

  Untuk itu diingatkan bahwa seorang istri mesti menjadikan perbicaraannya dengan suami sebagai penghibur suaminya. Apabila istri ada 'keluhan' haruslah dilihat waktu dan keadaan suami. Ambil kira tentang suami, yang mana suami pun ada perkara yang banyak menggunakan tenaga dan pikirannya. Maka, walaupun berbagai masalah yang dihadapi si istri, sebaiknya istri menyambut dan berhadapan dengan suami dengan kata-kata yang menghiburkan hati dan menyenangkan suami. Jangan sesekali tidak ambil peduli dengan keadaan suami, jadi istri mengeluarkan kata-kata yang tidak menyenangkan dan menyakiti suami.

  Nabi SAW bersabda, " Shalat seorang wanita yang menggangu suaminya dengan lidahnya tidak diterima oleh Allah walaupun dia berpuasa setiap hari, bangun dan shalat di waktu malam, membebaskan hamba sahaya dan membelanjakan hartanya di jalan Allah. Wanita yang lidahnya busuk yang menyakiti suaminya dengan cara seperti ini adalah orang yang pertama akan masuk ke dalam api neraka." ( Biharul Anwar ; 203 )


                Menghiburkan Suami

  Firman Allah SWT yang bermaksud, " Agar kamu merasa tenteram kepadanya." ( Ar-Rumm : 21 ) 

 Dalam ayat di atas memberi isyarat bahwa wanita haruslah menjadi sebagai ' pelabuhan ' ketenteraman, kedamaian dan keamanan bagi kaum lelaki. Ini merupakan tugas fitrah wanita dalam kehidupan ini yang penuh dengan segala macam kesulitan.
  
  Ummu Mukiminin, Khadijah R.Anha sebagai teladan nomor satu dalam aspek ini. Ketika Rasulullah SAW mengalami ketegangan, Khadijah R.Anha telah meringankan beban perasaan yang ditanggung oleh Baginda SAW. Beliau menyejukkan dan menghiburkan Rasulullah SAW seraya berkata, " Demi Allah, Allah tidak akan pernah menghinamu karena kamu telah menyabung perasaan, membela orang yang dalam kesusahan, menutup keperluan orang yang tidak punya, memuliakan tetamu dan menolong sedaya upaya dalam menegakkan kebenaran." 

  Ali RA menasihati kepada pasangan suami istri, " Hiburkanlah hati dari masa ke semasa sebab sekiranya hati itu berbuat benci maka ia akan menjadi buta."

  Sesungguhnya inilah yang diinginkan oleh para suami yakni mendapat ketenangan dan penghibur hati daripada istrinya sendiri sehingga dalam wujudnya ' Rumahku Surgaku '.

  Syeikh Abdul Halim Hamid mengatakan bahwa, sesungguhnya Allah SWT menjadikan istri itu sebagai tempat berteduh agar suami tenang dan tenteram di haribaannya. Cinta yang ditunjukkan kepada suami dengan hati nan lembut penuh dengan kasih dan sayang akan segera melenyapkan segala perasaan kusut, penat dan letih setelah bergelut dengan gelombang kehidupan yang penuh cobaan.

 Setiap orang mengimpikan seorang teman yang mau mendengar dan berbagi rasa dengannya, termasuklah suami. Wajarlah jika suami mau keluarganya menjadi sebagai tempat untuk menghiburkan dan melegakan hatinya. Ini semua akan diperolehi setelah istri memahami perkara tersebut.

  Sebaliknya adalah sangat dicela bagi istri-istri yang tidak pandai menghibur suami. Rasulullah SAW bersabda, " Mana-mana wanita yang bermasam muka apabila berhadapan dengan suaminya, maka akan dimurkai Allah SWT sehingga dia dapat membuat suaminya senyum dan ridho dengannya." Dalam riwayat lain menyebutkan, " Mana-mana wanita yang durhaka dengan suaminya, akan bangkit dari kuburnya dengan wajah yang berubah menjadi hitam."


     Kisah Isteri Dalam Menghiburkan Suami

Kisah 1 
   Ketika putera Abu Talhah RA wafat, berkatalah Ummu Sulaim R.Anha kepada keluarganya, " Janganlah kalian memberitahu Abu Talhah tentang anaknya sehingga aku sendiri yang akan beritahunya."

  Maka datanglah Abu Talhah RA pada waktu berbuka puasa, lantas mereka  berbuka puasa. Kemudian Ummu Sulaim RAnha berdandan dengan sangat cantik yang tidak  pernah dilakukan sebelum ini maka tertariklah Abu Talhah RA kepada istrinya maka terjadilah hubungan suami istri pada malam itu.

  Setelah istrinya (Ummu Sulaim R.anha) merasa bahwa Abu Talhah RA telah puas, berkata lah Ummu Sulaim R.anha kepada Abu Talhah RA, "Wahai Abu Talhah, apa pendapatmu apabila ada satu kaum meminjamkan barang pinjaman kepada kaum lain, ketika kaum tersebut ingin meminta barangnya kembali, apakah yang meminjam itu ada hak untuk menghalang?"
Abu Talhah RA menjawab, "Tidak."
Ummu Sulaim R.anha berkata, " Mohonlah pahala Allah SWT untuk anakmu. "Maka marahlah Abu Talhah RA seraya berkata, " Kenapa kau biarkan aku sehingga aku kotor ( berjunub ) begini baru kau kabarkan kepadaku tentang anakku? "Maka berlalulah Abu Talhah RA menemui Nabi SAW lalu menceritakan kepada Nabi SAW tentang perkara itu.
Maka berkatalah Rasulullah SAW, "Semoga Allah memberkati malam kalian berdua."
Setelah itu hamillah Ummu Sulaim R.anha, kemudian beliau melahirkan bayinya. Ketika pagi tiba, Ummu Sulaim R.anha membawa bayinya kepada Rasulullah SAW dan Abu Talhah RA menitipnya dengan beberapa buah kurma, kemudian Rasulullah SAW mengambil buah kurma itu dan mengunyahnya, lalu memasukkan ke dalam mulut bayi dengan dioleskan ke seluruh rongga lantas memberinya nama, Abdullah. ( Muttafaqun Alaih )


Kisah 2 
   Ketika Fathimah Binti Abdul Malik, istri Khalifah Umar Ibnu Abdul Aziz memasuki kamarnya dan mendapati suaminya sedang duduk di atas sajadah sambil menangis. Beliau bertanya kepada suaminya, "Mengapa kamu menangis sebegini rupa?"

Khalifah Umar menjawab, "Ohh malangnya wahai Fathimah, aku diberi tugas menguruskan ummat seperti ini. Yang senantiasa bermain di pikiranku ialah nasib si miskin yang kelaparan, orang yang merintih kesakitan, orang yang terasing di negeri ini, orang tawanan, orang yang sudah tua, janda-janda yang sendirian, orang yang mempunyai tanggungan keluarga yang besar dengan pendapatan yang kecil dan orang yang senasib dengan mereka di seluruh pelusuk negeri ini, baik di timur atau di barat, utara maupun selatan. Aku tau, Allah akan minta pertanggungjawaban dariku pada hari kiamat sedangkan pembela mereka yang menjadi lawanku kelak adalah Rasulullah SAW. Aku betul-betul merasa takut tidak dapat mengemukakan jawaban di hadapannya, itulah sebabnya aku menangis...."
Pada saat itulah Fathimah menghiburkan suaminya dengan penuh kasih sayang walaupun suaminya banyak masanya untuk menunaikan kepentingan agama dan ummat sehingga tiada masa untuk menguruskan dirinya sendiri.


             Berdandan Untuk Suami

   Sabda Rasulullah SAW, "Tiada yang lebih bermanfaat  bagi seorang mukmin setelah ketaqwaannya kepada Allah SWT  yaitu istri yang solehah. Jika diperintahkan dia taat, jika suami melihatnya menyenangkan."(Ibnu Majah)

   Syeikh Abdul Halim Hamid, menasihati kepada para istri,hendaklah istri menjadi Ratu kecantikan dan keindahan di dalam rumahnya, membawa keridhoan kepada Rabbnya dan menciptakan kebahagiaan untuk suaminya. Islam mengajar wanita muslimah agar berhias dan berdandan, memakai wangi-wangian, bersolek dan sebagainya tetapi dengan syarat itu semua dilakukan untuk suami saja dan sangat-sangat dilarang jika dilakukan untuk selain suami.

   Ibnu Jauzi menjelaskan mengenai berdandan seseorang wanita di hadapaan suaminya, katanya, "Setelah usai perciptaan dan sempurna kebagusannya, dituntut selalu berada di dalam keadaan berhias dan bersih dengan menggunakan alat-alat kosmetik, bermacam pakaian dan berbagai fashion dandanan yang sesuai dengan selera suami."

   Syeikh Abdul Halim Hamid telah memberikan beberapa nasihat untuk para istri dalam perkara berhias ini :

  • Hati-hatilah jangan sesekali pandangan suami jatuh pada sesuatu yang dibencinya seperti kotoran dan bau yang tidak enak atau sifat-sifat yang menjengkelkan.
  • Bervariasilah dalam berdandan dan menggunakan wangi-wangian kerana dengan cara itu ada kesegaran dan daya tarik.
  • Usaha sedaya upayalah untuk memenuhi selera suami meliputi warna baju, jenis pabrik serta fashionnya, aroma parfum, gaya rambut dan lain-lain seperti celak dan pemerah kuku.
   Ada seorang wanita yang bertanya kepada A'isyah R.anha tentang pemerah kuku, maka beliau menjawab, "Boleh memakainya tapi aku tidak menyukainya karena kekasihku (Nabi SAW) dahulu tidak suka baunya."(Abu Daud,An-Nasaa'i)

   Dalam Fathul Qadir disebutkan bahawa Alim Ulama' telah berkata, "Berhias seseorang wanita serta mengharumkan badannya dengan wangian adalah faktor utama yang dapat mengukuhkan bangunan cinta kasih suami isteri. Ia dapat menjauhkan perasaan benci dan enggan di antara mereka karena mata, hidung adalah jendela hati, darinya cinta keluar. Sekiranya suami melihat sesuatu yang menjengkelkan atau sesuatu yang tidak disukainya seperti dalam berpakaian dan gaya berhias istrinya, maka ini akan terkesan juga dalam hati suami dan lahirlah perasaan benci dan enggan terhadap istrinya."

   Seorang wanita solehah juga mesti bijak dalam memilih waktu-waktu yang tepat dan sesuai unutk berhias dan memakai wangian agar dapat menarik dan memikat hati suami,antaranya ialah :
  • Semasa istirahat.
  • Semasa bergurau senda dan bersembang dengan suami.
  • Pada waktu anggota badan banyak dalam keadaan terbuka (Yakni sebelum subuh, istirahat siang hari dan selepas isya)
  • Semasa berjima' denagn suami.
   Jangan berhias dengan berlebih-lebihan seperti menghabiskan terlalu banyak uang membeli alat-alat untuk berhias, menggunakan waktu sehingga berjam-jam untuk berhias dan sebagainya. Ini termasuk dalam perbuatan yang mubazir saja.
  
                          Jimaa'
  
   Rasulullah SAW bersabda, " Sebaik-baik wanita di antara kamu adalah yang paling menjaga dan pandai membangkitkan syahwat. Paling menjaga kemaluannya dan yang paling pandai menggairahkan syahwat suaminya." ( Dailami )

 Yang paling menjaga '.....maksudnya ialah menjaga aurat serta kehormatannya dari lelaki ajnabi. Sedangkan ' yang pandai menggairahkan syahwat '...adalah hanya ditujukan kepada suami. Inilah istri yang paling baik yaitu pandai menggoda, pandai menghibur, pandai merayu, pandai bersolek dan berdandan di hadapan suaminya.

   Rasulullah SAW bersabda kepada Jabir RA, " Alangkah baiknya jika istrimu itu seorang gadis yang kamu dapat bermain-main dengannya dan dia dapat bermain-main denganmu. ( Bukhari, Muslim )

   Anjuran utama bagi wanita solehah dalam masalah jimaa' dengan suami ialah jangan sesekali menunda-nunda ajakan suami untuk berhubungan badan apalagi menolaknya ketika istri dalam keadaan sehat. Menyegerakan keinginan suami dalam urusan tempat tidur ( jimaa' ) adalah sangat besar pengaruhnya dalam hubungan cinta kasih antara suami istri.

   Rasulullah SAW bersabda," Seorang wanita itu datang dalam bentuk syaitan, sekiranya salah seorang daripada kamu melihat wanita yang memikatnya segeralah mendatangi istrinya karena perkara itu boleh menyejukkan gelojak nafsu yang ada dalam dirinya." ( Muslim )

   Rasulullah SAW bersabda, " Allah melaknat istri yang suka berkata ' nanti '...nanti ' ( dalam memenuhi ajakan suaminya )."(Thabrani)

Hikmah-hikmah dalam menyegerakan panggilan suami dalam hubungan jimaa' ini adalah :
  • Dapat memenuhi hubungan biologis suami hingga puas.
  • Menjaga sehingga tidak terjerumus dalam perzinaan.
  • Jika menolak maka akan timbul buruk sangka suami kepada istri.
  • Menjaga keharmonian rumahtangga. 
   
  Sebaik-baiknya istri yang solehah tau waktu-waktu yang tepat untuk berhubungan dengan suami, agar hubungan tersebut akan tercipta suasana yang harmoni, mesra dan berkesan. Waktu-waktu tersebut adalah :
  • Setelah suami pulang dari berpergian yang jauh.
  • Malam ketika merayakan sesuatu.
  • Saat berbaik-baik setelah berlaku pergaduhan.
  • Ketika banyak ujian.
  
   Nabi SAW bersabda, " Jika seseorang istri bermalam dengan meninggalkan tempat tidur suaminya para Malaikat akan melaknatnya sehinggalah dia kembali kepada suaminya." ( Bukhari, Muslim)

   Rasulullah SAW bersabda, " Jika suami memanggil istrinya, maka hendaklah istri mendatangi suaminya walaupun dia sedang berada di atas tungku." ( Tirmidzi, Nasaa'i )

   Islam mengatur hubungan lelaki dan wanita agar menjadi hubungan yang suci dan bersih. Anjuran Rasulullah SAW agar istri jangan menolak ajakan suami dalam hubungan seksual adalah termasuk untuk menjaga hubungan bersih dan suci agar terhindarnya perzinaan, maka istri mestilah berusaha memberikan layanan kepada suami bila-bila masa saja dengan layanan yang terbaik kecuali pada masa-masa yang Allah SWt haramkan bersetubuh yaitu :
1.    Ketika sedang haid.
2.   Ketika Nifas.
3.   Ketika berpuasa wajib di Bulan Ramadhan.
4.   Ketika Haji dan Umrah sebelum tahallul.

   Syeikh Abdul Halim Hamid menasihatkan bahwa ada satu tata tertib yang harus diperhatikan oleh istri agar pertemuan dengan suaminya akan menjadi pertemuan yang menyenangkan dan indah. Sebagian tata tertib itu adalah :

1.    Memulakan dengan membaca doa.

2.   Menjaga tempatnya dengan bersih dan harum juga penampilannya yang menarik.

3.   Saling membisikkan ungkapan-ungkapan mesra agar sentiasa harmoni.

4.   kelembutan ketika melakukan jimaa'.

5.   Tidak menyudahi jimaa' sehingga kedua-duanya merasa ridho dan puas.

 Hendaklah diingatkan bahwa makruh untuk bersetubuh pada 3 malam dari sebulan yaitu awal, pertengahan dan akhir bulan. Abu Hurairah RA berkata bahwa syaitan menghadiri persetubuhan malam-malam tersebut.


                      Setia Terhadap Suami 

   Seterusnya kebaktian seorang istri kepada suaminya ialah 'kesetiaan'. Walau apapun keadaan suami miskin, kaya, sakit, sehat, ketika ada atau ketika tidak ada, wanita solehah tetap menjaga kesetiaannya terhadap suami.

   Rasulullah SAW bersabda, " Sesungguhnya setia dengan janji ( termasuk akad nikah )  adalah sebagian daripada iman" ( Hakim, Baihaqi )

    Rasulullah SAW bersabda," 3 perkara tergolong dalam kebahagiaan yaitu :
1.    Istri yang apabila kamu memandangnya, menyenangkanmu.

2.   Apabila kamu meninggalkannya (di sebabkan sesuatu urusan) kamu merasa yakin akan kesetiaannya.

3.   Perkataannya menyenangkanmu.

Dan 3 perkara yang termasuk kesengsaraan yaitu :

1.    Istri yang apabila kamu pandang menjemukan.

2.   Apabila engkau pergi, kamu tidak merasa aman terhadapnya (khawatir dikhianati)

3.   Perkataannya selalu mengumpatmu. ( Hakim ) 

   Mengenai perkara ini ada satu kisah, A'isyah R.Anha berkata, " ketika penduduk Makkah di beri tawaran untuk menebus tawanan-tawanannya maka di utuslah Zainab Binti Rasulullah SAW untuk menebus suaminya, Abul-Ash Bin Rabi' dengan hartanya. Beliau membawa rantai perhiasan milik ibundanya, Khadijah R.Anha. Beliau pun masuk dengan membawa rantai itu untuk menebus Abul-Ash.

Ketika Rasulullah SAW melihatnya Baginda sangat terharu dan berkata, "Apa pendapat kamu semua jika dia dibebaskan dan tebusannya itu dikembalikan kepada Zainab."  

Mereka menjawab , " Boleh. "

   Maka Rasulullah SAW membawanya dan berjanji untuk membiarkan Zainab menuju ke arah suaminya. Kemudian Rasulullah SAW mengutus Zaid Ibnu Haritsah RA dan seorang lelaki Anshar seraya berkata kepadanya, " Aku harap kalian terus berada di Batnu Yakjuj hingga Zainab melewati kalian berdua."
Akhirnya mereka berdua mendampinginya dan datang bersama Zainab.(Abu Daud)

   Syeikh Abdul Halim Hamid berkomentar bahwa kisah ini ada 2 nilai kesetiaan :
1.    Kesetiaan istri kepada suami. Zainab menebus suaminya yang ketika itu masih musyrik dengan harta yang paling berharga iaitu rantai milik ibunya.

2.   Kesetian suami kepada istrinya. Tersentuh perasaan Rasulullah SAW apabila melihat rantai milik istrinya Khadijah R.Anha. Baginda SAW membebaskan tawanannya dan mengembalikan semula rantai itu kepada puterinya, Zainab R.Anha.
  
   Zaid Ibnu Aslam merumuskan bahwa yang dimaksudkan setia itu ialah, "Wanita yang selalu mendirikan shalat, mengeluarkan zakat dan tidak pernah membawa lelaki lain ke tempat tidur. Perkara ini sama nilainya dengan orang yang berjihad di jalan Allah."

   Muslim Ibnu Yasir Rah.a mengatakan bahwa," Tidak ada lelaki yang merasa gembira seperti gembiranya terhadap 3 perkara, yaitu :
1.    Isteri yang baik.
2.   Jiran yang baik.
3.   tempat tinggal yang baik.
  
   Al-Asmu'i berkata ," Aku telah masuk ke sebuah kampung tiba-tiba ada seorang wanita yang sangat cantik wajahnya berada di bawah naungan lelaki yang buruk wajahnya. Aku bertanya kepada wanita itu, " Wahai wanita, apakah kamu ridho berada di bawah lelaki seperti dia? '' Dia menjawab, '' Wahai kamu, diamlah! Sesungguhnya kamu telah berbuat buruk dalam perkataanmu. Semoga dia berbuat baik dalam apa saja perantaraan dia dengan Penciptanya maka memberikan pahalanya kepadaku atau barangkali aku berbuat buruk dengan perantaraanku dengan Penciptaku lalu dia menjadikannya sebagai siksaanku. Apakah aku tidak ridho kepada apa yang diridho Allah untukku? Maka kata-kata wanita itu membuat aku terdiam, "

   Nabi SAW bersabda, " Aku melihat-lihat ke dalam Neraka, sebagian besar penghuninya adalah wanita. " 
Para wanita bertanya, " Mengapa wahai Rasulullah SAW? " Rasulullah SAW bersabda, " Mereka selalu mengutuk dan mengingkari keluarga  (Yakni suami yang menggaulinya )" (Muttafaqun Alaih)

   Syeikh Abdul Halim Hamid menulis bahwa, setia menjaga diri di kala pemergian suami adalah 'wajib syar'i' dan bukan sekadar galakan dan bersifat semula jadi saja. Makanya kami merasa perlu untuk menjelaskan bagaimanakah bentuk penjagaan/kesetiaan seorang istri ketika ketiadaan suami. Di ringkaskan seperti berikut :
  • Menjaga rahasia-rahasia suami.
  • Menjaga anak-anak.
  • Menjaga harta suami.
  • Menjaga maruah  dan kehormatan diri.
  • Menjaga hubungan baik dengan sanak saudara dan keluarga terdekat.
   Beliau melanjutkan,'Janganlah menyingkap rahasia dan membantah suami. Apabila kamu menyingkap rahasianya kamu tidak akan merasa aman dari perceraian dan apabila kamu membantah perintahnya bermakna kamu telah melukai hatinya.'

   Ali RA juga telah menasihati ," Kebaikan di dunia dan di akhirat ada 2 yaitu, menjaga rahasia dan berkawan dengan orang yang baik-baik. Dan kejahatan juga ada 2 yaitu, mengungkap rahasia dan berkawan dengan orang yang tidak baik."


                        Mengingatkan Suami

  Rasulullah SAW bersabda, " Rahmat Allah ke atas wanita yang bangun malam dan shalat kemudian membangunkankan suaminya supaya turut shalat. Apabila suaminya enggan lalu dipercikkan air ke wajah suaminya."  (Ahmad ,Abu Daud )

  Firman Allah SWT, "Dan orang-orang yang beriman lelaki dan wanita, sebagian mereka menjadi penolong kepada sebagian yang lain. Mereka yang menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari perkara mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah beserta rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha bijaksana. " ( At-Taubah ; 71 )

    Urusan ingat-mengingati ini adalah tugas seluruh muslimin dan muslimat. Begitu juga suami istri perlu ada sikap saling ingat-mengingatkan antara satu sama lain. Syeikh Abdul Halim menulis bahawa salah satu kerjasama yang amat penting yang dianjurkan dalam islam terhadap pasangan suami istri adalah kerjasama dalam jihad fisabilillah, dakwah dan tabligh.

  Seseorang istri juga perlu ikut memberikan usul agama kepada suaminya sebagaimana Hafsah R.anha yang memberi usul kepada ayahnya yakni Amirul Mukminin Umar RA mengenai tempo batas kesabaran seseorang wanita yang ditinggalkan suami yang berjihad di jalan Allah. Kita sudah maklumi cerita ini. Adalah satu bentuk kerjasama yang indah apabila seorang istri dapat mengingatkan kembali bahwa pertolongan dan dukungan Allah senantiasa bersamanya.

   Sebagaimana dalam kisah perjanjian Hudaiybiyyah, Ummu Salamah R.anha ikut memberi pendapatnya kepada suaminya, Rasulullah SAW demi kemashlahatan kaum muslimin. Sebaliknya janganlah bersikap seperti istri Abu Lahab ( laknatullah alaihimaa ) yang ikut memberi usul-usul kepada suaminya dalam memusuhi Islam.

   Sekiranya usul istrinya baik dan diamalkan oleh suami maka pahala kebaikan tersebut turut mengalir kepada istrinya. Sebaliknya jika usul tersebut buruk untuk agama dan diamalkan oleh suami maka dosanya sama-sama ditanggung.

   Sebagaimana para sahabiyyah R.anhun yang selalu mendorong suami mereka keluar ke medan jihad, menyahut seruan jihad. Sang istri melepaskan suami mereka sambil memohon doa kepada Allah SWT agar suami mereka dikurniakan anugerah salah satu dari dua kebaikan yakni 'menang atau syahid'. Meskipun ketika itu adalah malam pengantin, malam pertama milik mereka berdua yang paling indah seperti kisah Hanzalah bin Abu Amir RA sang syuhada yang dimandikan oleh para Malaikat karena beliau berangkat ke medan jihad dalam keadaan berjunub.

   Mereka yakni para sahabiyyah juga selalu membangkitkan semangat suami dan menyirnakan kekhawatiran diri dan anak-anaknya dengan mengucapkan satu ayat yang berbunyi, "Allah adalah pelindung orang-orang beriman, Allah adalah Pelindungku dan anak-anak kita dan kita tidak memiliki kekuasaan atas urusan kita. Allah telah menjaga kami saat pemergianmu lebih ketat dari saat kau ada di sisiku. Maka bertawakkallah kepada Allah, janganlah sibukkan benakmu dalam memikirkan rezeky. Aku melihatmu sebagai tukang makan dan bukan sebagai pemberi rezeky. Jadi apabila si tukang makan tiada, Sang Pemberi rezeky akan tetap hidup."

  Dan apabila suaminya keluar dari rumahnya maka istri atau anak perempuannya akan berkata kepadanya, "Hati-hatilah terhadap usaha yang haram sesungguhnya kami sabar dengan kelaparan dan kesulitan dan kami tak mampu bersabar dengan neraka."

   Suami istri adalah da'e Allah SWT, kedua-duanya bertanggungjawab atas kehidupan beragama dalam sesebuah rumahtangga khususnya dan secara umumnya untuk seluruh alam ini. Sebagai wanita solehah selalulah mengingatkan suami apabila dia lalai dalam urusan agama istri dan keluarganya karena dalam urusan nafkah agama adalah menjadi tanggungjawab seorang suami. Jika seseorang istri membiarkan kerusakan berkeliaran dalam rumahtangganya maka seperti ia membiarkan satu penyakit menular dan berbahaya bertebaran dalam rumahtangganya sendiri.

   Suatu ketika Rasulullah SAW bertanya kepada Ali RA, "Bagaimana dengan pasanganmu?" Ali RA menjawab, "Aku dapati Fathimah R.anha pendorong yang terbaik dalam urusan mengabdikan diri pada Allah. Lalu Rasulullah bertanya kepada Fathimah R.anha mengenai Ali RA, beliau menjawab, "Dia adalah suami yang terbaik."

   Dalam kitab Sifatus-Sofwah dituliskan bahwa Abu Ja'far As-Sa'ih berkata, "Ada berita yang sampai kepada kami bahwa ada seorang istri yang sangat rajin mengerjakan shalat-shalat sunnat berkata kepada suaminya, "Celakalah engkau! Bangunlah sampai bila kamu mau tidur saja, sampai bila mau dalam keadaan lalai selalu? Aku akan bersumpah demi kamu, janganlah cari pendapatan kecuali dengan cara yang halal. Dan aku akan bersumpah demi kamu, janganlah masuk neraka hanya karena diriku. Berbuat baiklah terhadap ibumu, sambunglah silaturrahiim janganlah memutuskan tali persaudaraan dengan mereka sehingga Allah akan memutuskan dengan dirimu."


                   Berselisih Dengan Suami

    Dalam kehidupan sebagai suami istri adakalanya diuji dengan tidak keserasian antara satu sama lain dalam sesuatu perkara. Sebagai wanita solehah senantiasalah menjaga adab-adab dan kesopanan dalam berbicara dan juga setiap tingkah laku. Kehormatan suami sebagai pemimpin dalam keluarga harus dijunjung tinggi.

  Rasulullah SAW bersabda, " Istri yang ridho menerima sifat pemarah suaminya akan diberi ganjaran oleh Allah SWT seperti ganjaran yang diberi kepada Asiah binti Muzhahim, istri Firaun. " ( Birharul Anwar ,247 )

   Rasulullah SAW bersabda, " Apabila dua orang muslim tidak berbicara selama dua hari maka kedua-duanya telah keluar dari agama Islam dan tidak akan ada persahabatan yang tinggal untuk mereka berdua, kemudian salah seorang daripada mereka bermaksud untuk berbaik semula maka dia akan masuk surga lebih cepat daripada yang lainnya di hari Pengadilan kelak. " ( Biharul Anwar ; 103 )

   Sebagai wanita solehah pahamilah dengan benar aturan Allah dalam perkara perselisihan di antara suami istri. Sekiranya perselisihan ini berlaku atas sebab nusyuznya istri, Allah memerintahkan beberapa garis panduan yang harus ditempuh oleh seseorang suami dalam memperbaikinya yaitu dengan :
1.    Memberi nasihat.
2.   Berpisah tempat tidur.
3.   Pukulan yang tidak menyakitkan.

  Peraturan ini telah diungkapkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya yang bermaksud, "Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya maka nasihatilah mereka dan pisahkan mereka dari tempat tidur dan pukullah mereka." ( An-Nisaa' ; 34 )

  Tentunya sebagai wanita solehah, apabila berlaku perselisihan dan kesalahan itu dipihak kita maka cukup dengan nasihat. Segeralah memperbaiki diri, bertaubat dan beristighfar kepada Allah SWT. Jangan sesekali melontarkan kata-kata yang kotor dan menyakitkan hati suami dari mulut kita.

  Diriwayatkan bahwa Laqit bin Saribah RA bertanya kepada Nabi SAW , "Ya Rasulullah SAW aku mempunyai istri yang kata-katanya selalu mengeluarkan kata-kata yang tidak baik. "Sabda Rasulullah SAW, "Ceraikanlah dia." Kataku lagi, " Aku punya ramai anak dengannya dan aku telah hidup bersamanya lama sekali. "Rasulullah SW bersabda lagi, "Nasihatilah dia, jika dia mendengar nasihat maka terimalah dia dan jangan kamu pukul istrimu sebagaimana ketika kamu memukul budak-budakmu."( Abu Daud ).


 Alhamdulillah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa tinggalkan pesan, kritik dan sarannya.. Makasih ^_^

Kamis, 30 Oktober 2014

Suami & Istri Solehah

 Rasulullah SAW bersabda, " Lihatlah di mana dirimu pada suamimu, sesungguhnya ia adalah surga atau nerakamu. " ( Thabrani )

   Allah SWT berfirman, " Mereka (para istri) adalah pakaian bagimu dan kamu (para suami) adalah pakaian bagi mereka."( alBaqarah ; 187 )

   Sebagaimana yang dikatakan oleh Syeikh Ibrahim Ali bahwa tempat ketenangan bagi seorang suami adalah istrinya. Begitu juga sebaliknya ketenangan seorang istri adalah suaminya. Di antara keduanya akan terbentuk rasa kasih sayang dan cinta. Ini adalah satu nikmat dari Allah bagi manusia. Melalui pernikahan Islam menghendaki agar hubungan lelaki dan wanita menjadi kuat, mantap dan kekal serta dapat menjadi pasangan yang bersatu dalam kerja, maksud, tujuan dan cita-cita.
  
   Sedangkan Syeikh Abdul Halim mengatakan Allah menghendaki daripada seorang wanita solehah agar menjadi pententeram hati bagi suami dengan segala makna kata 'tenteram' yang meliputi : kepuasan, ketenangan, kebahagiaan, kedamaian dan seterusnya.
  
   Asmaa' Binti Kharijah menasihati anak perempuannya ketika melangsungkan pernikahan anak perempuannya yaitu :

  • Wahai anakku, kini engkau telah keluar dari sarang yang di situlah engkau dahulu dilahirkan sehingga engkau menjadi besar. Kini engkau akan beralih ke satu hamparan dan rumah yang engkau belum mengenalnya dan juga engkau harus berkawan dengan seseorang yang belum tentu serasi denganmu.
  • Itulah suamimu, jadilah engkau sebagai tanah untuknya dan ia akan menjadi langit bagimu. Jadilah engkau sebagai lantai untuknya dan ia akan menjadi sebagai tiang untukmu.
  • Janganlah engkau menyibukkannya dengan  bermacam kesukaran, sebab, itu akan membuat ia meninggalkanmu.
  • Janganlah engkau terlampau menjauh daripadanya, agar ia tidak melupakanmu, tetapi jika dia mendekatimu, maka dekatilah ia.
  • Peliharalah suamimu itu dengan benar, baik hidungnya, pendengarannya, matanya dan lain-lainnya. Janganlah kiranya suamimu itu mencium sesuatu darimu melainkan yang harum. Jangan pula mendengarkannya melainkan yang enak dan jangan pula melihatkannya melainkan yang indah.
  • Apa yang penting seorang istri adalah sendi utama di tengah-tengah rumahnya. Seorang istri hendaknya banyak duduk di dalam rumahnya, sedikit berbicara dengan jiran tetangganya dan jangan masuk ke rumah jiran kecuali dalam keadaan yang sangat perlu.
  • Seorang istri hendaknya menjaga suaminya baik di waktu suami berpergian atau ketika suami di rumah. Usahakanlah agar suami selalu berada di dalam keadaan 'gembira'. Jangan sesekali kamu mengkhianati suamimu dan hartanya. Dan jangan pula kamu keluar dari rumahnya melainkan dengan ada izin daripada suamimu.
  • Sekiranya ada seorang kawan suamimu datang ke rumahmu dan beliau berada di muka pintu rumah tetapi saat itu suamimu tidak ada di rumah maka tidak perlulah kamu coba untuk bercakap-cakap dengannya. Hendaklah kamu senantiasa menjaga perasaan 'cemburu' suamimu terhadapmu.
  • Seorang istri hendaklah merasa puas dengan apa yang ada pada suamimu. Mengenai apa saja yang di rezekykan Allah SWT padanya. Kamu harus mendahulukan hak suamimu di atas hakmu sendiri serta hak keluarga lainnya.

  Demikianlah nasihat seorang ibu yang budiman kepada puterinya dalam kewajibannya untuk menjadikan puterinya sebagai istri yang solehah dan taat pada suami. Maka ada beberapa hal yang selayaknya ditunaikan oleh setiap wanita solehah terhadap suaminya dalam rangka mewujudkan keridhoan Allah SWT dan suami sehingga menjadi bekal menuju surga.



                              Hak Suami

    Rasulullah SAW bersabda, "Wanita tidak dapat menunaikan hak Allah SWT sehingga dia menunaikan semua hak-hak suaminya walaupun suaminya memintanya (untuk menggaulinya) di atas pelana kendaraan, tetap belum tertunaikan haknya.( Thabrani )
  
   Bersabda Rasulullah SAW, "Wahai sekalian wanita! Bertaqwalah kepada Allah SWT dan peganglah keridhoan suamimu. Sesungguhnya wanita apabila mengetahui akan hak-hak suaminya dia akan tetap berdiri selama makan siang dan makan malamnya." ( Abu Nuaim )

    Aisyah R.anha berkata, "Wahai kaum wanita, sekiranya kamu tau hak-hak suamimu yang harus kamu penuhi, kamu pasti menyapu debu-debu dari kedua tapak kaki suamimu dengan wajahmu."
  
   Hadis-hadis di atas secara jelas telah menekankan betapa tingginya hak seorang suami yang harus ditunaikan oleh istri. Akan tetapi di zaman sekarang ini, berapa ramaikah istri-istri yang ambil kisah dalam menunaikan hak-hak suaminya? Bahkan, jangankan menunaikan hak-hak suami, rasa ingin tau apakah 'hak-hak' seorang suami pun masih ramai yang tidak mau ambil tau. 

   Hak manusia yang paling utama ditunaikan bagi seorang istri adalah suaminya. Selagi hak-hak suami belum ditunaikan selagi itulah hak-hak Allah SWT belum terpenuhi. Allah SWT akan tanya kembali di akhirat nanti mengenai hak-hak sesama manusia, ditunaikan ataupun tidak. Sehebat mana pun si istri beribadah kepada Allah SWT, tetap Allah SWT menganggap belum tertunaikan hak-Nya jika si istri belum menunaikan hak-hak suaminya.
  
   Ada beberapa hak yang utama menjadi kewajiban istri untuk menunaikannya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, " Hak suami atas istri adalah, bermalam di tempat tidurnya, menyenangkan janjinya, mentaati perintahnya, tidak keluar rumah kecuali dengan izin daripadanya dan tidak membenarkan siapa saja yang dibenci suaminya masuk ke rumah." ( Thabrani )
  
   Alim Ulamaa' telah menyimpulkan beberapa hak-hak suami yang harus dipenuhi oleh istri, di antaranya ialah :

  • Taat kepada suami.
  • Menjaga kehormatan suami.
  • Bersikap menyenangkan di hadapan suami.
  • Berhemat dalam mengeluarkan harta suami.
  • Tidak benarkan lelaki lain masuk ke rumah tanpa izin dari suami
  • Tidak menolak ajakan suami untuk bersetubuh.
  •  Menjaga rahasia suami.
  • Tidak keluar rumah tanpa izin daripada suami.
  • Menjaga hartanya.
  • Menerima giliran sekiranya mempunyai saudara 'madu'.
   Masih banyak lagi hak-hak suami ke atas isterinya selain di atas.


   Sekarang ini, ramai wanita paham akan hak-hak dirinya sendiri terutama dalam 'pemberian' nafkah ataupun material tetapi dalam hal agama? Sedikit sekali wanita yang ambil peduli sehingga sangat jarang mereka menuntut hak-hak itu daripada suaminya. Ini menyebabkan fitnah demi fitnah pun muncul di mana-mana.



             Taat Kepada Suami

   Rasulullah SAW bersabda, " Sekiranya aku boleh perintahkan seseorang untuk sujud di hadapan selain Allah SWT maka sesungguhnya aku perintahkan para istri untuk sujud kepada suaminya. Demi jiwa Muhammad yang ada di tanganNya, tidak seorang istri itu menunaikan hak-hak Allah SWT sebelum dia tunaikan semua hak-hak suaminya. Hingga seandainya suaminya 'meminta' dirinya dan kala itu dia berada dia tas pelana kendaraan, tidaklah boleh dia menolaknya." Ahmad, IbnuMajah, Ibnu Hibban )
  
   Allah SWT berfirman, "Lelaki lebih kuat daripada wanita." ( An Nisaa' : 24 )
  
   Sebagai wanita solehah, haruslah yakin dan terima dengan penuh kerelaan bahwa suaminya adalah pemimpin dalam rumahtangganya dan berkedudukan di bawah suaminya. Juga mempunyai rasa tanggungjawab untuk taat karena kesolehan itu berkait rapat dengan ketaatan. Tidak boleh seseorang dikatakan soleh jika dia tidak mempunyai ketaatan. Orang yang tidak taat adalah orang yang bermaksiat. Sebagaimana firman Allah SWT, " Adapun orang-orang yang solehah adalah qanitaatt (orang-orang yang taat) dan hafizaat (orang-orang yang menjaga diri) saat suami tiada dengan sebab penjagaan Allah SWT ke atasnya." ( An Nisaa' : 34 )

    Dalam ' Huququl Mar'ah ' dikatakan bahwa istri yang tidak taat kepada suami berarti dia telah bermaksiat kepada suaminya dan istri yang bermaksiat kepada suami berarti dia telah bermaksiat kepada Rasul-Nya dan barangsiapa bermaksiat kepada Rasulullah SAW berarti dia telah bermaksiat kepada Allah SWT. Jadi wajarlah sekiranya Malaikat mendoakan laknat kepada istri yang tidak mentaati suaminya.

   Imam Nawawi Rah.a menulis bahwa, Istri mesti sadar bahwa dirinya adalah milik suami seperti tawanan yang lemah yang tak berdaya di hadapan suami. Selalu tunduk dan taat kepada suami. Sehingga Alim Ulama' telah berpendapat bahwa :


  • Segala perbuatan istri mesti ada izin daripada suami . 
  • Istri hendaklah merasa malu terhadap suami. 
  • Tidak berani menentang suami. 
  • Menundukkan pandangan di hadapan suami. 
  • Merendahkan suara. 
  • Taat kepada suami apabila diperintahkan oleh suami selain perkara yang membawa kemaksiatan kepada Allah SWT. 
  • Diam ketika suami bercakap. 
  • Hantar suami ke muka pintu ketika suami mau keluar rumah. 
  • Menyambut ketika suami hadir dengan manis muka. 
  • Menunjukkan rasa cinta kepada suami. 
  • Mencium suami sebelum tidur. 
  • Memakai wangian ketika berada di samping suami. 
  • Selalu berhias ketika berhadapan dengan suami. 
  • Tidak berhias ketika ketiadaan suami di sisi.
  
   Ketaatan kepada suami adalah mutlak sebagaimana yang dinasihatkan oleh Syeikh Ibnul Jauzi bahwa ketaatan seorang istri kepada suaminya adalah wajib. Namun ketaatan yang wajib itu terbatas, yaitu hanya perkara yang dihalalkan bukan yang diharamkan, contohnya, sekiranya suami mengajak bersetubuh ketika haid, pada siang hari di bulan Ramadhan mengajak untuk tidak solat dan sebagainya, maka tidak wajib taat. Allah SWT tidak akan menyuruh mentaati makhluk dalam hal-hal yang bertentangan denganNya.

   Syeikh Abdul Halim menambah, sekiranya suami menyuruh untuk berhias seperti Jahiliyyah, berkumpul dalam majlis yang bercampur lelaki dan wanita maka istri tidak wajib untuk taat kepada suaminya. 
  
   Selanjutnya beliau menulis bahwa seorang wanita solehah mestilah berhati-hati agar kekurangan yang ada pada suami tidak menjadi alasan untuk membantah perintahnya. Kurang harta, ilmu, kedudukan maupun kebangsawanan terutama apabila isri itu sendiri mempunyai kelebihan tersebut lebih tinggi daripada suaminya, seharusnya seorang isteri itu bertaqwa kepada Allah SWT, istiqomah dengan batas-batas syariat-Nya semata-mata mencari keridhoan Allah SWT.

Ada satu cerita pada zaman Nabi SAW, ada seorang lelaki mau berangkat pergi berperang, dia berpesan kepada istrinya, " Wahai istriku, jangan sekali-kali keluar dari rumah ini sehingga aku pulang."

Kebetulan ayah istrinya menderita sakit, maka istri tadi mengutuskan seorang lelaki pergi menemui Nabi SAW. Rasulullah SAW bersabda kepada utusan itu, "Suruhlah istri itu taat kepada suaminya." Maka wanita itu taat kepada suaminya dan tidak berani keluar dari rumahnya. Selepas itu ayahnya pun meninggal dunia tetapi dia tetap saja di rumahnya dan tidak sabar menunggu kepulangan suaminya. Maka Allah SWT mewahyukan kepada NAbi SAW, "Sesungguhnya Allah SWT telah mengampuni ayah wanita itu karena ketaatan kepada suaminya."

   Untuk itu, sangat ditekankan kepada para istri agar tidak mencari-cari kelemahan suami sehingga mempengaruhi ketaatannya kepada suami. Jika dicari kelemahan itu pasti akan menjumpainya dan perkara ini boleh menghancurkan rumahtangga sendiri. Sekiranya kelemahan itu terlihat juga oleh mata kita, tugas istri adalah coba memperbaikinya dengan cara bijaksana tanpa mengurangi rasa hormat dan taat kepada suami.
  

                 Khidmat/Melayani Suami

   Rasulullah SAW telah memberi perhatian yang tinggi kepada setiap isteri dalam berkhidmat kepada suami seperti dalam nasihat Baginda SAW kepada puterinya Fathimah R.Anha, Rasulullah SAW bersabda :

  • Wahai Fathimah, wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya, Allah SWT akan menetapkan pada setiap biji tepung itu, kebaikan, menghapuskan keburukan dan meningkatkan derajat wanita itu. 
  • Wahai Fathimah, yang lebih utama dari seluruh keutamaan yang disebutkan di atas adalah keridhoan suami ke atas istrinya. Andai kata suamimu tidak ridho kepadamu maka aku tidak akan mendoakanmu. Ketahuilah wahai Fathimah, kemurkaan suami adalah kemurkaan Allah SWT. 
  • Wahai Fathimah, tidaklah wanita yang berkhidmat melayani suaminya sehari semalam dengan rasa senang hati dan penuh keikhlasan serta niat yang betul melainkan Allah SWT mengampunkan dosa-dosanya dan memakaikannya dengan pakaian hijau gemerlapan pada hari kiamat dan menetapkan baginya pada setiap rambut pada tubuhnya 1000 kebaikan dan Allah memberi kepadanya pahala 100 ibadah haji dan umrah. 
  • Wahai Fathimah, apabila seseorang istri itu tersenyum manis kepada suaminya, Allah akan memandangnya dengan pandangan kasih sayang. 
  • Wahai Fathimah, wanita yang membentangkan tempat tidur untuk suaminya dengan senang hati, malaikat pemanggil dari langit akan menyerunya untuk menghadapi amalnya dan Allah mengampuni dosa-dosanya yang sudah lalu dan yang akan datang. 
  • Wahai Fathimah, seseorang wanita yang meminyaki rambut dan janggut suaminya, mencukur kumisnya dan memotong kukunya, Allah SWT akan memberinya arak yang masih tertutup, murni dan belum terbuka dari sungai-sungai dalam surga Allah. Allah akan mudahkan saat sakratul mautnya, kuburnya akan ditemui sebagai taman-taman surga dan Allah menetapkan baginya bebas dari api neraka dan selamat melalui titian sirat.
    Ibnu Mas'ud RA berkata,Nabi SAW bersabda, " Apabila seorang istri membersihkan pakaian suaminya maka Allah mencatatkan baginya 1000 kebaikan dan mengampuni kesalahannya dan segala sesuatu yang disinari oleh matahari meminta ampun baginya dan Allah mengangkat 1000 derajat baginya."

   Ali RA berkata, " Jihad seorang wanita adalah menguruskan suaminya dengan baik. "

   Dalam ' Mustadrak ' dituliskan bahwa Rasulullah SAW bersabda, " Tugas seorang wanita adalah, membuka pintu dan menyambut suaminya." Dalam sabdanya yang lain,Seorang istri bertugas untuk menyediakan bekas air dan tuala untuk membasuh tangan suaminya."


                 Keridhoan Suami

  Hendaklah dipahami bahwa keridhoan suami adalah kunci kebahagiaan hidup seorang istri. Ini yang seharusnya selalu diusahakan. Rasulullah SAW, " Siapa saja wanita yang meninggal dunia dan suaminya ridho kepadanya maka dia kan masuk surga." ( Tirmidzi, Ibnu Majah, Hakim )

  Rasulullah SAW bersabda, " Tidak halal bagi seorang istri berpuasa sunah pada waktu adanya suami di sisi melainkan di izinkan oleh suaminya. Juga tidak boleh istri membenarkan orang lain masuk ke rumahnya melainkan dengan izin suaminya." ( Bukhari, Muslim )

  Rasulullah SAW bersabda," 3 orang yang tidak akan naik shalat mereka dari kepala walaupun sejengkal  :

1.    Seorang lelaki yang mengimami suatu kaum padahal mereka membencinya. 

2.   Seorang istri yang bermalam padahal suaminya marah padanya.

3.   2 orang saudara yang bermusuhan. (Ibnu Majah)." 

  Rasulullah SAW bersabda, " 3 orang yang shalat mereka tidak akan diterima dan tidak akan sampai kebaikan mereka ke langit :

1.    Hamba yang lari daripada majikannya, sehingga dia kembali. 

2.   Istri yang dimarahi suaminya sehingga suaminya ridho kepadanya.

3.   Orang yang mabuk sehingga dia sadar." 

  Salman al-Farisi meriwayatkan bahwa suatu ketika Fathimah R.Anha datang menemui Rasulullah SAW, ketika melihat Rasulullah SAW, bercucuranlah airmatanya dan riak wajahnya berubah kesedihan. Nabi SAW bertanya, " Kenapa denganmu anakku? " Fathimah R.Anha menjawab, " Wahai Rasulullah SAW, malam tadi aku dan Ali bergurau dan aku tercakap sesuatu yang membuatkan dia marah padaku. Ketika aku melihat dia (Ali) marah, aku menyesal dan mula rasa susah hati maka aku berkata kepadanya, 'Hai kekasihku, kesayanganku, maafkanlah kesalahanku, lalu aku mengelilinginya dan merayu kepadanya sebanyak 72 kali sehingga akhirnya dia rela dan mentertawakanku dengan segala kerelaannya, tapi aku tetap merasa takut kepada Tuhanku. "

  Rasulullah SAW bersabda kepada Fathimah R.anha, " Wahai anakku demi zat yang telah mengutusku sebagai Rasul dengan agama yang benar, sesungguhnya sekiranya kamu mati sebelum Ali RA rela kepadamu maka aku tidak akan menyembahyangkan mayatmu."

  Kemudian Baginda bersabda lagi :

  • Wahai anakku, tidakkah kamu tau, kerelaan suamimu itu adalah kerelaan Allah dan kemurkaan suamimu itu adalah kemurkaan Allah. 
  • Wahai anakku, seorang perempuan yang beribadah betul-betul seperti ibadahnya Maryam A.s puteri Imran tetapi suaminya tidak ridho kepadanya maka Allah tidak akan terima segala amal ibadahnya. 
  • Wahai anakku, amal yang paling utama bagi para wanita ialah ketaatannya terhadap suaminya.
  • Dan sesudah itu tidak ada lagi amal yang paling utama daripada 'bercumbu' dengan suami. 
  • Wahai anakku, duduklah satu jam bercium dengan suami lebih baik dari beribadah 100 tahun dan di catat pada setiap pakaian yang dipakai pada waktu bercium tadi seperti pahala seorang yang mati syahid. 
  • Wahai anakku, sesungguhnya seorang wanita yang mencium suaminya, memakai pakaian kepada suami dan anak-anaknya, maka sudah pasti baginya surga. Allah memberikan untuk setiap pakaian yang dipakai dari berbagai jenis pakaian, sebuah kota di dalam surga. "
  Syeikh Abdul Halim mengatakan bahwa seorang muslimah yang bijak adalah yang merasa bahwa suaminya sangat serasi dengannya walaupun ada kekurangan suami dalam segi keduniaan. Perkara ini sama sekali tidak mempengaruhi kehidupan rumahtangganya, dia ridho dengan apa yang dimiliki suaminya.

  Suri tauladan bagi wanita solehah adalah pasangan-pasangan solihin yang terdahulu. Lihatlah bagaimana mereka mendapatkan 'kunci' tersebut dalam kehidupan mereka. Abu Dardaa' RA berpesan kepada istrinya, " Jika kamu lihat aku sedang marah, maka maafkanlah aku, dan sekiranya aku lihat kamu sedang marah, aku akan memaafkanmu. Kalau tidak demikian maka kita tidak akan pernah bersahabat."
  Imran Ibnu Hathan pernah berkata kepada istrinya seorang wanita yang sangat cantik dan muda pula. Sementara itu dia sendiri adalah lelaki yang tidak tampan dan kurang menarik.

"Sesungguhnya aku dan kamu akan masuk surga, InsyaAllah."

Istrinya bertanya, "Bagaimana itu boleh berlaku?"

Imran menjawab,"Aku telah diberi oleh Allah SWT istri yang secantik kamu, lalu aku bersyukur dan kamu telah diberi oleh Allah SWT suami seperti aku, lalu kamu bersabar."(Ibnu Abi Rabbah)

  Rasulullah SAW pernah bersabda kepada para sahabatnya, " Maukah aku beritahu kalian, bakal isterimu di surga?"

Para sahabat R.anhum menjawab, "Ya, ya Rasulullah SAW."

  Rasulullah SAW bersabda,"Mereka itu ialah, setiap istri yang penuh dengan kasih sayang dan banyak anak ( subur ) dan apabila dia marah atau diganggu atau dimarahi oleh suaminya, lalu dia menyerahkan dirinya dan berkata, 'Ini tanganku, terserah kamu, aku tidak boleh tidur selagi kamu tidak 'rela' kanku."(Thabrani)

  Jika melihat hadis di atas nampaknya mudah sekali bagi seorang wanita untuk masuk surga Allah SWT. Seolah-olah surga bagi wanita itu hanya 2 langkah saja, 'ridho Allah dan 
ridho suami ', itu saja. Untuk mendapatkan ridho Allah dan ridho suami memerlukan keimanan dan amal soleh.
                               
                Perbicaraan Dengan Suami 

  Wanita yang solehah adalah wanita yang senantiasa menjaga percakapannya di hadapan suaminya. Jangan sampai akibat perkataannya boleh membawa kepada kemurkaan Allah dan menyakiti hati suami. Sememangnya hal ini berlaku karena dorongan nafsu dan emosi yang tidak terkawal.
  
  Perkara inilah yang sangat-sangat dikhawatirkan oleh Nabi SAW. Diriwayatkan bahwa ketika Baginda SAW mengerjakan shalat Kusuf, terbayang-bayang di minda Rasulullah SAW surga dan neraka. Di dalam neraka itu, Rasulullah SAW melihat kebanyakan penghuninya adalah wanita. Para sahabat R.Anhum bertanya, apakah sebabnya? Rasulullah SAW menjawab, "Mereka tidak mengakui kebaikan suami dan tidak berterima kasih kepada suami. Yakni kamu berbuat baik kepada istrimu sepanjang hayatmu tapi suatu ketika apabila pergaduhan atau salah paham, mereka berkata, 'Aku tidak pernah dapat apa-apa kebaikan pun daripada kamu." ( Muttafaqun Alaih )
  
 Ya'la Ibnu Munabbih menceritakan, ada seorang suami yang datang berjumpa Rasulullah SAW, menceritakan bahwa setiap kali dia datang, maka istrinya yang solehah menyambutnya dengan kata-kata, "Selamat datang wahai Tuan pemilik rumah, jika kehendakmu adalah untuk akhiratmu, semoga Allah meningkatkan dengan kemauanmu itu. Jika kehendakmu untuk duniamu, semoga Allah SWT senantiasa memberi rezeky dan merestuimu."
  
  Mendengar demikian Rasulullah SAW bersabda, " Untuk istrimu itu pahala separuh pejuang di jalan Allah. Dialah pekerja yang berada di bawah pimpinan Allah."
  
  Puteri Sa'id Ibnu Musayyab yang terkenal dengan kesolehannya, mengajarkan kepada para istri bagaimana caranya berkelakuan di hadapan suami, beliau berkata, " Tidaklah kami berbicara dengan suami-suami kami kecuali sepertimana kalian berbicara di hadapan raja-raja kalian." ( Ahkamun Nisaa' )


  Syeikh Zakaria mengulas tentang perkara ini, beliau mengatakan, " Maka dari riwayat-riwayat ini dapat dipahami bahwa penyebab mengapa wanita kebanyakannya masuk neraka. Dalam sebuah hadis mengenai Hari Raya, diceritakan bahwa setelah mendengar nasihat Rasulullah SAW, semua kaum wanita telah membuka perhiasan emas dan perak dari telinga dan leher mereka, lalu diletakkan di dalam kain Bilal RA yang bertugas mengumpulkan sedekah pada masa itu. 

  Dituliskan oleh Syeikh Ahmad Hussin dalam buku ' alMaraatul Muslimaat Amamaat Tahdiyaat ' bahwa satu kali As-Sya'bi bertanya kepada Syuraih Al-Qadhi tentang rumahtangga. Syuraih berkata, " Selama 20 tahun aku belum pernah melihat sesuatu yang membuatkan aku kesal dengan istriku. Semenjak malam pertama aku bertemu dengan istriku, ternyata dia sangat cantik, tidak ada bandingannya. Ketika aku melaksanakan 2 rakaat shalat syukur, aku melihat istriku juga melakukan perkara yang sama. Dia berkata kepadaku, " Alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah, aku memohon pertolongan kepada Allah SWT, sesungguhnya aku adalah seorang wanita yang tidak tau sedikit pun tentang kebaikanmu, maka jelaskanlah kepadaku apa yang kamu suka, agar aku boleh menunaikannya dan apa yang kamu tidak suka, agar aku dapat meninggalkannya. Dalam kaummu ramai wanita yang layak kamu nikahi dan dalam kaumku ramai lagi lelaki yang layak menjadi suamiku. Tetapi Allah sudah tetapkan ini terjadi, aku sudah menjadi milikmu. Kerjakanlah apa yang Allah telah perintahkan kepadamu, milikilah aku dengan sebaik-baiknya atau ceraikan aku dengan sebaik-baiknya. Aku sampaikan hal ini dan aku memohon kepada Allah untukmu dan diriku. "
  
  Syuraih melanjutkan, " Wahai Sya'bi, demi Allah, dia membuatkanku berceramah dengan masalah tersebut. Aku berkata, " Alhamdulillah, Nahmaduhu wa Nusolli Alaa Rasulihil Kareem. Sungguh kamu telah mengatakan sesuatu yang jika kamu dapat buktikan kebenaran tentang perkara ini, itu nasibmu. Tetapi jika kamu hanya mengada-adakan hal itu maka hal itu hanya akan 'berbalik' kepadamu. Aku suka ini dan itu, aku tidak suka ini dan itu. Apa yang kamu lihat dari kebaikanku maka sebarkanlah dan apa yang kau lihat dari keburukanku maka sembunyikanlah. "

  Istriku berkata, " Siapakah jiran tetanggamu yang kamu benarkan masuk ke rumah? Agar aku membenarkannya dan siapakah mereka yang kamu tidak suka untuk memasuki rumahmu agar aku tidak membenarkannya."

  Aku menjawab," Si Fulan, adalah orang baik-baik dan si fulan adalah orang yang tidak baik."

  Wahai Sya'bi, aku hidup dengannya selama 20 tahun belum pernah aku rasa tidak puas hati kepadanya tentang sesuatu perkara kecuali sekali, itu pun ketika aku berbuat zalim kepadanya." 

  Untuk itu diingatkan bahwa seorang istri mesti menjadikan perbicaraannya dengan suami sebagai penghibur suaminya. Apabila istri ada 'keluhan' haruslah dilihat waktu dan keadaan suami. Ambil kira tentang suami, yang mana suami pun ada perkara yang banyak menggunakan tenaga dan pikirannya. Maka, walaupun berbagai masalah yang dihadapi si istri, sebaiknya istri menyambut dan berhadapan dengan suami dengan kata-kata yang menghiburkan hati dan menyenangkan suami. Jangan sesekali tidak ambil peduli dengan keadaan suami, jadi istri mengeluarkan kata-kata yang tidak menyenangkan dan menyakiti suami.

  Nabi SAW bersabda, " Shalat seorang wanita yang menggangu suaminya dengan lidahnya tidak diterima oleh Allah walaupun dia berpuasa setiap hari, bangun dan shalat di waktu malam, membebaskan hamba sahaya dan membelanjakan hartanya di jalan Allah. Wanita yang lidahnya busuk yang menyakiti suaminya dengan cara seperti ini adalah orang yang pertama akan masuk ke dalam api neraka." ( Biharul Anwar ; 203 )


                Menghiburkan Suami

  Firman Allah SWT yang bermaksud, " Agar kamu merasa tenteram kepadanya." ( Ar-Rumm : 21 ) 

 Dalam ayat di atas memberi isyarat bahwa wanita haruslah menjadi sebagai ' pelabuhan ' ketenteraman, kedamaian dan keamanan bagi kaum lelaki. Ini merupakan tugas fitrah wanita dalam kehidupan ini yang penuh dengan segala macam kesulitan.
  
  Ummu Mukiminin, Khadijah R.Anha sebagai teladan nomor satu dalam aspek ini. Ketika Rasulullah SAW mengalami ketegangan, Khadijah R.Anha telah meringankan beban perasaan yang ditanggung oleh Baginda SAW. Beliau menyejukkan dan menghiburkan Rasulullah SAW seraya berkata, " Demi Allah, Allah tidak akan pernah menghinamu karena kamu telah menyabung perasaan, membela orang yang dalam kesusahan, menutup keperluan orang yang tidak punya, memuliakan tetamu dan menolong sedaya upaya dalam menegakkan kebenaran." 

  Ali RA menasihati kepada pasangan suami istri, " Hiburkanlah hati dari masa ke semasa sebab sekiranya hati itu berbuat benci maka ia akan menjadi buta."

  Sesungguhnya inilah yang diinginkan oleh para suami yakni mendapat ketenangan dan penghibur hati daripada istrinya sendiri sehingga dalam wujudnya ' Rumahku Surgaku '.

  Syeikh Abdul Halim Hamid mengatakan bahwa, sesungguhnya Allah SWT menjadikan istri itu sebagai tempat berteduh agar suami tenang dan tenteram di haribaannya. Cinta yang ditunjukkan kepada suami dengan hati nan lembut penuh dengan kasih dan sayang akan segera melenyapkan segala perasaan kusut, penat dan letih setelah bergelut dengan gelombang kehidupan yang penuh cobaan.

 Setiap orang mengimpikan seorang teman yang mau mendengar dan berbagi rasa dengannya, termasuklah suami. Wajarlah jika suami mau keluarganya menjadi sebagai tempat untuk menghiburkan dan melegakan hatinya. Ini semua akan diperolehi setelah istri memahami perkara tersebut.

  Sebaliknya adalah sangat dicela bagi istri-istri yang tidak pandai menghibur suami. Rasulullah SAW bersabda, " Mana-mana wanita yang bermasam muka apabila berhadapan dengan suaminya, maka akan dimurkai Allah SWT sehingga dia dapat membuat suaminya senyum dan ridho dengannya." Dalam riwayat lain menyebutkan, " Mana-mana wanita yang durhaka dengan suaminya, akan bangkit dari kuburnya dengan wajah yang berubah menjadi hitam."


     Kisah Isteri Dalam Menghiburkan Suami

Kisah 1 
   Ketika putera Abu Talhah RA wafat, berkatalah Ummu Sulaim R.Anha kepada keluarganya, " Janganlah kalian memberitahu Abu Talhah tentang anaknya sehingga aku sendiri yang akan beritahunya."

  Maka datanglah Abu Talhah RA pada waktu berbuka puasa, lantas mereka  berbuka puasa. Kemudian Ummu Sulaim RAnha berdandan dengan sangat cantik yang tidak  pernah dilakukan sebelum ini maka tertariklah Abu Talhah RA kepada istrinya maka terjadilah hubungan suami istri pada malam itu.

  Setelah istrinya (Ummu Sulaim R.anha) merasa bahwa Abu Talhah RA telah puas, berkata lah Ummu Sulaim R.anha kepada Abu Talhah RA, "Wahai Abu Talhah, apa pendapatmu apabila ada satu kaum meminjamkan barang pinjaman kepada kaum lain, ketika kaum tersebut ingin meminta barangnya kembali, apakah yang meminjam itu ada hak untuk menghalang?"
Abu Talhah RA menjawab, "Tidak."
Ummu Sulaim R.anha berkata, " Mohonlah pahala Allah SWT untuk anakmu. "Maka marahlah Abu Talhah RA seraya berkata, " Kenapa kau biarkan aku sehingga aku kotor ( berjunub ) begini baru kau kabarkan kepadaku tentang anakku? "Maka berlalulah Abu Talhah RA menemui Nabi SAW lalu menceritakan kepada Nabi SAW tentang perkara itu.
Maka berkatalah Rasulullah SAW, "Semoga Allah memberkati malam kalian berdua."
Setelah itu hamillah Ummu Sulaim R.anha, kemudian beliau melahirkan bayinya. Ketika pagi tiba, Ummu Sulaim R.anha membawa bayinya kepada Rasulullah SAW dan Abu Talhah RA menitipnya dengan beberapa buah kurma, kemudian Rasulullah SAW mengambil buah kurma itu dan mengunyahnya, lalu memasukkan ke dalam mulut bayi dengan dioleskan ke seluruh rongga lantas memberinya nama, Abdullah. ( Muttafaqun Alaih )


Kisah 2 
   Ketika Fathimah Binti Abdul Malik, istri Khalifah Umar Ibnu Abdul Aziz memasuki kamarnya dan mendapati suaminya sedang duduk di atas sajadah sambil menangis. Beliau bertanya kepada suaminya, "Mengapa kamu menangis sebegini rupa?"

Khalifah Umar menjawab, "Ohh malangnya wahai Fathimah, aku diberi tugas menguruskan ummat seperti ini. Yang senantiasa bermain di pikiranku ialah nasib si miskin yang kelaparan, orang yang merintih kesakitan, orang yang terasing di negeri ini, orang tawanan, orang yang sudah tua, janda-janda yang sendirian, orang yang mempunyai tanggungan keluarga yang besar dengan pendapatan yang kecil dan orang yang senasib dengan mereka di seluruh pelusuk negeri ini, baik di timur atau di barat, utara maupun selatan. Aku tau, Allah akan minta pertanggungjawaban dariku pada hari kiamat sedangkan pembela mereka yang menjadi lawanku kelak adalah Rasulullah SAW. Aku betul-betul merasa takut tidak dapat mengemukakan jawaban di hadapannya, itulah sebabnya aku menangis...."
Pada saat itulah Fathimah menghiburkan suaminya dengan penuh kasih sayang walaupun suaminya banyak masanya untuk menunaikan kepentingan agama dan ummat sehingga tiada masa untuk menguruskan dirinya sendiri.


             Berdandan Untuk Suami

   Sabda Rasulullah SAW, "Tiada yang lebih bermanfaat  bagi seorang mukmin setelah ketaqwaannya kepada Allah SWT  yaitu istri yang solehah. Jika diperintahkan dia taat, jika suami melihatnya menyenangkan."(Ibnu Majah)

   Syeikh Abdul Halim Hamid, menasihati kepada para istri,hendaklah istri menjadi Ratu kecantikan dan keindahan di dalam rumahnya, membawa keridhoan kepada Rabbnya dan menciptakan kebahagiaan untuk suaminya. Islam mengajar wanita muslimah agar berhias dan berdandan, memakai wangi-wangian, bersolek dan sebagainya tetapi dengan syarat itu semua dilakukan untuk suami saja dan sangat-sangat dilarang jika dilakukan untuk selain suami.

   Ibnu Jauzi menjelaskan mengenai berdandan seseorang wanita di hadapaan suaminya, katanya, "Setelah usai perciptaan dan sempurna kebagusannya, dituntut selalu berada di dalam keadaan berhias dan bersih dengan menggunakan alat-alat kosmetik, bermacam pakaian dan berbagai fashion dandanan yang sesuai dengan selera suami."

   Syeikh Abdul Halim Hamid telah memberikan beberapa nasihat untuk para istri dalam perkara berhias ini :

  • Hati-hatilah jangan sesekali pandangan suami jatuh pada sesuatu yang dibencinya seperti kotoran dan bau yang tidak enak atau sifat-sifat yang menjengkelkan.
  • Bervariasilah dalam berdandan dan menggunakan wangi-wangian kerana dengan cara itu ada kesegaran dan daya tarik.
  • Usaha sedaya upayalah untuk memenuhi selera suami meliputi warna baju, jenis pabrik serta fashionnya, aroma parfum, gaya rambut dan lain-lain seperti celak dan pemerah kuku.
   Ada seorang wanita yang bertanya kepada A'isyah R.anha tentang pemerah kuku, maka beliau menjawab, "Boleh memakainya tapi aku tidak menyukainya karena kekasihku (Nabi SAW) dahulu tidak suka baunya."(Abu Daud,An-Nasaa'i)

   Dalam Fathul Qadir disebutkan bahawa Alim Ulama' telah berkata, "Berhias seseorang wanita serta mengharumkan badannya dengan wangian adalah faktor utama yang dapat mengukuhkan bangunan cinta kasih suami isteri. Ia dapat menjauhkan perasaan benci dan enggan di antara mereka karena mata, hidung adalah jendela hati, darinya cinta keluar. Sekiranya suami melihat sesuatu yang menjengkelkan atau sesuatu yang tidak disukainya seperti dalam berpakaian dan gaya berhias istrinya, maka ini akan terkesan juga dalam hati suami dan lahirlah perasaan benci dan enggan terhadap istrinya."

   Seorang wanita solehah juga mesti bijak dalam memilih waktu-waktu yang tepat dan sesuai unutk berhias dan memakai wangian agar dapat menarik dan memikat hati suami,antaranya ialah :
  • Semasa istirahat.
  • Semasa bergurau senda dan bersembang dengan suami.
  • Pada waktu anggota badan banyak dalam keadaan terbuka (Yakni sebelum subuh, istirahat siang hari dan selepas isya)
  • Semasa berjima' denagn suami.
   Jangan berhias dengan berlebih-lebihan seperti menghabiskan terlalu banyak uang membeli alat-alat untuk berhias, menggunakan waktu sehingga berjam-jam untuk berhias dan sebagainya. Ini termasuk dalam perbuatan yang mubazir saja.
  
                          Jimaa'
  
   Rasulullah SAW bersabda, " Sebaik-baik wanita di antara kamu adalah yang paling menjaga dan pandai membangkitkan syahwat. Paling menjaga kemaluannya dan yang paling pandai menggairahkan syahwat suaminya." ( Dailami )

 Yang paling menjaga '.....maksudnya ialah menjaga aurat serta kehormatannya dari lelaki ajnabi. Sedangkan ' yang pandai menggairahkan syahwat '...adalah hanya ditujukan kepada suami. Inilah istri yang paling baik yaitu pandai menggoda, pandai menghibur, pandai merayu, pandai bersolek dan berdandan di hadapan suaminya.

   Rasulullah SAW bersabda kepada Jabir RA, " Alangkah baiknya jika istrimu itu seorang gadis yang kamu dapat bermain-main dengannya dan dia dapat bermain-main denganmu. ( Bukhari, Muslim )

   Anjuran utama bagi wanita solehah dalam masalah jimaa' dengan suami ialah jangan sesekali menunda-nunda ajakan suami untuk berhubungan badan apalagi menolaknya ketika istri dalam keadaan sehat. Menyegerakan keinginan suami dalam urusan tempat tidur ( jimaa' ) adalah sangat besar pengaruhnya dalam hubungan cinta kasih antara suami istri.

   Rasulullah SAW bersabda," Seorang wanita itu datang dalam bentuk syaitan, sekiranya salah seorang daripada kamu melihat wanita yang memikatnya segeralah mendatangi istrinya karena perkara itu boleh menyejukkan gelojak nafsu yang ada dalam dirinya." ( Muslim )

   Rasulullah SAW bersabda, " Allah melaknat istri yang suka berkata ' nanti '...nanti ' ( dalam memenuhi ajakan suaminya )."(Thabrani)

Hikmah-hikmah dalam menyegerakan panggilan suami dalam hubungan jimaa' ini adalah :
  • Dapat memenuhi hubungan biologis suami hingga puas.
  • Menjaga sehingga tidak terjerumus dalam perzinaan.
  • Jika menolak maka akan timbul buruk sangka suami kepada istri.
  • Menjaga keharmonian rumahtangga. 
   
  Sebaik-baiknya istri yang solehah tau waktu-waktu yang tepat untuk berhubungan dengan suami, agar hubungan tersebut akan tercipta suasana yang harmoni, mesra dan berkesan. Waktu-waktu tersebut adalah :
  • Setelah suami pulang dari berpergian yang jauh.
  • Malam ketika merayakan sesuatu.
  • Saat berbaik-baik setelah berlaku pergaduhan.
  • Ketika banyak ujian.
  
   Nabi SAW bersabda, " Jika seseorang istri bermalam dengan meninggalkan tempat tidur suaminya para Malaikat akan melaknatnya sehinggalah dia kembali kepada suaminya." ( Bukhari, Muslim)

   Rasulullah SAW bersabda, " Jika suami memanggil istrinya, maka hendaklah istri mendatangi suaminya walaupun dia sedang berada di atas tungku." ( Tirmidzi, Nasaa'i )

   Islam mengatur hubungan lelaki dan wanita agar menjadi hubungan yang suci dan bersih. Anjuran Rasulullah SAW agar istri jangan menolak ajakan suami dalam hubungan seksual adalah termasuk untuk menjaga hubungan bersih dan suci agar terhindarnya perzinaan, maka istri mestilah berusaha memberikan layanan kepada suami bila-bila masa saja dengan layanan yang terbaik kecuali pada masa-masa yang Allah SWt haramkan bersetubuh yaitu :
1.    Ketika sedang haid.
2.   Ketika Nifas.
3.   Ketika berpuasa wajib di Bulan Ramadhan.
4.   Ketika Haji dan Umrah sebelum tahallul.

   Syeikh Abdul Halim Hamid menasihatkan bahwa ada satu tata tertib yang harus diperhatikan oleh istri agar pertemuan dengan suaminya akan menjadi pertemuan yang menyenangkan dan indah. Sebagian tata tertib itu adalah :

1.    Memulakan dengan membaca doa.

2.   Menjaga tempatnya dengan bersih dan harum juga penampilannya yang menarik.

3.   Saling membisikkan ungkapan-ungkapan mesra agar sentiasa harmoni.

4.   kelembutan ketika melakukan jimaa'.

5.   Tidak menyudahi jimaa' sehingga kedua-duanya merasa ridho dan puas.

 Hendaklah diingatkan bahwa makruh untuk bersetubuh pada 3 malam dari sebulan yaitu awal, pertengahan dan akhir bulan. Abu Hurairah RA berkata bahwa syaitan menghadiri persetubuhan malam-malam tersebut.


                      Setia Terhadap Suami 

   Seterusnya kebaktian seorang istri kepada suaminya ialah 'kesetiaan'. Walau apapun keadaan suami miskin, kaya, sakit, sehat, ketika ada atau ketika tidak ada, wanita solehah tetap menjaga kesetiaannya terhadap suami.

   Rasulullah SAW bersabda, " Sesungguhnya setia dengan janji ( termasuk akad nikah )  adalah sebagian daripada iman" ( Hakim, Baihaqi )

    Rasulullah SAW bersabda," 3 perkara tergolong dalam kebahagiaan yaitu :
1.    Istri yang apabila kamu memandangnya, menyenangkanmu.

2.   Apabila kamu meninggalkannya (di sebabkan sesuatu urusan) kamu merasa yakin akan kesetiaannya.

3.   Perkataannya menyenangkanmu.

Dan 3 perkara yang termasuk kesengsaraan yaitu :

1.    Istri yang apabila kamu pandang menjemukan.

2.   Apabila engkau pergi, kamu tidak merasa aman terhadapnya (khawatir dikhianati)

3.   Perkataannya selalu mengumpatmu. ( Hakim ) 

   Mengenai perkara ini ada satu kisah, A'isyah R.Anha berkata, " ketika penduduk Makkah di beri tawaran untuk menebus tawanan-tawanannya maka di utuslah Zainab Binti Rasulullah SAW untuk menebus suaminya, Abul-Ash Bin Rabi' dengan hartanya. Beliau membawa rantai perhiasan milik ibundanya, Khadijah R.Anha. Beliau pun masuk dengan membawa rantai itu untuk menebus Abul-Ash.

Ketika Rasulullah SAW melihatnya Baginda sangat terharu dan berkata, "Apa pendapat kamu semua jika dia dibebaskan dan tebusannya itu dikembalikan kepada Zainab."  

Mereka menjawab , " Boleh. "

   Maka Rasulullah SAW membawanya dan berjanji untuk membiarkan Zainab menuju ke arah suaminya. Kemudian Rasulullah SAW mengutus Zaid Ibnu Haritsah RA dan seorang lelaki Anshar seraya berkata kepadanya, " Aku harap kalian terus berada di Batnu Yakjuj hingga Zainab melewati kalian berdua."
Akhirnya mereka berdua mendampinginya dan datang bersama Zainab.(Abu Daud)

   Syeikh Abdul Halim Hamid berkomentar bahwa kisah ini ada 2 nilai kesetiaan :
1.    Kesetiaan istri kepada suami. Zainab menebus suaminya yang ketika itu masih musyrik dengan harta yang paling berharga iaitu rantai milik ibunya.

2.   Kesetian suami kepada istrinya. Tersentuh perasaan Rasulullah SAW apabila melihat rantai milik istrinya Khadijah R.Anha. Baginda SAW membebaskan tawanannya dan mengembalikan semula rantai itu kepada puterinya, Zainab R.Anha.
  
   Zaid Ibnu Aslam merumuskan bahwa yang dimaksudkan setia itu ialah, "Wanita yang selalu mendirikan shalat, mengeluarkan zakat dan tidak pernah membawa lelaki lain ke tempat tidur. Perkara ini sama nilainya dengan orang yang berjihad di jalan Allah."

   Muslim Ibnu Yasir Rah.a mengatakan bahwa," Tidak ada lelaki yang merasa gembira seperti gembiranya terhadap 3 perkara, yaitu :
1.    Isteri yang baik.
2.   Jiran yang baik.
3.   tempat tinggal yang baik.
  
   Al-Asmu'i berkata ," Aku telah masuk ke sebuah kampung tiba-tiba ada seorang wanita yang sangat cantik wajahnya berada di bawah naungan lelaki yang buruk wajahnya. Aku bertanya kepada wanita itu, " Wahai wanita, apakah kamu ridho berada di bawah lelaki seperti dia? '' Dia menjawab, '' Wahai kamu, diamlah! Sesungguhnya kamu telah berbuat buruk dalam perkataanmu. Semoga dia berbuat baik dalam apa saja perantaraan dia dengan Penciptanya maka memberikan pahalanya kepadaku atau barangkali aku berbuat buruk dengan perantaraanku dengan Penciptaku lalu dia menjadikannya sebagai siksaanku. Apakah aku tidak ridho kepada apa yang diridho Allah untukku? Maka kata-kata wanita itu membuat aku terdiam, "

   Nabi SAW bersabda, " Aku melihat-lihat ke dalam Neraka, sebagian besar penghuninya adalah wanita. " 
Para wanita bertanya, " Mengapa wahai Rasulullah SAW? " Rasulullah SAW bersabda, " Mereka selalu mengutuk dan mengingkari keluarga  (Yakni suami yang menggaulinya )" (Muttafaqun Alaih)

   Syeikh Abdul Halim Hamid menulis bahwa, setia menjaga diri di kala pemergian suami adalah 'wajib syar'i' dan bukan sekadar galakan dan bersifat semula jadi saja. Makanya kami merasa perlu untuk menjelaskan bagaimanakah bentuk penjagaan/kesetiaan seorang istri ketika ketiadaan suami. Di ringkaskan seperti berikut :
  • Menjaga rahasia-rahasia suami.
  • Menjaga anak-anak.
  • Menjaga harta suami.
  • Menjaga maruah  dan kehormatan diri.
  • Menjaga hubungan baik dengan sanak saudara dan keluarga terdekat.
   Beliau melanjutkan,'Janganlah menyingkap rahasia dan membantah suami. Apabila kamu menyingkap rahasianya kamu tidak akan merasa aman dari perceraian dan apabila kamu membantah perintahnya bermakna kamu telah melukai hatinya.'

   Ali RA juga telah menasihati ," Kebaikan di dunia dan di akhirat ada 2 yaitu, menjaga rahasia dan berkawan dengan orang yang baik-baik. Dan kejahatan juga ada 2 yaitu, mengungkap rahasia dan berkawan dengan orang yang tidak baik."


                        Mengingatkan Suami

  Rasulullah SAW bersabda, " Rahmat Allah ke atas wanita yang bangun malam dan shalat kemudian membangunkankan suaminya supaya turut shalat. Apabila suaminya enggan lalu dipercikkan air ke wajah suaminya."  (Ahmad ,Abu Daud )

  Firman Allah SWT, "Dan orang-orang yang beriman lelaki dan wanita, sebagian mereka menjadi penolong kepada sebagian yang lain. Mereka yang menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari perkara mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah beserta rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha bijaksana. " ( At-Taubah ; 71 )

    Urusan ingat-mengingati ini adalah tugas seluruh muslimin dan muslimat. Begitu juga suami istri perlu ada sikap saling ingat-mengingatkan antara satu sama lain. Syeikh Abdul Halim menulis bahawa salah satu kerjasama yang amat penting yang dianjurkan dalam islam terhadap pasangan suami istri adalah kerjasama dalam jihad fisabilillah, dakwah dan tabligh.

  Seseorang istri juga perlu ikut memberikan usul agama kepada suaminya sebagaimana Hafsah R.anha yang memberi usul kepada ayahnya yakni Amirul Mukminin Umar RA mengenai tempo batas kesabaran seseorang wanita yang ditinggalkan suami yang berjihad di jalan Allah. Kita sudah maklumi cerita ini. Adalah satu bentuk kerjasama yang indah apabila seorang istri dapat mengingatkan kembali bahwa pertolongan dan dukungan Allah senantiasa bersamanya.

   Sebagaimana dalam kisah perjanjian Hudaiybiyyah, Ummu Salamah R.anha ikut memberi pendapatnya kepada suaminya, Rasulullah SAW demi kemashlahatan kaum muslimin. Sebaliknya janganlah bersikap seperti istri Abu Lahab ( laknatullah alaihimaa ) yang ikut memberi usul-usul kepada suaminya dalam memusuhi Islam.

   Sekiranya usul istrinya baik dan diamalkan oleh suami maka pahala kebaikan tersebut turut mengalir kepada istrinya. Sebaliknya jika usul tersebut buruk untuk agama dan diamalkan oleh suami maka dosanya sama-sama ditanggung.

   Sebagaimana para sahabiyyah R.anhun yang selalu mendorong suami mereka keluar ke medan jihad, menyahut seruan jihad. Sang istri melepaskan suami mereka sambil memohon doa kepada Allah SWT agar suami mereka dikurniakan anugerah salah satu dari dua kebaikan yakni 'menang atau syahid'. Meskipun ketika itu adalah malam pengantin, malam pertama milik mereka berdua yang paling indah seperti kisah Hanzalah bin Abu Amir RA sang syuhada yang dimandikan oleh para Malaikat karena beliau berangkat ke medan jihad dalam keadaan berjunub.

   Mereka yakni para sahabiyyah juga selalu membangkitkan semangat suami dan menyirnakan kekhawatiran diri dan anak-anaknya dengan mengucapkan satu ayat yang berbunyi, "Allah adalah pelindung orang-orang beriman, Allah adalah Pelindungku dan anak-anak kita dan kita tidak memiliki kekuasaan atas urusan kita. Allah telah menjaga kami saat pemergianmu lebih ketat dari saat kau ada di sisiku. Maka bertawakkallah kepada Allah, janganlah sibukkan benakmu dalam memikirkan rezeky. Aku melihatmu sebagai tukang makan dan bukan sebagai pemberi rezeky. Jadi apabila si tukang makan tiada, Sang Pemberi rezeky akan tetap hidup."

  Dan apabila suaminya keluar dari rumahnya maka istri atau anak perempuannya akan berkata kepadanya, "Hati-hatilah terhadap usaha yang haram sesungguhnya kami sabar dengan kelaparan dan kesulitan dan kami tak mampu bersabar dengan neraka."

   Suami istri adalah da'e Allah SWT, kedua-duanya bertanggungjawab atas kehidupan beragama dalam sesebuah rumahtangga khususnya dan secara umumnya untuk seluruh alam ini. Sebagai wanita solehah selalulah mengingatkan suami apabila dia lalai dalam urusan agama istri dan keluarganya karena dalam urusan nafkah agama adalah menjadi tanggungjawab seorang suami. Jika seseorang istri membiarkan kerusakan berkeliaran dalam rumahtangganya maka seperti ia membiarkan satu penyakit menular dan berbahaya bertebaran dalam rumahtangganya sendiri.

   Suatu ketika Rasulullah SAW bertanya kepada Ali RA, "Bagaimana dengan pasanganmu?" Ali RA menjawab, "Aku dapati Fathimah R.anha pendorong yang terbaik dalam urusan mengabdikan diri pada Allah. Lalu Rasulullah bertanya kepada Fathimah R.anha mengenai Ali RA, beliau menjawab, "Dia adalah suami yang terbaik."

   Dalam kitab Sifatus-Sofwah dituliskan bahwa Abu Ja'far As-Sa'ih berkata, "Ada berita yang sampai kepada kami bahwa ada seorang istri yang sangat rajin mengerjakan shalat-shalat sunnat berkata kepada suaminya, "Celakalah engkau! Bangunlah sampai bila kamu mau tidur saja, sampai bila mau dalam keadaan lalai selalu? Aku akan bersumpah demi kamu, janganlah cari pendapatan kecuali dengan cara yang halal. Dan aku akan bersumpah demi kamu, janganlah masuk neraka hanya karena diriku. Berbuat baiklah terhadap ibumu, sambunglah silaturrahiim janganlah memutuskan tali persaudaraan dengan mereka sehingga Allah akan memutuskan dengan dirimu."


                   Berselisih Dengan Suami

    Dalam kehidupan sebagai suami istri adakalanya diuji dengan tidak keserasian antara satu sama lain dalam sesuatu perkara. Sebagai wanita solehah senantiasalah menjaga adab-adab dan kesopanan dalam berbicara dan juga setiap tingkah laku. Kehormatan suami sebagai pemimpin dalam keluarga harus dijunjung tinggi.

  Rasulullah SAW bersabda, " Istri yang ridho menerima sifat pemarah suaminya akan diberi ganjaran oleh Allah SWT seperti ganjaran yang diberi kepada Asiah binti Muzhahim, istri Firaun. " ( Birharul Anwar ,247 )

   Rasulullah SAW bersabda, " Apabila dua orang muslim tidak berbicara selama dua hari maka kedua-duanya telah keluar dari agama Islam dan tidak akan ada persahabatan yang tinggal untuk mereka berdua, kemudian salah seorang daripada mereka bermaksud untuk berbaik semula maka dia akan masuk surga lebih cepat daripada yang lainnya di hari Pengadilan kelak. " ( Biharul Anwar ; 103 )

   Sebagai wanita solehah pahamilah dengan benar aturan Allah dalam perkara perselisihan di antara suami istri. Sekiranya perselisihan ini berlaku atas sebab nusyuznya istri, Allah memerintahkan beberapa garis panduan yang harus ditempuh oleh seseorang suami dalam memperbaikinya yaitu dengan :
1.    Memberi nasihat.
2.   Berpisah tempat tidur.
3.   Pukulan yang tidak menyakitkan.

  Peraturan ini telah diungkapkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya yang bermaksud, "Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya maka nasihatilah mereka dan pisahkan mereka dari tempat tidur dan pukullah mereka." ( An-Nisaa' ; 34 )

  Tentunya sebagai wanita solehah, apabila berlaku perselisihan dan kesalahan itu dipihak kita maka cukup dengan nasihat. Segeralah memperbaiki diri, bertaubat dan beristighfar kepada Allah SWT. Jangan sesekali melontarkan kata-kata yang kotor dan menyakitkan hati suami dari mulut kita.

  Diriwayatkan bahwa Laqit bin Saribah RA bertanya kepada Nabi SAW , "Ya Rasulullah SAW aku mempunyai istri yang kata-katanya selalu mengeluarkan kata-kata yang tidak baik. "Sabda Rasulullah SAW, "Ceraikanlah dia." Kataku lagi, " Aku punya ramai anak dengannya dan aku telah hidup bersamanya lama sekali. "Rasulullah SW bersabda lagi, "Nasihatilah dia, jika dia mendengar nasihat maka terimalah dia dan jangan kamu pukul istrimu sebagaimana ketika kamu memukul budak-budakmu."( Abu Daud ).


 Alhamdulillah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa tinggalkan pesan, kritik dan sarannya.. Makasih ^_^