Hujan
deras membasahi rambut dan pakaianku. Aku tak mempedulikannya dan terus
berlari. Terlihat sosok laki-laki di ujung jalan. Ia adalah kak Ian,
lengkapnya Adrian. laki-laki bertubuh sedang, sawo matang dan berparas jawa. Cukup
jauh perbedaan umur kami, 20 tahun.
"waduh,
kok ujan-ujanan sih? kakak baru mau jemput.." ucapnya sambil mengangkat
tubuhku
aku
hanya tersenyum dan cengengesan.
"abisnya
lama sih warungnya kan deket !" jawabku sedikit meledek
Beruntungnya
diriku bisa kenal dengan kak Ian. Walaupun ia hanya kakak angkatku tapi ia
sudah ku anggap seperti kakak dan orangtua kandungku. Namaku Angelia
Virginity, seorang anak perempuan yang ditelantarkan oleh orangtuanya.
Entah mengapa orangtuaku tega membuangku di taman Tugu Monumen Nasional. Yang
aku tahu, aku terlahir di keluarga broken. Kak Ian lah yang berbaik hati
memungut dan membesarkan aku hingga kini di usiaku ke 16 tahun. saat itu aku
masih berumur 7 tahun.
Aku
dibawa kerumah kak Ian di sebuah rumah susun yang agak kumuh di sekitar Jakarta.
Disinilah aku memulai hidup baruku dan mengetahui semua tentang kak Ian. Kak Ian
hidup di dunia "kelam". Ia seorang laki-laki bandar narkoba walaupun
begitu ia sosok yang sangat baik. Ia tak pernah sedikit pun membawaku
kedunianya malah ia sangat menjagaku dan banyak mengajarkan pengalaman dan
pelajaran dan pastinya ia sangat sayang kepadaku. Begitupun aku terhadapnya.
Bagiku ia adalah anugrah terindah yang diberikan Tuhan kepadaku.
Aku
pernah menasehatinya tapi ia malah berbalik menasehatiku.
"Kamu
gak usah ikut campur urusan kakak, urus aja dirimu sendiri ! Jadilah orang baik
!"
Aku
terdiam mendengarnya. Sejak saat itu aku tak pernah ikut campur lagi.
Belakangan
ini kak Ian jarang pulang, mungkin karena pekerjaannya yang sangat beresiko dan
harus berpindah-pindah tempat. Ia sudah tiga kali masuk DPO oleh polisi tapi ia
sangat lihai sehingga ia tak mudah tertangkap. Aku takut jika ia tertangkap.
Mungkin, dipenjara dalam waktu lama atau di eksekusi mati. Aku tak inginkan itu
tapi apa boleh buat itu sudah menjadi bagian hidupnya dan ia sudah nyaman
dengan kehidupannya
Aku
tinggal sendirian di rusun dan selama tak ada kak Ian, aku sering mengajak
teman teman untuk sekedar ngobrol. Kak Ian hanya memberikan uang yang
jumlahnya lebih dari cukup dan hanya berpesan "jaga dirimu baik-baik,
jangan sampai buat kakak marah !".
Aku
sadari, uang pemberian kak Ian adalah uang "kotor". Ya, tapi
mau bagaimana lagi?. Dulu, aku pernah bekerja di tempat steam mobil sebagai
pengelap body mobil tapi tak bertahan lama karena kak Ian mengetahuinya dan ia
sangat marah padaku sampai-sampai telapak tangannya mencium pipiku. Memang, ia
tak mengijinkan aku untuk mencari uang karena lingkungan ditempat tinggal ini
kurang baik dari segi pandang masyarakat. Ia takut jika aku terpengaruh dan
rusak seperti dirinya. Aku termasuk anak yang kuper dan sulit
membuka diri karena aku tak ingin mendengar celotehan orang tentang kak Ian.
Aku hanya memiliki seorang teman, Asih. Anak tetangga sebelah.
Malam
itu, kak Ian pulang dan tergesa-gesa.
"Kak,
kenapa?" tanyaku
"Sssstt
!! Jangan berisik !" jawabnya
Ia
lekas pergi kekamar. Aku hanya mematung dan bingung. Ada apa ya?
"Angel
!! sini cepat !" ucapnya dengan suara yang sedikit berbisik
Aku
menghampirinya
"iya
kak, ada apa sih?" tanyaku.
"Cepat
bereskan pakaian kamu ! kita pindah sekarang !"
Dengan
ekspresi bingung aku menuruti perintahnya dan bergegas pergi dari rusun. Kami
naik taksi dan turun di tepi jalan depan gedung yang sangat tinggi.
"Kak,
kita mau kemana sih?" tanyaku bingung
Kak
Ian diam. Kami terdiam sejenak dan ekspresi kak Ian masih sama, gelisah. Kami
terus melangkahkan kaki.
"
Heeh ! Jangan bergerak !!" suara yang lantang itu mengagetkan kami. Kak Ian
menarikku dan berlari.
"cepat
! cepat Angel !" Aku berusaha mengimbangi lajunya.
"Kita
harus kabur !" teriaknya
"Mereka
itu siapa?" tanyaku
"Polisi"
“Apa?
Polisi?” Teryata kak Ian menjadi buronan lagi setelah berkali-kali lolos dan
kali ini polisi sudah didepan mata.
"cepat
Angel ! cepat !"
Aku
terus berlari mengimbangi kak Ian..
"dor..dor..dor.."
suara pistol memecah kesunyian malam. Kak Ian terjatuh dan kudapati ia
berlumuran darah.
"Kakaaak
! Kak Ian ! Bangun ! Kak Ian ! Kamu harus kuat !" teriakku yang
belumuran air mata.
Ia
memandangku dan berkata:
"Angel, jaga dirimu baik-baik ya.. Jangan seperti kakak hidup dijalan
ini ! kamu harus buat orangtuamu bangga dengan prestasimu. Jangan bikin kakak
kecewa dan nanti kita bakal ketemu lagi" pesannya dengan nada yang patah-patah. Aku hanya mengangguk-ngangguk
sambil menangis dan memeluk tubuhnya.
"aku
gak mau kehilangan kakak!" teriakku
"Kakak
selalu ada dihatimu, sayang" jawabnya
ia
mengulurkan jari kelingkingnya dan langsung ku kait kan dengan jari
kelingkingku.
"Janji
!" ucap kami
Ku
peluk lagi tubuhnya tetapi semakin lama pelukannya kendur dan terlepas.
"Kakak
! kakak jangan tinggalkan aku !! Kakaaaaaak !"
Polisi
datang dan mengepung kami. Dua orang polisi memaksaku melepaskan pelukanku dari
kak Ian, aku berontak tapi aku kalah kuat dari mereka.
"
Stop ! Kak Ian ! Bangun ! Jangan tinggalkan aku ! Lepaskan kakak ku !"
teriakku saat polisi mengangkat tubuh kak Ian.
Aku
dibawa ke kantor polisi dan diperiksa tapi aku bersih dan tak terlibat, aku
dibebaskan. Saat-saat yang menyedihkan saat aku tak diijinkan untuk
melihat jenazah terakhir kak Ian.
"Itu
kakakku !! Aku ingin melihatnya untuk terakhir kali pak, tolong aku ingin lihat
!" suara ku meninggi, mereka diam dan memaksaku untuk keluar ruangan.
"Pergi
sana ! Kakakmu harus diproses dulu" ucap seorang polisi sambil menutup
pintu meninggalkanku sendiri diluar. Aku menangis sejadi-jadinya tapi tak
mereka hiraukan.
***
Sudah
hampir setengah tahun aku tidak diberitahu dimana kak Ian dimakamkan. Kini, aku
hidup sendiri tanpa siapapun dan satu-satunya tujuanku adalah mencari
orangtuaku yang entah dimana.
ucapan
kak Ian menjadi pemicu semangatku "Jadilah orang yang berguna, jangan
seperti kakak. Buatlah orangtuamu bangga !" ucapan itu selalu
berputar di otakku dan menjadi bebanku.
Walaupun
pengalamanku "keras" tapi aku tak akan dendam dan tak ingin seperti
kak Ian. Aku harus lebih baik dari kak Ian. Semua ucapan dan pesanmu akan aku
lakukan.
Seiring
berjalan waktu, hidupku kini lebih baik dan masih berusaha mencari
orangtuaku. sepeninggal kak Ian, aku mencoba membuka diri untuk berteman,
berbisnis, belajar dan berusaha tentunya hal yang positif. Dengan pengalaman
dan pelajaran yang ku dapat dari kak Ian, kini aku telah bergabung disebuah LSM
yang bergerak dibidang seni dan ilmu. Disana, aku mengajarkan tentang arti
hidup dan perjuangan untuk jadi lebih baik.
kak
Ian,Terima kasih untuk semua pengalaman dan ilmu yang kau berikan kepadaku. Aku
telah membuktikannya bahwa aku bisa lebih baik. Kau bukan hanya sosok kakak,
orangtua dan guru tapi kau juga inspirasi disetiap hal dalam hidupku. You are
my everything ! :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa tinggalkan pesan, kritik dan sarannya.. Makasih ^_^