Selasa, 29 Mei 2012

Sepenggal ingatan tentang masa lalu...

Hmm, aku Menatap indahnya langit. Awanpun bergerak menuruti arahnya angin. Berjam-jam menatap langit aku tau itu tak ada untungnya, tapi aku bisa merasakan indahnya alam semesta ini. Awan yang sedari tadi berubah-ubah bentuk menjadi hitam. "Sepertinya akan hujan". Yang ku kira memang benar, hujan turun sangat deras menemani kesendirianku. "Hujan? Aku benci hujan. Karna Hujan dia tak menemuiku. Karna hujan dia pergi untuk selamanya tanpa menemaniku terlebih dahulu. Sedalam itukah dia membenciku? Aku berjanji untuk selalu menunggunya kapanpun dia akan datang" Aku membatin mengingat semua yang terjadi pada satu tahun lalu

#Flashback

"Kau ceroboh, kau pemalas, kau pelupa, dan kau bodoh" Ucapnya dengan nada tinggi. Aku hanya tertunduk diam, menyesali kesalahan yang ku perbuat. Hanya karna kecerobohanku dia kehilangan seorang sahabat. Karna sahabatnya menolongku saat aku ingin menyebrang jalan. Sahabatnya pergi untuk selamanya.
"Aku juga bodoh sudah mencintaimu" Ucapnya lagi.

"Apa kau tak bisa memaafkan aku" ucapku lirih

Dia pergi melepaskan genggaman tanganku. Pergi dengan semua kekesalannya terhadapku. Aku tau, aku memang bodoh. Semenjak kejadian itu dia menjauh. Dia menggantungkan hubungan ini. Tanpa sepenggal kata atau sepucuk pesan. Aku mengkhawatirkan hubungan ini. Apa mungkin hubungan yang telah aku lalui bersamanya selama tiga tahun akan kandas ditengah jalan hanya karna kebodohan yang telah aku perbuat. Aku tak tau apa yang akan terjadi. Aku takut kehilangannya. Berkali-kali aku kirimkan pesan, entah mengapa dia tak membalas pesanku. Aku pun menelponnya tapi diReject. "Aku merindukanmu Sayang?" Aku membatin. Kuputuskan untuk pergi kerumahnya. Aku khawatir setelah satu minggu tanpa kabar darinya. Ku lewati jalan yang pernah ku lewati dulu bersamanya. Kapankah akan terulang kembali semua masa indahku bersamanya.

Sedikit takut, tapi harus. Ku ketuk pintu rumahnya. Yang keluar hanya Mamanya. Aku bertanya apakah dia ada? Tapi kedatanganku percuma. Dia tak ada dirumah. Ku pergi meninggalkan rumahnya. Dengan sedikit kesal. Ku telusuri jalan dengan berjalan kaki. Tanpa kusadari kakiku melangkah ke Danau. Tempat biasa aku kunjungi bersamanya. Aku duduk ditempat biasa aku duduk dengannya. Dan kembali mengingat kemasa dulu saat pertama dia menjadi milikku. "Disana?" Ucapku dengan nada rendah seraya menunjuk kesebuah pondok kecil. Dimana ditempat itu aku dan dia berkenalan. Dia tanpa sengaja menabrakku dan membantuku berdiri. Lalu dia memperkenalkan namanya. Pertemuan yang cukup singkat dan kamipun bertukar nomor Handphone. Dan disini. Ditempat yang aku duduki, ini adalah tempat dimana pada saat itu dia nyatakan perasaannya dan kamipun resmi menjadi sepasang kekasih.

Hari sudah sore. Masih tersimpan jelas saat-saat indahku bersama. Tanpa ku sadari, air mata membasahi pipi. "Aku mencintaimu, Sayang. Aku takut kehilanganmu" teriakku dalam hati. Mataharipun mulai tenggelam menemani langkahku menuju tempat tinggalku. Rasa penat membawaku tidur memasuki alam mimpi.


***


Hari ini adalah hari ulang tahunku. Ulang tahun yang ke17th. Ulang tahun yang ditunggu setiap kaum remaja. Hari ini umurku genap menjadi 17th "Sweet seventeen". Tanpa fikir panjang ku ambil ponselku.
"Aku tunggu kau ditempat biasa, jam 5 sore. Aku ingin menghabiskan hari ulang tahunku bersamamu. Aku mohon temui aku kali ini. Aku mohon!" Ku kirimkan dia pesan. Ku tunggu sudah satu jam tak ada balasan. Ku lihat laporan kiriman pesanku. Disitu tertulis "Terkirim" Aku lega. Nomor ponselnya masih aktif. Besar harapanku untuk bertemunya hari ini. "Aku rindu genggaman tangannya tiap kali kami bertemu". Jam didindingku menunjukkan pukul 14:00. Aku mempersiapkan diriku untuk tampil cantik didepannya. Ku kenakan baju pendek pemberiannya yang dia hadiahkan pada hari jadi hubungan kami yang ke2tahun. Aku berlenggok didepan kaca. "Sepertinya ada yang kurang?" Ucapku bingung. "Oh ternyata kalungku". Kalung berbentuk setengah hati. Yang setengah hatinya aku berikan padanya. Jam menunjukkan pukul 16.00, Satu jam lagi. Itu terasa sangat lama. Ku putuskan untuk langsung menuju ketempat yang biasa kami kunjungi yaitu Danau. Ku ambil sepedaku. Ku gayuhkan pedal sepedaku menuju Danau. Aku menggunakan sepeda karna jarak Danau dari rumahku tak terlalu jauh. Setelah sampainya aku duduk ditempat biasa. Setelah beberapa menit aku menunggu. Jam ditanganku menunjukkan pukul 17:00, "Aku yakin sebentar lagi dia akan datang". Rasa tak sabar ingin bertemu dengannya setelah beberapa minggu dia menghilang tanpa kabar. Aku duduk dan duduk. Dia belum juga datang. Jam ditanganku telah menunjukkan pukul 18:00, tapi dia belum datang. "Apa mungkin dia terlambat? Ah, aku yakin dia pasti datang. Apa salahnya aku menunggu dia sebentar". Adzan maghrib berkumandang, matahari telah terbenam sedari tadi. Awan berubah menjadi gelap karna akan datangnya malam. Aku menyempatkan diri untuk mampir sejenak ke masjid untuk sholat Maghrib. Setelah aku sholatpun ku lihat tak ada dirinya. Aku duduk lagi. Berjam-jam aku menunggu. Adzan Isya' pun menyusul. Aku tetap menunggu. jam menunjukkan pukul 20:00. "Mungkin dia sedang diperjalanan apa salahnya aku tunggu lagi". Sangat besar keinginanku bertemu dengannya. Rasa rindu ini tak sanggup lagi menunggu. Ku lihat awan memerah. Sama dengan suasana hatiku saat ini. Hujan pun turun dengan deras, aku berteduh di pondok kecil itu. Lagi-lagi aku harus menunggu. Ku lihat jam ditangan. Jam 21:00, "Mungkin hari ini dia sibuk. Ini sudah malam. Mungkin aku harus pulang". Ku ambil sepedaku, ku tuntun dan berjalan bersamaanku dibawah rintikan air hujan. Tubuhku terasa lemas. Kepalaku terasa pusing. Kakiku tak sanggup lagi menopang badan. Pandanganku kabur.

"Kau sama seperti dulu, masih saja bodoh. Menunggu seseorang hingga larut malam sampai hujan-hujanan seperti ini" Ucap seseorang yang menopang badanku.

"Apa benar itu kau? Apa benar kau datang?" Ucapku seraya menutupkan mata. Aku pun pingsan.


***


"Aku membuka mata. Sedari kapan aku dirumah? Apa benar dia tadi menemuiku? Apa semuanya hanya mimpi?" aku membatin

"Biii..? Kapan aku pulang?" Ucapku pada Bik Isah pembantu rumahku yang baru saja memasuki kamarku

"Pacarmu. Itu ado kado dan sebuah kotak kecil Non"

Ku ambil kadonya dan ku buka. Sebuah boneka beruang berwarna merah hati. "Sangat cantik. Aku suka". Ku buka kotak kecil berwarna merah itu. Disitu berisikan sebuah surat dan kalung separuh hati. Yang separuh hatinya lagi ada padaku.
Ku buka surat darinya itu.
"Jangan cari aku lagi. Lupakan aku. Banyak yang lebih dariku. Aku mencintaimu" Hanya pesan singkat darinya, tapi berisikan beribu makna untukku.

"Apa maksudnya? Aku tak mengerti? Dia bilang dia mencintaiku. Tapi dia menyuruhku untuk tidak mencarinya dan menyuruhku melupakannya". Tanpa kusadari Air mata telah melintas dipipi ini. "Dia sungguh aneh? Apa pernah dia memperdulikan perasaanku. Apa benar dia mencintaiku?"


# Back to Reality


Mengingat semua yang terjadi pada satu tahun yang lalu. Aku kembali meneteskan air mata. "Selemah itukah aku? Menangis hanya karna lelaki yang tak tau diri sepertinya. Untuk apa aku menangisinya. Belum tentu dia menangis karnaku" Ku usap air mata yang menetes dipipi. Hujan masih menemaniku. "Sebaiknya aku tak menyalahkan hujan. Karna bukan karna hujan dia tak menemuiku. Tapi karna dia membenciku"

"Melupakannya. Itu jalan yang terbaik saat ini. Untuk apa mencintai seseorang dan memimpikannya untuk bersamaku sedangakan orang itupun tak merasakannya sedikitpun. Masih banyak waktuku untuk cinta. Masih banyak lelaki didunia. Untuk apa menangisi seseorang yang tak pernah dia tau bahwa aku menangisinya. Saatnya melupakan dan meninggalkan seseorang yang telah membenciku, menyakitiku, menghinaku, dan mengkhianatiku. Tuhan itu adil. Aku belum dapatkan cinta saat ini. Karna tuhan akan memberikan cintaku nanti" Ucapku dalam hati

"Selamat tinggal cintaku, aku masih mampu bertahan tanpa cintamu..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa tinggalkan pesan, kritik dan sarannya.. Makasih ^_^

Selasa, 29 Mei 2012

Sepenggal ingatan tentang masa lalu...

Hmm, aku Menatap indahnya langit. Awanpun bergerak menuruti arahnya angin. Berjam-jam menatap langit aku tau itu tak ada untungnya, tapi aku bisa merasakan indahnya alam semesta ini. Awan yang sedari tadi berubah-ubah bentuk menjadi hitam. "Sepertinya akan hujan". Yang ku kira memang benar, hujan turun sangat deras menemani kesendirianku. "Hujan? Aku benci hujan. Karna Hujan dia tak menemuiku. Karna hujan dia pergi untuk selamanya tanpa menemaniku terlebih dahulu. Sedalam itukah dia membenciku? Aku berjanji untuk selalu menunggunya kapanpun dia akan datang" Aku membatin mengingat semua yang terjadi pada satu tahun lalu

#Flashback

"Kau ceroboh, kau pemalas, kau pelupa, dan kau bodoh" Ucapnya dengan nada tinggi. Aku hanya tertunduk diam, menyesali kesalahan yang ku perbuat. Hanya karna kecerobohanku dia kehilangan seorang sahabat. Karna sahabatnya menolongku saat aku ingin menyebrang jalan. Sahabatnya pergi untuk selamanya.
"Aku juga bodoh sudah mencintaimu" Ucapnya lagi.

"Apa kau tak bisa memaafkan aku" ucapku lirih

Dia pergi melepaskan genggaman tanganku. Pergi dengan semua kekesalannya terhadapku. Aku tau, aku memang bodoh. Semenjak kejadian itu dia menjauh. Dia menggantungkan hubungan ini. Tanpa sepenggal kata atau sepucuk pesan. Aku mengkhawatirkan hubungan ini. Apa mungkin hubungan yang telah aku lalui bersamanya selama tiga tahun akan kandas ditengah jalan hanya karna kebodohan yang telah aku perbuat. Aku tak tau apa yang akan terjadi. Aku takut kehilangannya. Berkali-kali aku kirimkan pesan, entah mengapa dia tak membalas pesanku. Aku pun menelponnya tapi diReject. "Aku merindukanmu Sayang?" Aku membatin. Kuputuskan untuk pergi kerumahnya. Aku khawatir setelah satu minggu tanpa kabar darinya. Ku lewati jalan yang pernah ku lewati dulu bersamanya. Kapankah akan terulang kembali semua masa indahku bersamanya.

Sedikit takut, tapi harus. Ku ketuk pintu rumahnya. Yang keluar hanya Mamanya. Aku bertanya apakah dia ada? Tapi kedatanganku percuma. Dia tak ada dirumah. Ku pergi meninggalkan rumahnya. Dengan sedikit kesal. Ku telusuri jalan dengan berjalan kaki. Tanpa kusadari kakiku melangkah ke Danau. Tempat biasa aku kunjungi bersamanya. Aku duduk ditempat biasa aku duduk dengannya. Dan kembali mengingat kemasa dulu saat pertama dia menjadi milikku. "Disana?" Ucapku dengan nada rendah seraya menunjuk kesebuah pondok kecil. Dimana ditempat itu aku dan dia berkenalan. Dia tanpa sengaja menabrakku dan membantuku berdiri. Lalu dia memperkenalkan namanya. Pertemuan yang cukup singkat dan kamipun bertukar nomor Handphone. Dan disini. Ditempat yang aku duduki, ini adalah tempat dimana pada saat itu dia nyatakan perasaannya dan kamipun resmi menjadi sepasang kekasih.

Hari sudah sore. Masih tersimpan jelas saat-saat indahku bersama. Tanpa ku sadari, air mata membasahi pipi. "Aku mencintaimu, Sayang. Aku takut kehilanganmu" teriakku dalam hati. Mataharipun mulai tenggelam menemani langkahku menuju tempat tinggalku. Rasa penat membawaku tidur memasuki alam mimpi.


***


Hari ini adalah hari ulang tahunku. Ulang tahun yang ke17th. Ulang tahun yang ditunggu setiap kaum remaja. Hari ini umurku genap menjadi 17th "Sweet seventeen". Tanpa fikir panjang ku ambil ponselku.
"Aku tunggu kau ditempat biasa, jam 5 sore. Aku ingin menghabiskan hari ulang tahunku bersamamu. Aku mohon temui aku kali ini. Aku mohon!" Ku kirimkan dia pesan. Ku tunggu sudah satu jam tak ada balasan. Ku lihat laporan kiriman pesanku. Disitu tertulis "Terkirim" Aku lega. Nomor ponselnya masih aktif. Besar harapanku untuk bertemunya hari ini. "Aku rindu genggaman tangannya tiap kali kami bertemu". Jam didindingku menunjukkan pukul 14:00. Aku mempersiapkan diriku untuk tampil cantik didepannya. Ku kenakan baju pendek pemberiannya yang dia hadiahkan pada hari jadi hubungan kami yang ke2tahun. Aku berlenggok didepan kaca. "Sepertinya ada yang kurang?" Ucapku bingung. "Oh ternyata kalungku". Kalung berbentuk setengah hati. Yang setengah hatinya aku berikan padanya. Jam menunjukkan pukul 16.00, Satu jam lagi. Itu terasa sangat lama. Ku putuskan untuk langsung menuju ketempat yang biasa kami kunjungi yaitu Danau. Ku ambil sepedaku. Ku gayuhkan pedal sepedaku menuju Danau. Aku menggunakan sepeda karna jarak Danau dari rumahku tak terlalu jauh. Setelah sampainya aku duduk ditempat biasa. Setelah beberapa menit aku menunggu. Jam ditanganku menunjukkan pukul 17:00, "Aku yakin sebentar lagi dia akan datang". Rasa tak sabar ingin bertemu dengannya setelah beberapa minggu dia menghilang tanpa kabar. Aku duduk dan duduk. Dia belum juga datang. Jam ditanganku telah menunjukkan pukul 18:00, tapi dia belum datang. "Apa mungkin dia terlambat? Ah, aku yakin dia pasti datang. Apa salahnya aku menunggu dia sebentar". Adzan maghrib berkumandang, matahari telah terbenam sedari tadi. Awan berubah menjadi gelap karna akan datangnya malam. Aku menyempatkan diri untuk mampir sejenak ke masjid untuk sholat Maghrib. Setelah aku sholatpun ku lihat tak ada dirinya. Aku duduk lagi. Berjam-jam aku menunggu. Adzan Isya' pun menyusul. Aku tetap menunggu. jam menunjukkan pukul 20:00. "Mungkin dia sedang diperjalanan apa salahnya aku tunggu lagi". Sangat besar keinginanku bertemu dengannya. Rasa rindu ini tak sanggup lagi menunggu. Ku lihat awan memerah. Sama dengan suasana hatiku saat ini. Hujan pun turun dengan deras, aku berteduh di pondok kecil itu. Lagi-lagi aku harus menunggu. Ku lihat jam ditangan. Jam 21:00, "Mungkin hari ini dia sibuk. Ini sudah malam. Mungkin aku harus pulang". Ku ambil sepedaku, ku tuntun dan berjalan bersamaanku dibawah rintikan air hujan. Tubuhku terasa lemas. Kepalaku terasa pusing. Kakiku tak sanggup lagi menopang badan. Pandanganku kabur.

"Kau sama seperti dulu, masih saja bodoh. Menunggu seseorang hingga larut malam sampai hujan-hujanan seperti ini" Ucap seseorang yang menopang badanku.

"Apa benar itu kau? Apa benar kau datang?" Ucapku seraya menutupkan mata. Aku pun pingsan.


***


"Aku membuka mata. Sedari kapan aku dirumah? Apa benar dia tadi menemuiku? Apa semuanya hanya mimpi?" aku membatin

"Biii..? Kapan aku pulang?" Ucapku pada Bik Isah pembantu rumahku yang baru saja memasuki kamarku

"Pacarmu. Itu ado kado dan sebuah kotak kecil Non"

Ku ambil kadonya dan ku buka. Sebuah boneka beruang berwarna merah hati. "Sangat cantik. Aku suka". Ku buka kotak kecil berwarna merah itu. Disitu berisikan sebuah surat dan kalung separuh hati. Yang separuh hatinya lagi ada padaku.
Ku buka surat darinya itu.
"Jangan cari aku lagi. Lupakan aku. Banyak yang lebih dariku. Aku mencintaimu" Hanya pesan singkat darinya, tapi berisikan beribu makna untukku.

"Apa maksudnya? Aku tak mengerti? Dia bilang dia mencintaiku. Tapi dia menyuruhku untuk tidak mencarinya dan menyuruhku melupakannya". Tanpa kusadari Air mata telah melintas dipipi ini. "Dia sungguh aneh? Apa pernah dia memperdulikan perasaanku. Apa benar dia mencintaiku?"


# Back to Reality


Mengingat semua yang terjadi pada satu tahun yang lalu. Aku kembali meneteskan air mata. "Selemah itukah aku? Menangis hanya karna lelaki yang tak tau diri sepertinya. Untuk apa aku menangisinya. Belum tentu dia menangis karnaku" Ku usap air mata yang menetes dipipi. Hujan masih menemaniku. "Sebaiknya aku tak menyalahkan hujan. Karna bukan karna hujan dia tak menemuiku. Tapi karna dia membenciku"

"Melupakannya. Itu jalan yang terbaik saat ini. Untuk apa mencintai seseorang dan memimpikannya untuk bersamaku sedangakan orang itupun tak merasakannya sedikitpun. Masih banyak waktuku untuk cinta. Masih banyak lelaki didunia. Untuk apa menangisi seseorang yang tak pernah dia tau bahwa aku menangisinya. Saatnya melupakan dan meninggalkan seseorang yang telah membenciku, menyakitiku, menghinaku, dan mengkhianatiku. Tuhan itu adil. Aku belum dapatkan cinta saat ini. Karna tuhan akan memberikan cintaku nanti" Ucapku dalam hati

"Selamat tinggal cintaku, aku masih mampu bertahan tanpa cintamu..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa tinggalkan pesan, kritik dan sarannya.. Makasih ^_^