Hmm, aku Menatap indahnya langit. Awanpun
bergerak menuruti arahnya angin. Berjam-jam menatap langit aku tau itu tak ada
untungnya, tapi aku bisa merasakan indahnya alam semesta ini. Awan yang sedari
tadi berubah-ubah bentuk menjadi hitam. "Sepertinya akan hujan".
Yang ku kira memang benar, hujan turun sangat deras menemani kesendirianku.
"Hujan? Aku benci hujan. Karna Hujan dia tak menemuiku. Karna hujan dia
pergi untuk selamanya tanpa menemaniku terlebih dahulu. Sedalam itukah dia
membenciku? Aku berjanji untuk selalu menunggunya kapanpun dia akan datang"
Aku membatin mengingat semua yang terjadi pada satu tahun lalu
"Kau ceroboh, kau pemalas, kau pelupa,
dan kau bodoh" Ucapnya dengan nada tinggi. Aku hanya tertunduk diam,
menyesali kesalahan yang ku perbuat. Hanya karna kecerobohanku dia kehilangan
seorang sahabat. Karna sahabatnya menolongku saat aku ingin menyebrang jalan.
Sahabatnya pergi untuk selamanya.
"Aku juga bodoh sudah mencintaimu"
Ucapnya lagi.
"Apa kau tak bisa memaafkan aku"
ucapku lirih
Dia pergi melepaskan genggaman tanganku.
Pergi dengan semua kekesalannya terhadapku. Aku tau, aku memang bodoh. Semenjak
kejadian itu dia menjauh. Dia menggantungkan hubungan ini. Tanpa sepenggal kata
atau sepucuk pesan. Aku mengkhawatirkan hubungan ini. Apa mungkin hubungan yang
telah aku lalui bersamanya selama tiga tahun akan kandas ditengah jalan hanya
karna kebodohan yang telah aku perbuat. Aku tak tau apa yang akan terjadi. Aku
takut kehilangannya. Berkali-kali aku kirimkan pesan, entah mengapa dia tak
membalas pesanku. Aku pun menelponnya tapi diReject. "Aku merindukanmu
Sayang?" Aku membatin. Kuputuskan untuk pergi kerumahnya. Aku khawatir
setelah satu minggu tanpa kabar darinya. Ku lewati jalan yang pernah ku lewati
dulu bersamanya. Kapankah akan terulang kembali semua masa indahku bersamanya.
Sedikit takut, tapi harus. Ku ketuk pintu
rumahnya. Yang keluar hanya Mamanya. Aku bertanya apakah dia ada? Tapi
kedatanganku percuma. Dia tak ada dirumah. Ku pergi meninggalkan rumahnya.
Dengan sedikit kesal. Ku telusuri jalan dengan berjalan kaki. Tanpa kusadari
kakiku melangkah ke Danau. Tempat biasa aku kunjungi bersamanya. Aku duduk
ditempat biasa aku duduk dengannya. Dan kembali mengingat kemasa dulu saat
pertama dia menjadi milikku. "Disana?" Ucapku dengan nada
rendah seraya menunjuk kesebuah pondok kecil. Dimana ditempat itu aku dan dia
berkenalan. Dia tanpa sengaja menabrakku dan membantuku berdiri. Lalu dia
memperkenalkan namanya. Pertemuan yang cukup singkat dan kamipun bertukar nomor
Handphone. Dan disini. Ditempat yang aku duduki, ini adalah tempat dimana pada
saat itu dia nyatakan perasaannya dan kamipun resmi menjadi sepasang kekasih.
Hari sudah sore. Masih tersimpan jelas
saat-saat indahku bersama. Tanpa ku sadari, air mata membasahi pipi. "Aku
mencintaimu, Sayang. Aku takut kehilanganmu" teriakku dalam hati.
Mataharipun mulai tenggelam menemani langkahku menuju tempat tinggalku. Rasa
penat membawaku tidur memasuki alam mimpi.
***
Hari ini adalah hari ulang tahunku. Ulang
tahun yang ke17th. Ulang tahun yang ditunggu setiap kaum remaja. Hari ini
umurku genap menjadi 17th "Sweet seventeen". Tanpa fikir
panjang ku ambil ponselku.
"Aku tunggu kau ditempat biasa, jam
5 sore. Aku ingin menghabiskan hari ulang tahunku bersamamu. Aku mohon temui
aku kali ini. Aku mohon!" Ku kirimkan dia pesan. Ku tunggu sudah satu
jam tak ada balasan. Ku lihat laporan kiriman pesanku. Disitu tertulis "Terkirim"
Aku lega. Nomor ponselnya masih aktif. Besar harapanku untuk bertemunya hari
ini. "Aku rindu genggaman tangannya tiap kali kami bertemu".
Jam didindingku menunjukkan pukul 14:00. Aku mempersiapkan diriku untuk tampil
cantik didepannya. Ku kenakan baju pendek pemberiannya yang dia hadiahkan pada
hari jadi hubungan kami yang ke2tahun. Aku berlenggok didepan kaca. "Sepertinya
ada yang kurang?" Ucapku bingung. "Oh ternyata kalungku".
Kalung berbentuk setengah hati. Yang setengah hatinya aku berikan padanya. Jam
menunjukkan pukul 16.00, Satu jam lagi. Itu terasa sangat lama. Ku putuskan
untuk langsung menuju ketempat yang biasa kami kunjungi yaitu Danau. Ku
ambil sepedaku. Ku gayuhkan pedal sepedaku menuju Danau. Aku menggunakan sepeda
karna jarak Danau dari rumahku tak terlalu jauh. Setelah sampainya aku duduk
ditempat biasa. Setelah beberapa menit aku menunggu. Jam ditanganku menunjukkan
pukul 17:00, "Aku yakin sebentar lagi dia akan datang". Rasa
tak sabar ingin bertemu dengannya setelah beberapa minggu dia menghilang tanpa
kabar. Aku duduk dan duduk. Dia belum juga datang. Jam ditanganku telah
menunjukkan pukul 18:00, tapi dia belum datang. "Apa mungkin dia
terlambat? Ah, aku yakin dia pasti datang. Apa salahnya aku menunggu dia
sebentar". Adzan maghrib berkumandang, matahari telah terbenam sedari tadi.
Awan berubah menjadi gelap karna akan datangnya malam. Aku menyempatkan diri
untuk mampir sejenak ke masjid untuk sholat Maghrib. Setelah aku sholatpun ku
lihat tak ada dirinya. Aku duduk lagi. Berjam-jam aku menunggu. Adzan Isya' pun
menyusul. Aku tetap menunggu. jam menunjukkan pukul 20:00. "Mungkin dia
sedang diperjalanan apa salahnya aku tunggu lagi". Sangat besar
keinginanku bertemu dengannya. Rasa rindu ini tak sanggup lagi menunggu. Ku
lihat awan memerah. Sama dengan suasana hatiku saat ini. Hujan pun turun dengan
deras, aku berteduh di pondok kecil itu. Lagi-lagi aku harus menunggu. Ku lihat
jam ditangan. Jam 21:00, "Mungkin hari ini dia sibuk. Ini sudah malam.
Mungkin aku harus pulang". Ku ambil sepedaku, ku tuntun dan berjalan
bersamaanku dibawah rintikan air hujan. Tubuhku terasa lemas. Kepalaku terasa
pusing. Kakiku tak sanggup lagi menopang badan. Pandanganku kabur.
"Kau sama seperti dulu, masih saja
bodoh. Menunggu seseorang hingga larut malam sampai hujan-hujanan seperti
ini" Ucap seseorang yang menopang badanku.
"Apa benar itu kau? Apa benar kau
datang?" Ucapku seraya menutupkan mata. Aku pun pingsan.
***
"Aku membuka mata. Sedari kapan aku
dirumah? Apa benar dia tadi menemuiku? Apa semuanya hanya mimpi?" aku
membatin
"Biii..? Kapan aku pulang?" Ucapku
pada Bik Isah pembantu rumahku yang baru saja memasuki kamarku
"Pacarmu. Itu ado kado dan sebuah
kotak kecil Non"
Ku ambil kadonya dan ku buka. Sebuah boneka
beruang berwarna merah hati. "Sangat cantik. Aku suka". Ku buka
kotak kecil berwarna merah itu. Disitu berisikan sebuah surat dan kalung
separuh hati. Yang separuh hatinya lagi ada padaku.
Ku buka surat darinya itu.
"Jangan cari aku lagi. Lupakan aku.
Banyak yang lebih dariku. Aku mencintaimu" Hanya pesan singkat darinya,
tapi berisikan beribu makna untukku.
"Apa maksudnya? Aku tak mengerti?
Dia bilang dia mencintaiku. Tapi dia menyuruhku untuk tidak mencarinya dan
menyuruhku melupakannya". Tanpa kusadari Air mata telah melintas
dipipi ini. "Dia sungguh aneh? Apa pernah dia memperdulikan perasaanku.
Apa benar dia mencintaiku?"
Mengingat semua yang terjadi pada satu
tahun yang lalu. Aku kembali meneteskan air mata. "Selemah itukah aku?
Menangis hanya karna lelaki yang tak tau diri sepertinya. Untuk apa aku
menangisinya. Belum tentu dia menangis karnaku" Ku usap air mata yang
menetes dipipi. Hujan masih menemaniku. "Sebaiknya aku tak menyalahkan
hujan. Karna bukan karna hujan dia tak menemuiku. Tapi karna dia membenciku"
"Melupakannya. Itu jalan yang
terbaik saat ini. Untuk apa mencintai seseorang dan memimpikannya untuk
bersamaku sedangakan orang itupun tak merasakannya sedikitpun. Masih banyak
waktuku untuk cinta. Masih banyak lelaki didunia. Untuk apa menangisi seseorang
yang tak pernah dia tau bahwa aku menangisinya. Saatnya melupakan dan
meninggalkan seseorang yang telah membenciku, menyakitiku, menghinaku, dan
mengkhianatiku. Tuhan itu adil. Aku belum dapatkan cinta saat ini. Karna tuhan
akan memberikan cintaku nanti" Ucapku dalam hati
"Selamat tinggal cintaku, aku masih
mampu bertahan tanpa cintamu..."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa tinggalkan pesan, kritik dan sarannya.. Makasih ^_^