1. Kalau ada pakaian yang koyak, Rasulullah menambalnya sendiri tanpa perlu
menyuruh istrinya. Beliau juga memerah susu kambing untuk keperluan keluarga
maupun untuk dijual.
2. Setiap kali pulang ke rumah, bila dilihat tiada makanan yang sudah siap dimasak untuk dimakan, sambil tersenyum baginda menyingsingkan lengan bajunya untuk membantu istrinya di dapur. Sayidatina ‘Aisyah menceritakan, kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu urusan rumahtangga.
3. Jika mendengar adzan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pula kembali sesudah selesai sholat.
4. Pernah baginda pulang pada waktu pagi. Tentulah baginda teramat lapar waktu itu. Tetapi dilihatnya tiada apa pun yang ada untuk sarapan. Yang mentah pun tidak ada karena Sayidatina ‘Aisyah belum ke pasar. Maka Nabi bertanya, “Belum ada sarapan ya Humairah?” (Humairah adalah panggilan mesra untuk Sayidatina ‘Aisyah yang berarti ‘Wahai yang kemerah-merahan’) Aisyah menjawab dengan agak serba salah, “Belum ada apa-apa wahai Rasulullah.” Rasulullah lantas berkata, “Jika begitu aku puasa saja hari ini.” Tanpa sedikit tergambar rasa kesal di raut wajah baginda.
5. Sebaliknya baginda sangat marah tatkala melihat seorang suami sedang memukul istrinya. Rasulullah menegur, “Mengapa engkau memukul istrimu?” Lantas dijawab dengan agak gementar, “Istriku sangat keras kepala! Sudah diberi nasihat dia tetap begitu juga, jadi aku pukullah dia.’‘ “Aku tidak menanyakan alasanmu,” sahut Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam,.” Aku menanyakan mengapa engkau memukul teman tidurmu dan ibu kepada anak-anakmu?’.
6. Pernah baginda bersabda, “Sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik, kasih dan lemah lembut terhadap istrinya.” Prihatin, sabar dan rendah hati baginda dalam menjadi ketua keluarga langsung tidak sedikitpun menurunkan kedudukannya sebagai pemimpin umat.
7. Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala dan rasa kehambaan yang sudah melekat dalam diri Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam menolak sama sekali rasa kesombongan.
8. Seolah-olah anugerah kemuliaan dari ALLAH langsung tidak dijadikan sebab untuknya merasa lebih dari yang lain, ketika di depan ramai maupun dalam kesendiriannya.
9. Pintu Syurga telah terbuka seluas-luasnya untuk baginda, baginda masih lagi berdiri di waktu-waktu sepi malam hari, terus-menerus beribadah hingga pernah baginda terjatuh lantaran kakinya sudah bengkak-bengkak.
10. Fisiknya sudah tidak mampu menanggung kemauan jiwanya yang tinggi. Bila ditanya oleh Sayidatina ‘Aisyah,‘Ya Rasulullah, “Bukankah engaku telah dijamin Surga? Mengapa engkau masih bersusah payah begini?” Jawab baginda dengan lunak, “Ya ‘Aisyah, apakah aku tak boleh menjadi hamba-Nya yang bersyukur.”
2. Setiap kali pulang ke rumah, bila dilihat tiada makanan yang sudah siap dimasak untuk dimakan, sambil tersenyum baginda menyingsingkan lengan bajunya untuk membantu istrinya di dapur. Sayidatina ‘Aisyah menceritakan, kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu urusan rumahtangga.
3. Jika mendengar adzan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pula kembali sesudah selesai sholat.
4. Pernah baginda pulang pada waktu pagi. Tentulah baginda teramat lapar waktu itu. Tetapi dilihatnya tiada apa pun yang ada untuk sarapan. Yang mentah pun tidak ada karena Sayidatina ‘Aisyah belum ke pasar. Maka Nabi bertanya, “Belum ada sarapan ya Humairah?” (Humairah adalah panggilan mesra untuk Sayidatina ‘Aisyah yang berarti ‘Wahai yang kemerah-merahan’) Aisyah menjawab dengan agak serba salah, “Belum ada apa-apa wahai Rasulullah.” Rasulullah lantas berkata, “Jika begitu aku puasa saja hari ini.” Tanpa sedikit tergambar rasa kesal di raut wajah baginda.
5. Sebaliknya baginda sangat marah tatkala melihat seorang suami sedang memukul istrinya. Rasulullah menegur, “Mengapa engkau memukul istrimu?” Lantas dijawab dengan agak gementar, “Istriku sangat keras kepala! Sudah diberi nasihat dia tetap begitu juga, jadi aku pukullah dia.’‘ “Aku tidak menanyakan alasanmu,” sahut Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam,.” Aku menanyakan mengapa engkau memukul teman tidurmu dan ibu kepada anak-anakmu?’.
6. Pernah baginda bersabda, “Sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik, kasih dan lemah lembut terhadap istrinya.” Prihatin, sabar dan rendah hati baginda dalam menjadi ketua keluarga langsung tidak sedikitpun menurunkan kedudukannya sebagai pemimpin umat.
7. Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala dan rasa kehambaan yang sudah melekat dalam diri Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam menolak sama sekali rasa kesombongan.
8. Seolah-olah anugerah kemuliaan dari ALLAH langsung tidak dijadikan sebab untuknya merasa lebih dari yang lain, ketika di depan ramai maupun dalam kesendiriannya.
9. Pintu Syurga telah terbuka seluas-luasnya untuk baginda, baginda masih lagi berdiri di waktu-waktu sepi malam hari, terus-menerus beribadah hingga pernah baginda terjatuh lantaran kakinya sudah bengkak-bengkak.
10. Fisiknya sudah tidak mampu menanggung kemauan jiwanya yang tinggi. Bila ditanya oleh Sayidatina ‘Aisyah,‘Ya Rasulullah, “Bukankah engaku telah dijamin Surga? Mengapa engkau masih bersusah payah begini?” Jawab baginda dengan lunak, “Ya ‘Aisyah, apakah aku tak boleh menjadi hamba-Nya yang bersyukur.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa tinggalkan pesan, kritik dan sarannya.. Makasih ^_^