Rabu, 30 Mei 2012

DIA & SEMANGATNYA


Dimalam itu dia terjebak di dalam keramaian yang sebenarnya tidak dia inginkan, aliran darahnya mulai terasa mengalir semakin deras ketika banyak suara bising yang ia dengar, tangannya mulai bergetar seiring pandanganya yang perlahan memudar, dia yang seorang diri benar-benar merasakan kesendirian yang teramat dalam walaupun berada di tengah-tengah kerumunan banyak orang. Sejenak dia menundukan kepala dan memejamkan matanya sampai akhirnya dia mulai kembali melihat keadaan sekitar dan perlahan menghela nafas panjang.

Satu senyuman kecil kini mulai terlukis di dalam wajahnya dan dengan rasa percaya diri yang perlahan datang dia mencoba mulai beradaptasi dengan keadaan sekitar, dia mulai berjalan dengan langkah kakinya yang tersendat-sendat karena terhalang oleh cukup banyak orang, arah matanya kini tertuju ke satu tempat yang sedikit lebih tinggi dari sekarang dia berdiri. Dia mulai menuju tempat itu dan berharap dapat sedikit ketenangan, dinginnya angin malam sekarang mulai terasa melewati tubuhnya setelah berada di tempat yang lebih tinggi itu, rambutnya yang hitam dan sangat lurus mulai bergoyang-goyang mengikuti hembusan angin malam.
“ternyata disini aku cukup dapat melihat banyak hal”. Ujar anak itu.
Arah matanya mulai kesana kemari dan mulai memperhatikan banyak hal, dia tertawa geli ketika melihat satu kumpulan orang yang sedang bercanda bersama teman-temannya.
“Kelakuan mereka sama konyolnya dengan teman-temanku”. Tutur anak itu didalam hatinya dan kembali melihat-lihat keadaan sekitar.
Banyak sekali hal yang dia lihat, dan senyuman kecil itu tetap terlukis di dalam wajahnya, matanya yang memantulkan cahaya lampu-lampu malam membuat anak itu semakin terlihat sangat gembira dan mulai berbaur dengan keadaan sekitar, tapi tiba-tiba senyuman anak terlihat hambar, tatapan matanya kosong dan sedikit muncul kerutan di puncak batang hidungnya ketika dia melihat satu kumpulan keluarga yang sedang asik bercanda gurau, perasaan gembira yang perlahan muncul tadi kini perlahan menghilang terbawa angin entah kemana. 
“Aku sangat merindukan keadaan yang seperti itu”. ujar anak itu di dalam hatinya. Matanya mulai berkaca-kaca dan tangannya kembali bergetar.
“Seandainya orang tuaku tidak bercerai dulu, mungkin aku masih bisa merasakan keadaan yang seperti itu? Aku masih sangat ingat keadaan yang seperti itu dulu, dimana aku dan keluargaku selalu menyempatkan diri untuk berlibur bersama di akhir pekan”. Dia terus memperhatikan dan tanpa dia sadari ternyata air mata mulai mengalir di pipinya,
“Astagfirullah”. Ujar anak itu sembari bergegas menghapus air matanya dan melihat-lihat keadaan sekitar karena dia takut ada orang lain yang memperhatikannya, dia kembali memperhatikan satu kumpulan keluarga itu, matanya masih tetap berkaca-kaca tapi kali ini dia dapat sedikit tersenyum, ketika matanya terfokus ke salah satu gadis kecil yang berada di dalam kelompok keluarga itu.
“Aku ingat ketika adikku sekecil itu, dia sangat lucu dan menggemaskan, tapi setelah beranjak dewasa tingkah adikku jadi sangat jauh berbeda dari kepribadiannya yang dulu sangat aku kagumi”. Anak itu kembali menghela nafas panjang dan mengalihkan pandangannya ke arah lampu-lampu jalanan yang sangat indah bersinar, angin malam tetap berhembus lembut mengoyangkan rambutnya, dan pantulan cahaya lampu itu terlihat jelas dari matanya yang berkaca-kaca, dia kembali tersenyum mengingat dulu cahaya lampu yang seperti itu masuk melalui kaca mobil keluarganya ketika ia dan keluarganya pergi untuk berekreasi, walaupun sudah belasan tahun tapi dia masih dapat benar-benar merasakan keadaan yang dulu dia rasakan, tawa keluarga di dalam mobil masih dapat ia dengar dengan jelas, wangi udara di dalam mobil dan alunan musik kesukaan orang tuanya yang berjudul Sukiyaki dari grup musik The Blue Diamond masih sangat jelas bernada di dalam pikirannya.
“TUHAN sejujurnya aku masih belum benar-benar mengerti dengan keadaan ini, dan belum benar-benar bisa beradaptasi dengan keadaan ini. Ketika aku tertawa bersama Ayahku, aku selalu berpikir apakah ibuku disana sedang tertawa senang juga seperti kita disini? begitupun sebaliknya tutur anak itu sambil mulai menatapi bintang-bintang yg menghiasi langit.
“Aku ingin merasakan kembali berkumpul bersama, tapi rasanya sangat kecil kemungkinan untuk dapat seperti itu, apa menjalankan satu hubungan rumah tangga itu benar-benar sulit? Sehingga tidak sedikit aku melihat perceraian! Kakak perempuan yang sangat aku sayangipun kini aku perhatikan hubungan rumah tangganya terlihat sedikit tidak beraturan, dan itu cukup membuatku sedih dan emosi! Aku selalu berharap kalau kisah perceraian cukup hanya orang tuaku saja yang merasakan, dan tidak untuk keluargaku yang lainnya!”. Selama bertahun-tahun anak itu belajar dari kesalahan orang tuanya yang tidak dapat mempertahankan hubungan rumah tangga. Tidak sedikit dia lihat bahwa anak dari orang tuanya yang bercerai, mempunyai perjalanan hidup yang kurang baik, jadi dia pikir bahwa perceraian bukanlah hanya sakit di rasakan oleh kedua pihak yang bersangkutan, melainkan oleh banyak orang terlebih anak-anaknya.
“Tapi memang cukup sulit aku rasakan, bahwa hidup dan cinta itu penuh dengan teka-teki, aku pernah berusaha untuk benar-benar mencintai kekasihku dulu, tapi semuanya tidak semudah aku bayangkan! Tidak sedikit kebohongan yg membuatku sakit ketika menjalankan satu hubungan, tapi aku tetap bersabar! Aku tetap mempertahankan! Aku tidak ingin mengambil satu keputusan dengan mudah! Karena aku ingin belajar bagaimana aku dapat benar-benar bertahan dan memperbaiki satu hubungan! Aku tetap tersenyum melihat kebohongan itu, karena aku pikir jika aku emosi maka apa yang aku ucapkan bukanlah apa yang benar-benar dari dalam hatiku. Aku tidak mengenal bagaimana cara melupakan! Melainkan mencoba mengenal bagaimana cara untuk bertahan”. Tutur anak itu sembari terduduk lemas di pagar yang berada di sekitaran tempat itu. Dia kembali memperhatikan tangannya yang tidak berhenti bergetar. Dia kembali tertunduk dan memejamkan mata lalu mencoba menghela nafas panjang untuk dapat menenangkan hatinya. 

Hhmmm.. Apapun yang terjadi aku yakin bahwa aku bisa melaluinya, aku tidak sendiri! Aku yakin TUHAN ada di dekatku, aku adalah orang yang kuat! Aku adalah orang terpilih yang dapat merasakan banyak warna di dunia ini, yang sekarang harus aku lakukan hanyalah terus berjalan di dalam roda kehidupan dan melakukan yang terbaik dalam segala hal sampai aku nanti bertemu dengan kehidupan yang abadi, apa aku tidak bahagia? Ya! Aku sangat bahagia! Hanya saja belum benar-benar mengerti bagaimana cara bersyukur dan menikmatinya”.
“Kita semua bahagia”. Ujar anak itu ditemani satu senyumnya, dia mulai berdiri dari duduknya dan mulai melangkah pergi dari tempat itu diiringi music “Tears – X-Japan” yang ia dengarkan dari mp3nya. Dan Anak itupun mulai hilang dari keramaian banyak orang..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa tinggalkan pesan, kritik dan sarannya.. Makasih ^_^

Rabu, 30 Mei 2012

DIA & SEMANGATNYA


Dimalam itu dia terjebak di dalam keramaian yang sebenarnya tidak dia inginkan, aliran darahnya mulai terasa mengalir semakin deras ketika banyak suara bising yang ia dengar, tangannya mulai bergetar seiring pandanganya yang perlahan memudar, dia yang seorang diri benar-benar merasakan kesendirian yang teramat dalam walaupun berada di tengah-tengah kerumunan banyak orang. Sejenak dia menundukan kepala dan memejamkan matanya sampai akhirnya dia mulai kembali melihat keadaan sekitar dan perlahan menghela nafas panjang.

Satu senyuman kecil kini mulai terlukis di dalam wajahnya dan dengan rasa percaya diri yang perlahan datang dia mencoba mulai beradaptasi dengan keadaan sekitar, dia mulai berjalan dengan langkah kakinya yang tersendat-sendat karena terhalang oleh cukup banyak orang, arah matanya kini tertuju ke satu tempat yang sedikit lebih tinggi dari sekarang dia berdiri. Dia mulai menuju tempat itu dan berharap dapat sedikit ketenangan, dinginnya angin malam sekarang mulai terasa melewati tubuhnya setelah berada di tempat yang lebih tinggi itu, rambutnya yang hitam dan sangat lurus mulai bergoyang-goyang mengikuti hembusan angin malam.
“ternyata disini aku cukup dapat melihat banyak hal”. Ujar anak itu.
Arah matanya mulai kesana kemari dan mulai memperhatikan banyak hal, dia tertawa geli ketika melihat satu kumpulan orang yang sedang bercanda bersama teman-temannya.
“Kelakuan mereka sama konyolnya dengan teman-temanku”. Tutur anak itu didalam hatinya dan kembali melihat-lihat keadaan sekitar.
Banyak sekali hal yang dia lihat, dan senyuman kecil itu tetap terlukis di dalam wajahnya, matanya yang memantulkan cahaya lampu-lampu malam membuat anak itu semakin terlihat sangat gembira dan mulai berbaur dengan keadaan sekitar, tapi tiba-tiba senyuman anak terlihat hambar, tatapan matanya kosong dan sedikit muncul kerutan di puncak batang hidungnya ketika dia melihat satu kumpulan keluarga yang sedang asik bercanda gurau, perasaan gembira yang perlahan muncul tadi kini perlahan menghilang terbawa angin entah kemana. 
“Aku sangat merindukan keadaan yang seperti itu”. ujar anak itu di dalam hatinya. Matanya mulai berkaca-kaca dan tangannya kembali bergetar.
“Seandainya orang tuaku tidak bercerai dulu, mungkin aku masih bisa merasakan keadaan yang seperti itu? Aku masih sangat ingat keadaan yang seperti itu dulu, dimana aku dan keluargaku selalu menyempatkan diri untuk berlibur bersama di akhir pekan”. Dia terus memperhatikan dan tanpa dia sadari ternyata air mata mulai mengalir di pipinya,
“Astagfirullah”. Ujar anak itu sembari bergegas menghapus air matanya dan melihat-lihat keadaan sekitar karena dia takut ada orang lain yang memperhatikannya, dia kembali memperhatikan satu kumpulan keluarga itu, matanya masih tetap berkaca-kaca tapi kali ini dia dapat sedikit tersenyum, ketika matanya terfokus ke salah satu gadis kecil yang berada di dalam kelompok keluarga itu.
“Aku ingat ketika adikku sekecil itu, dia sangat lucu dan menggemaskan, tapi setelah beranjak dewasa tingkah adikku jadi sangat jauh berbeda dari kepribadiannya yang dulu sangat aku kagumi”. Anak itu kembali menghela nafas panjang dan mengalihkan pandangannya ke arah lampu-lampu jalanan yang sangat indah bersinar, angin malam tetap berhembus lembut mengoyangkan rambutnya, dan pantulan cahaya lampu itu terlihat jelas dari matanya yang berkaca-kaca, dia kembali tersenyum mengingat dulu cahaya lampu yang seperti itu masuk melalui kaca mobil keluarganya ketika ia dan keluarganya pergi untuk berekreasi, walaupun sudah belasan tahun tapi dia masih dapat benar-benar merasakan keadaan yang dulu dia rasakan, tawa keluarga di dalam mobil masih dapat ia dengar dengan jelas, wangi udara di dalam mobil dan alunan musik kesukaan orang tuanya yang berjudul Sukiyaki dari grup musik The Blue Diamond masih sangat jelas bernada di dalam pikirannya.
“TUHAN sejujurnya aku masih belum benar-benar mengerti dengan keadaan ini, dan belum benar-benar bisa beradaptasi dengan keadaan ini. Ketika aku tertawa bersama Ayahku, aku selalu berpikir apakah ibuku disana sedang tertawa senang juga seperti kita disini? begitupun sebaliknya tutur anak itu sambil mulai menatapi bintang-bintang yg menghiasi langit.
“Aku ingin merasakan kembali berkumpul bersama, tapi rasanya sangat kecil kemungkinan untuk dapat seperti itu, apa menjalankan satu hubungan rumah tangga itu benar-benar sulit? Sehingga tidak sedikit aku melihat perceraian! Kakak perempuan yang sangat aku sayangipun kini aku perhatikan hubungan rumah tangganya terlihat sedikit tidak beraturan, dan itu cukup membuatku sedih dan emosi! Aku selalu berharap kalau kisah perceraian cukup hanya orang tuaku saja yang merasakan, dan tidak untuk keluargaku yang lainnya!”. Selama bertahun-tahun anak itu belajar dari kesalahan orang tuanya yang tidak dapat mempertahankan hubungan rumah tangga. Tidak sedikit dia lihat bahwa anak dari orang tuanya yang bercerai, mempunyai perjalanan hidup yang kurang baik, jadi dia pikir bahwa perceraian bukanlah hanya sakit di rasakan oleh kedua pihak yang bersangkutan, melainkan oleh banyak orang terlebih anak-anaknya.
“Tapi memang cukup sulit aku rasakan, bahwa hidup dan cinta itu penuh dengan teka-teki, aku pernah berusaha untuk benar-benar mencintai kekasihku dulu, tapi semuanya tidak semudah aku bayangkan! Tidak sedikit kebohongan yg membuatku sakit ketika menjalankan satu hubungan, tapi aku tetap bersabar! Aku tetap mempertahankan! Aku tidak ingin mengambil satu keputusan dengan mudah! Karena aku ingin belajar bagaimana aku dapat benar-benar bertahan dan memperbaiki satu hubungan! Aku tetap tersenyum melihat kebohongan itu, karena aku pikir jika aku emosi maka apa yang aku ucapkan bukanlah apa yang benar-benar dari dalam hatiku. Aku tidak mengenal bagaimana cara melupakan! Melainkan mencoba mengenal bagaimana cara untuk bertahan”. Tutur anak itu sembari terduduk lemas di pagar yang berada di sekitaran tempat itu. Dia kembali memperhatikan tangannya yang tidak berhenti bergetar. Dia kembali tertunduk dan memejamkan mata lalu mencoba menghela nafas panjang untuk dapat menenangkan hatinya. 

Hhmmm.. Apapun yang terjadi aku yakin bahwa aku bisa melaluinya, aku tidak sendiri! Aku yakin TUHAN ada di dekatku, aku adalah orang yang kuat! Aku adalah orang terpilih yang dapat merasakan banyak warna di dunia ini, yang sekarang harus aku lakukan hanyalah terus berjalan di dalam roda kehidupan dan melakukan yang terbaik dalam segala hal sampai aku nanti bertemu dengan kehidupan yang abadi, apa aku tidak bahagia? Ya! Aku sangat bahagia! Hanya saja belum benar-benar mengerti bagaimana cara bersyukur dan menikmatinya”.
“Kita semua bahagia”. Ujar anak itu ditemani satu senyumnya, dia mulai berdiri dari duduknya dan mulai melangkah pergi dari tempat itu diiringi music “Tears – X-Japan” yang ia dengarkan dari mp3nya. Dan Anak itupun mulai hilang dari keramaian banyak orang..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa tinggalkan pesan, kritik dan sarannya.. Makasih ^_^