Rasulullah
SAW bersabda, " Lihatlah di mana dirimu pada suamimu, sesungguhnya ia
adalah surga atau nerakamu. " ( Thabrani )
Allah SWT berfirman, " Mereka (para istri) adalah
pakaian bagimu dan kamu (para suami) adalah pakaian bagi mereka."(
alBaqarah ; 187 )
Sebagaimana yang dikatakan oleh Syeikh Ibrahim Ali bahwa tempat
ketenangan bagi seorang suami adalah istrinya. Begitu juga sebaliknya
ketenangan seorang istri adalah suaminya. Di antara keduanya akan terbentuk
rasa kasih sayang dan cinta. Ini adalah satu nikmat dari Allah bagi
manusia. Melalui pernikahan Islam menghendaki agar hubungan lelaki dan wanita
menjadi kuat, mantap dan kekal serta dapat menjadi pasangan yang bersatu dalam
kerja, maksud, tujuan dan cita-cita.
Sedangkan Syeikh Abdul Halim mengatakan Allah menghendaki daripada
seorang wanita solehah agar menjadi pententeram hati bagi suami dengan segala
makna kata 'tenteram' yang meliputi : kepuasan, ketenangan, kebahagiaan, kedamaian dan seterusnya.
Asmaa' Binti Kharijah menasihati anak perempuannya ketika melangsungkan
pernikahan anak perempuannya yaitu :
- Wahai anakku, kini engkau telah keluar dari sarang yang di situlah engkau dahulu dilahirkan sehingga engkau menjadi besar. Kini engkau akan beralih ke satu hamparan dan rumah yang engkau belum mengenalnya dan juga engkau harus berkawan dengan seseorang yang belum tentu serasi denganmu.
- Itulah
suamimu, jadilah engkau sebagai tanah untuknya dan ia akan menjadi langit
bagimu. Jadilah engkau sebagai lantai untuknya dan ia akan menjadi sebagai
tiang untukmu.
- Janganlah engkau
menyibukkannya dengan bermacam kesukaran, sebab, itu akan membuat ia meninggalkanmu.
- Janganlah engkau
terlampau menjauh daripadanya, agar ia tidak melupakanmu, tetapi jika dia
mendekatimu, maka dekatilah ia.
- Peliharalah suamimu
itu dengan benar, baik hidungnya, pendengarannya, matanya dan
lain-lainnya. Janganlah kiranya suamimu itu mencium sesuatu darimu
melainkan yang harum. Jangan pula mendengarkannya melainkan yang enak dan
jangan pula melihatkannya melainkan yang indah.
- Apa yang penting
seorang istri adalah sendi utama di tengah-tengah rumahnya. Seorang istri
hendaknya banyak duduk di dalam rumahnya, sedikit berbicara dengan jiran
tetangganya dan jangan masuk ke rumah jiran kecuali dalam keadaan yang
sangat perlu.
- Seorang istri
hendaknya menjaga suaminya baik di waktu suami berpergian atau ketika
suami di rumah. Usahakanlah agar suami selalu berada di dalam keadaan 'gembira'. Jangan sesekali kamu mengkhianati suamimu dan hartanya. Dan
jangan pula kamu keluar dari rumahnya melainkan dengan ada izin daripada
suamimu.
- Sekiranya ada seorang
kawan suamimu datang ke rumahmu dan beliau berada di muka pintu rumah
tetapi saat itu suamimu tidak ada di rumah maka tidak perlulah kamu coba
untuk bercakap-cakap dengannya. Hendaklah kamu senantiasa menjaga perasaan 'cemburu' suamimu terhadapmu.
- Seorang istri
hendaklah merasa puas dengan apa yang ada pada suamimu. Mengenai apa
saja yang di rezekykan Allah SWT padanya. Kamu harus mendahulukan hak
suamimu di atas hakmu sendiri serta hak keluarga lainnya.
Demikianlah
nasihat seorang ibu yang budiman kepada puterinya dalam kewajibannya untuk
menjadikan puterinya sebagai istri yang solehah dan taat pada suami. Maka ada
beberapa hal yang selayaknya ditunaikan oleh setiap wanita solehah terhadap
suaminya dalam rangka mewujudkan keridhoan Allah SWT dan suami sehingga menjadi
bekal menuju surga.
Hak Suami
Rasulullah SAW bersabda, "Wanita tidak dapat menunaikan
hak Allah SWT sehingga dia menunaikan semua hak-hak suaminya walaupun suaminya
memintanya (untuk menggaulinya) di atas pelana kendaraan, tetap belum
tertunaikan haknya." ( Thabrani )
Bersabda Rasulullah SAW, "Wahai sekalian wanita! Bertaqwalah
kepada Allah SWT dan peganglah keridhoan suamimu. Sesungguhnya wanita apabila
mengetahui akan hak-hak suaminya dia akan tetap berdiri selama makan siang dan
makan malamnya." ( Abu Nuaim )
Aisyah R.anha berkata, "Wahai kaum wanita, sekiranya kamu tau
hak-hak suamimu yang harus kamu penuhi, kamu pasti menyapu debu-debu dari kedua
tapak kaki suamimu dengan wajahmu."
Hadis-hadis di atas secara jelas telah menekankan betapa tingginya hak
seorang suami yang harus ditunaikan oleh istri. Akan tetapi di zaman sekarang
ini, berapa ramaikah istri-istri yang ambil kisah dalam menunaikan hak-hak
suaminya? Bahkan, jangankan menunaikan hak-hak suami, rasa ingin tau apakah
'hak-hak' seorang suami pun masih ramai yang tidak mau ambil tau.
Hak manusia yang paling utama ditunaikan bagi seorang istri adalah
suaminya. Selagi hak-hak suami belum ditunaikan selagi itulah hak-hak Allah SWT
belum terpenuhi. Allah SWT akan tanya kembali di akhirat nanti mengenai hak-hak
sesama manusia, ditunaikan ataupun tidak. Sehebat mana pun si istri
beribadah kepada Allah SWT, tetap Allah SWT menganggap belum tertunaikan hak-Nya
jika si istri belum menunaikan hak-hak suaminya.
Ada beberapa hak yang utama menjadi kewajiban istri untuk menunaikannya.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, " Hak suami atas istri
adalah, bermalam di tempat tidurnya, menyenangkan janjinya, mentaati perintahnya, tidak
keluar rumah kecuali dengan izin daripadanya dan tidak membenarkan siapa saja
yang dibenci suaminya masuk ke rumah." ( Thabrani )
Alim
Ulamaa' telah menyimpulkan beberapa hak-hak suami yang harus dipenuhi oleh
istri, di antaranya ialah :
- Taat kepada suami.
- Menjaga kehormatan
suami.
- Bersikap menyenangkan
di hadapan suami.
- Berhemat dalam
mengeluarkan harta suami.
- Tidak benarkan lelaki
lain masuk ke rumah tanpa izin dari suami
- Tidak menolak ajakan
suami untuk bersetubuh.
- Menjaga rahasia
suami.
- Tidak keluar rumah
tanpa izin daripada suami.
- Menjaga hartanya.
- Menerima giliran
sekiranya mempunyai saudara 'madu'.
Masih banyak lagi hak-hak suami ke atas isterinya selain di atas.
Sekarang ini, ramai wanita paham akan hak-hak dirinya sendiri terutama
dalam 'pemberian' nafkah ataupun material tetapi dalam hal agama? Sedikit
sekali wanita yang ambil peduli sehingga sangat jarang mereka menuntut hak-hak
itu daripada suaminya. Ini menyebabkan fitnah demi fitnah pun muncul di
mana-mana.
Taat
Kepada Suami
Rasulullah SAW bersabda, " Sekiranya aku boleh perintahkan
seseorang untuk sujud di hadapan selain Allah SWT maka sesungguhnya aku
perintahkan para istri untuk sujud kepada suaminya. Demi jiwa Muhammad yang ada
di tanganNya, tidak seorang istri itu menunaikan hak-hak Allah SWT sebelum dia
tunaikan semua hak-hak suaminya. Hingga seandainya suaminya 'meminta' dirinya
dan kala itu dia berada dia tas pelana kendaraan, tidaklah boleh dia
menolaknya." ( Ahmad, IbnuMajah, Ibnu Hibban )
Allah SWT berfirman, "Lelaki lebih kuat daripada
wanita." ( An Nisaa' : 24 )
Sebagai wanita solehah, haruslah yakin dan terima dengan penuh kerelaan
bahwa suaminya adalah pemimpin dalam rumahtangganya dan berkedudukan di bawah
suaminya. Juga mempunyai rasa tanggungjawab untuk taat karena kesolehan itu
berkait rapat dengan ketaatan. Tidak boleh seseorang dikatakan soleh jika dia
tidak mempunyai ketaatan. Orang yang tidak taat adalah orang yang bermaksiat.
Sebagaimana firman Allah SWT, " Adapun orang-orang yang solehah
adalah qanitaatt (orang-orang yang taat) dan hafizaat (orang-orang yang menjaga
diri) saat suami tiada dengan sebab penjagaan Allah SWT ke atasnya." (
An Nisaa' : 34 )
Dalam ' Huququl Mar'ah ' dikatakan bahwa istri yang
tidak taat kepada suami berarti dia telah bermaksiat kepada suaminya dan istri
yang bermaksiat kepada suami berarti dia telah bermaksiat kepada Rasul-Nya dan
barangsiapa bermaksiat kepada Rasulullah SAW berarti dia telah bermaksiat
kepada Allah SWT. Jadi wajarlah sekiranya Malaikat mendoakan laknat kepada
istri yang tidak mentaati suaminya.
Imam Nawawi Rah.a menulis bahwa, Istri mesti sadar bahwa dirinya adalah milik suami seperti tawanan yang lemah yang tak berdaya di hadapan suami. Selalu tunduk dan taat kepada suami. Sehingga Alim Ulama' telah berpendapat bahwa :
- Segala perbuatan istri
mesti ada izin daripada suami .
- Istri hendaklah
merasa malu terhadap suami.
- Tidak berani
menentang suami.
- Menundukkan pandangan
di hadapan suami.
- Merendahkan
suara.
- Taat kepada suami
apabila diperintahkan oleh suami selain perkara yang membawa kemaksiatan
kepada Allah SWT.
- Diam ketika suami
bercakap.
- Hantar suami ke muka
pintu ketika suami mau keluar rumah.
- Menyambut ketika
suami hadir dengan manis muka.
- Menunjukkan rasa
cinta kepada suami.
- Mencium suami sebelum
tidur.
- Memakai wangian
ketika berada di samping suami.
- Selalu berhias ketika
berhadapan dengan suami.
- Tidak berhias ketika
ketiadaan suami di sisi.
Ketaatan kepada suami adalah mutlak sebagaimana yang dinasihatkan oleh
Syeikh Ibnul Jauzi bahwa ketaatan seorang istri kepada suaminya adalah wajib.
Namun ketaatan yang wajib itu terbatas, yaitu hanya perkara yang dihalalkan
bukan yang diharamkan, contohnya, sekiranya suami mengajak bersetubuh ketika
haid, pada siang hari di bulan Ramadhan mengajak untuk tidak solat dan
sebagainya, maka tidak wajib taat. Allah SWT tidak akan menyuruh mentaati
makhluk dalam hal-hal yang bertentangan denganNya.
Syeikh Abdul Halim menambah, sekiranya suami menyuruh untuk berhias
seperti Jahiliyyah, berkumpul dalam majlis yang bercampur lelaki dan wanita
maka istri tidak wajib untuk taat kepada suaminya.
Selanjutnya beliau menulis bahwa seorang wanita solehah mestilah
berhati-hati agar kekurangan yang ada pada suami tidak menjadi alasan untuk
membantah perintahnya. Kurang harta, ilmu, kedudukan maupun kebangsawanan
terutama apabila isri itu sendiri mempunyai kelebihan tersebut lebih tinggi
daripada suaminya, seharusnya seorang isteri itu bertaqwa kepada Allah SWT,
istiqomah dengan batas-batas syariat-Nya semata-mata mencari keridhoan Allah
SWT.
Ada satu cerita pada zaman Nabi SAW, ada seorang lelaki mau berangkat
pergi berperang, dia berpesan kepada istrinya, " Wahai istriku, jangan
sekali-kali keluar dari rumah ini sehingga aku pulang."
Kebetulan
ayah istrinya menderita sakit, maka istri tadi mengutuskan seorang lelaki
pergi menemui Nabi SAW. Rasulullah SAW bersabda kepada utusan itu, "Suruhlah istri itu taat kepada suaminya." Maka wanita itu taat
kepada suaminya dan tidak berani keluar dari rumahnya. Selepas itu ayahnya pun
meninggal dunia tetapi dia tetap saja di rumahnya dan tidak sabar menunggu
kepulangan suaminya. Maka Allah SWT mewahyukan kepada NAbi SAW, "Sesungguhnya
Allah SWT telah mengampuni ayah wanita itu karena ketaatan kepada
suaminya."
Untuk itu, sangat ditekankan kepada para istri agar tidak mencari-cari
kelemahan suami sehingga mempengaruhi ketaatannya kepada suami. Jika dicari
kelemahan itu pasti akan menjumpainya dan perkara ini boleh menghancurkan
rumahtangga sendiri. Sekiranya kelemahan itu terlihat juga oleh mata kita, tugas
istri adalah coba memperbaikinya dengan cara bijaksana tanpa mengurangi rasa
hormat dan taat kepada suami.
Khidmat/Melayani Suami
Rasulullah SAW telah memberi perhatian yang tinggi kepada setiap isteri
dalam berkhidmat kepada suami seperti dalam nasihat Baginda SAW kepada
puterinya Fathimah R.Anha, Rasulullah SAW bersabda :
- Wahai Fathimah,
wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya, Allah SWT akan
menetapkan pada setiap biji tepung itu, kebaikan, menghapuskan keburukan dan
meningkatkan derajat wanita itu.
- Wahai Fathimah, yang
lebih utama dari seluruh keutamaan yang disebutkan di atas adalah
keridhoan suami ke atas istrinya. Andai kata suamimu tidak ridho kepadamu
maka aku tidak akan mendoakanmu. Ketahuilah wahai Fathimah, kemurkaan
suami adalah kemurkaan Allah SWT.
- Wahai Fathimah,
tidaklah wanita yang berkhidmat melayani suaminya sehari semalam dengan
rasa senang hati dan penuh keikhlasan serta niat yang betul melainkan
Allah SWT mengampunkan dosa-dosanya dan memakaikannya dengan pakaian hijau
gemerlapan pada hari kiamat dan menetapkan baginya pada setiap rambut pada
tubuhnya 1000 kebaikan dan Allah memberi kepadanya pahala 100 ibadah haji
dan umrah.
- Wahai Fathimah,
apabila seseorang istri itu tersenyum manis kepada suaminya, Allah akan
memandangnya dengan pandangan kasih sayang.
- Wahai Fathimah,
wanita yang membentangkan tempat tidur untuk suaminya dengan senang hati,
malaikat pemanggil dari langit akan menyerunya untuk menghadapi amalnya
dan Allah mengampuni dosa-dosanya yang sudah lalu dan yang akan
datang.
- Wahai Fathimah,
seseorang wanita yang meminyaki rambut dan janggut suaminya, mencukur
kumisnya dan memotong kukunya, Allah SWT akan memberinya arak yang masih
tertutup, murni dan belum terbuka dari sungai-sungai dalam surga
Allah. Allah akan mudahkan saat sakratul mautnya, kuburnya akan ditemui
sebagai taman-taman surga dan Allah menetapkan baginya bebas dari api
neraka dan selamat melalui titian sirat.
Ibnu Mas'ud RA berkata,Nabi SAW bersabda, " Apabila seorang
istri membersihkan pakaian suaminya maka Allah mencatatkan baginya 1000
kebaikan dan mengampuni kesalahannya dan segala sesuatu yang disinari oleh
matahari meminta ampun baginya dan Allah mengangkat 1000 derajat baginya."
Ali RA berkata, " Jihad seorang wanita adalah menguruskan
suaminya dengan baik. "
Dalam ' Mustadrak ' dituliskan bahwa Rasulullah SAW
bersabda, " Tugas seorang wanita adalah, membuka pintu dan
menyambut suaminya." Dalam sabdanya yang lain," Seorang
istri bertugas untuk menyediakan bekas air dan tuala untuk membasuh tangan
suaminya."
Keridhoan
Suami
Hendaklah dipahami bahwa keridhoan suami adalah kunci kebahagiaan hidup
seorang istri. Ini yang seharusnya selalu diusahakan. Rasulullah SAW, " Siapa
saja wanita yang meninggal dunia dan suaminya ridho kepadanya maka dia kan
masuk surga." ( Tirmidzi, Ibnu Majah, Hakim )
Rasulullah SAW bersabda, " Tidak halal bagi seorang istri berpuasa sunah pada waktu adanya suami di sisi melainkan di izinkan oleh suaminya. Juga tidak boleh istri membenarkan orang lain masuk ke rumahnya melainkan dengan izin suaminya." ( Bukhari, Muslim )
Rasulullah SAW bersabda," 3 orang yang tidak akan naik shalat mereka dari kepala walaupun sejengkal :
Rasulullah SAW bersabda, " Tidak halal bagi seorang istri berpuasa sunah pada waktu adanya suami di sisi melainkan di izinkan oleh suaminya. Juga tidak boleh istri membenarkan orang lain masuk ke rumahnya melainkan dengan izin suaminya." ( Bukhari, Muslim )
Rasulullah SAW bersabda," 3 orang yang tidak akan naik shalat mereka dari kepala walaupun sejengkal :
1. Seorang lelaki yang
mengimami suatu kaum padahal mereka membencinya.
2. Seorang istri yang
bermalam padahal suaminya marah padanya.
3. 2 orang saudara yang
bermusuhan. (Ibnu Majah)."
Rasulullah SAW bersabda, " 3 orang yang shalat mereka tidak akan diterima dan tidak akan sampai kebaikan mereka ke langit :
1. Hamba yang lari daripada
majikannya, sehingga dia kembali.
2. Istri yang dimarahi
suaminya sehingga suaminya ridho kepadanya.
3. Orang yang mabuk sehingga
dia sadar."
Salman al-Farisi meriwayatkan bahwa suatu ketika Fathimah R.Anha datang menemui Rasulullah SAW, ketika melihat Rasulullah SAW, bercucuranlah airmatanya dan riak wajahnya berubah kesedihan. Nabi SAW bertanya, " Kenapa denganmu anakku? " Fathimah R.Anha menjawab, " Wahai Rasulullah SAW, malam tadi aku dan Ali bergurau dan aku tercakap sesuatu yang membuatkan dia marah padaku. Ketika aku melihat dia (Ali) marah, aku menyesal dan mula rasa susah hati maka aku berkata kepadanya, 'Hai kekasihku, kesayanganku, maafkanlah kesalahanku, lalu aku mengelilinginya dan merayu kepadanya sebanyak 72 kali sehingga akhirnya dia rela dan mentertawakanku dengan segala kerelaannya, tapi aku tetap merasa takut kepada Tuhanku. "
Rasulullah SAW bersabda kepada Fathimah R.anha, " Wahai anakku demi zat yang telah mengutusku sebagai Rasul dengan agama yang benar, sesungguhnya sekiranya kamu mati sebelum Ali RA rela kepadamu maka aku tidak akan menyembahyangkan mayatmu."
Kemudian Baginda bersabda lagi :
- Wahai anakku,
tidakkah kamu tau, kerelaan suamimu itu adalah kerelaan Allah dan
kemurkaan suamimu itu adalah kemurkaan Allah.
- Wahai anakku, seorang perempuan yang beribadah betul-betul seperti ibadahnya Maryam A.s puteri Imran tetapi suaminya tidak ridho kepadanya maka Allah tidak akan terima segala amal ibadahnya.
- Wahai anakku, amal
yang paling utama bagi para wanita ialah ketaatannya terhadap
suaminya.
- Dan sesudah itu tidak ada lagi amal yang paling utama daripada 'bercumbu' dengan suami.
- Wahai anakku, duduklah
satu jam bercium dengan suami lebih baik dari beribadah 100 tahun dan di
catat pada setiap pakaian yang dipakai pada waktu bercium tadi seperti
pahala seorang yang mati syahid.
- Wahai
anakku, sesungguhnya seorang wanita yang mencium suaminya, memakai pakaian
kepada suami dan anak-anaknya, maka sudah pasti baginya surga. Allah
memberikan untuk setiap pakaian yang dipakai dari berbagai jenis
pakaian, sebuah kota di dalam surga. "
Syeikh Abdul Halim mengatakan bahwa seorang muslimah yang bijak adalah
yang merasa bahwa suaminya sangat serasi dengannya walaupun ada kekurangan
suami dalam segi keduniaan. Perkara ini sama sekali tidak mempengaruhi
kehidupan rumahtangganya, dia ridho dengan apa yang dimiliki suaminya.
Suri tauladan bagi wanita solehah adalah pasangan-pasangan solihin yang terdahulu. Lihatlah bagaimana mereka mendapatkan 'kunci' tersebut dalam kehidupan mereka. Abu Dardaa' RA berpesan kepada istrinya, " Jika kamu lihat aku sedang marah, maka maafkanlah aku, dan sekiranya aku lihat kamu sedang marah, aku akan memaafkanmu. Kalau tidak demikian maka kita tidak akan pernah bersahabat."
Suri tauladan bagi wanita solehah adalah pasangan-pasangan solihin yang terdahulu. Lihatlah bagaimana mereka mendapatkan 'kunci' tersebut dalam kehidupan mereka. Abu Dardaa' RA berpesan kepada istrinya, " Jika kamu lihat aku sedang marah, maka maafkanlah aku, dan sekiranya aku lihat kamu sedang marah, aku akan memaafkanmu. Kalau tidak demikian maka kita tidak akan pernah bersahabat."
Imran Ibnu Hathan pernah berkata kepada istrinya seorang wanita yang
sangat cantik dan muda pula. Sementara itu dia sendiri adalah lelaki yang tidak
tampan dan kurang menarik.
"Sesungguhnya aku dan kamu akan masuk surga, InsyaAllah."
Istrinya bertanya, "Bagaimana itu boleh berlaku?"
Imran menjawab,"Aku telah diberi oleh Allah SWT istri yang secantik kamu, lalu aku bersyukur dan kamu telah diberi oleh Allah SWT suami seperti aku, lalu kamu bersabar."(Ibnu Abi Rabbah)
Rasulullah SAW pernah bersabda kepada para sahabatnya, " Maukah aku beritahu kalian, bakal isterimu di surga?"
Para sahabat R.anhum menjawab, "Ya, ya Rasulullah SAW."
Rasulullah SAW bersabda,"Mereka itu ialah, setiap istri yang penuh dengan kasih sayang dan banyak anak ( subur ) dan apabila dia marah atau diganggu atau dimarahi oleh suaminya, lalu dia menyerahkan dirinya dan berkata, 'Ini tanganku, terserah kamu, aku tidak boleh tidur selagi kamu tidak 'rela' kanku."(Thabrani)
Jika melihat hadis di atas nampaknya mudah sekali bagi seorang wanita untuk masuk surga Allah SWT. Seolah-olah surga bagi wanita itu hanya 2 langkah saja, 'ridho Allah dan ridho suami ', itu saja. Untuk mendapatkan ridho Allah dan ridho suami memerlukan keimanan dan amal soleh.
Perbicaraan Dengan Suami
Wanita yang solehah adalah wanita yang senantiasa menjaga percakapannya di
hadapan suaminya. Jangan sampai akibat perkataannya boleh membawa kepada
kemurkaan Allah dan menyakiti hati suami. Sememangnya hal ini berlaku karena
dorongan nafsu dan emosi yang tidak terkawal.
Perkara inilah yang sangat-sangat dikhawatirkan oleh Nabi SAW. Diriwayatkan
bahwa ketika Baginda SAW mengerjakan shalat Kusuf, terbayang-bayang di minda
Rasulullah SAW surga dan neraka. Di dalam neraka itu, Rasulullah SAW melihat
kebanyakan penghuninya adalah wanita. Para sahabat R.Anhum bertanya, apakah
sebabnya? Rasulullah SAW menjawab, "Mereka tidak mengakui kebaikan
suami dan tidak berterima kasih kepada suami. Yakni kamu berbuat baik kepada
istrimu sepanjang hayatmu tapi suatu ketika apabila pergaduhan atau salah paham, mereka berkata, 'Aku tidak pernah dapat apa-apa kebaikan pun daripada
kamu." ( Muttafaqun Alaih )
Ya'la
Ibnu Munabbih menceritakan, ada seorang suami yang datang berjumpa Rasulullah
SAW, menceritakan bahwa setiap kali dia datang, maka istrinya yang
solehah menyambutnya dengan kata-kata, "Selamat datang wahai Tuan pemilik
rumah, jika kehendakmu adalah untuk akhiratmu, semoga Allah meningkatkan dengan
kemauanmu itu. Jika kehendakmu untuk duniamu, semoga Allah SWT senantiasa
memberi rezeky dan merestuimu."
Mendengar demikian Rasulullah SAW bersabda, " Untuk istrimu itu
pahala separuh pejuang di jalan Allah. Dialah pekerja yang berada di bawah
pimpinan Allah."
Puteri Sa'id Ibnu Musayyab yang terkenal dengan kesolehannya, mengajarkan
kepada para istri bagaimana caranya berkelakuan di hadapan suami, beliau
berkata, " Tidaklah kami berbicara dengan suami-suami kami kecuali
sepertimana kalian berbicara di hadapan raja-raja kalian." ( Ahkamun
Nisaa' )
Syeikh Zakaria mengulas tentang perkara ini, beliau mengatakan, " Maka
dari riwayat-riwayat ini dapat dipahami bahwa penyebab mengapa wanita
kebanyakannya masuk neraka. Dalam sebuah hadis mengenai Hari Raya, diceritakan
bahwa setelah mendengar nasihat Rasulullah SAW, semua kaum wanita telah
membuka perhiasan emas dan perak dari telinga dan leher mereka, lalu diletakkan
di dalam kain Bilal RA yang bertugas mengumpulkan sedekah pada masa itu.
Dituliskan oleh Syeikh Ahmad Hussin dalam buku ' alMaraatul Muslimaat
Amamaat Tahdiyaat ' bahwa satu kali As-Sya'bi bertanya kepada Syuraih
Al-Qadhi tentang rumahtangga. Syuraih berkata, " Selama 20 tahun aku belum
pernah melihat sesuatu yang membuatkan aku kesal dengan istriku. Semenjak
malam pertama aku bertemu dengan istriku, ternyata dia sangat cantik, tidak
ada bandingannya. Ketika aku melaksanakan 2 rakaat shalat syukur, aku melihat
istriku juga melakukan perkara yang sama. Dia berkata kepadaku, "
Alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah, aku memohon pertolongan kepada Allah
SWT, sesungguhnya aku adalah seorang wanita yang tidak tau sedikit pun tentang
kebaikanmu, maka jelaskanlah kepadaku apa yang kamu suka, agar aku boleh
menunaikannya dan apa yang kamu tidak suka, agar aku dapat meninggalkannya.
Dalam kaummu ramai wanita yang layak kamu nikahi dan dalam kaumku ramai lagi
lelaki yang layak menjadi suamiku. Tetapi Allah sudah tetapkan ini terjadi, aku
sudah menjadi milikmu. Kerjakanlah apa yang Allah telah perintahkan kepadamu,
milikilah aku dengan sebaik-baiknya atau ceraikan aku dengan sebaik-baiknya.
Aku sampaikan hal ini dan aku memohon kepada Allah untukmu dan diriku. "
Syuraih melanjutkan, " Wahai Sya'bi, demi Allah, dia membuatkanku
berceramah dengan masalah tersebut. Aku berkata, " Alhamdulillah,
Nahmaduhu wa Nusolli Alaa Rasulihil Kareem. Sungguh kamu telah mengatakan
sesuatu yang jika kamu dapat buktikan kebenaran tentang perkara ini, itu
nasibmu. Tetapi jika kamu hanya mengada-adakan hal itu maka hal itu hanya akan
'berbalik' kepadamu. Aku suka ini dan itu, aku tidak suka ini dan itu. Apa
yang kamu lihat dari kebaikanku maka sebarkanlah dan apa yang kau lihat dari
keburukanku maka sembunyikanlah. "
Istriku berkata, " Siapakah jiran tetanggamu yang kamu benarkan masuk ke
rumah? Agar aku membenarkannya dan siapakah mereka yang kamu tidak suka untuk
memasuki rumahmu agar aku tidak membenarkannya."
Aku
menjawab," Si Fulan, adalah orang baik-baik dan si fulan adalah orang yang
tidak baik."
Wahai Sya'bi, aku hidup dengannya selama 20 tahun belum pernah aku rasa
tidak puas hati kepadanya tentang sesuatu perkara kecuali sekali, itu pun
ketika aku berbuat zalim kepadanya."
Untuk
itu diingatkan bahwa seorang istri mesti menjadikan perbicaraannya dengan
suami sebagai penghibur suaminya. Apabila istri ada 'keluhan' haruslah
dilihat waktu dan keadaan suami. Ambil kira tentang suami, yang mana suami pun
ada perkara yang banyak menggunakan tenaga dan pikirannya. Maka, walaupun
berbagai masalah yang dihadapi si istri, sebaiknya istri menyambut dan
berhadapan dengan suami dengan kata-kata yang menghiburkan hati dan menyenangkan
suami. Jangan sesekali tidak ambil peduli dengan keadaan suami, jadi istri
mengeluarkan kata-kata yang tidak menyenangkan dan menyakiti suami.
Nabi
SAW bersabda, " Shalat seorang wanita yang menggangu suaminya dengan
lidahnya tidak diterima oleh Allah walaupun dia berpuasa setiap hari, bangun
dan shalat di waktu malam, membebaskan hamba sahaya dan membelanjakan hartanya
di jalan Allah. Wanita yang lidahnya busuk yang menyakiti suaminya dengan cara
seperti ini adalah orang yang pertama akan masuk ke dalam api neraka." (
Biharul Anwar ; 203 )
Menghiburkan Suami
Firman Allah SWT yang bermaksud, " Agar kamu merasa tenteram
kepadanya." ( Ar-Rumm : 21 )
Dalam
ayat di atas memberi isyarat bahwa wanita haruslah menjadi sebagai ' pelabuhan
' ketenteraman, kedamaian dan keamanan bagi kaum lelaki. Ini merupakan tugas
fitrah wanita dalam kehidupan ini yang penuh dengan segala macam kesulitan.
Ummu
Mukiminin, Khadijah R.Anha sebagai teladan nomor satu dalam aspek ini. Ketika
Rasulullah SAW mengalami ketegangan, Khadijah R.Anha telah meringankan beban perasaan yang ditanggung oleh Baginda SAW. Beliau menyejukkan dan menghiburkan
Rasulullah SAW seraya berkata, " Demi Allah, Allah tidak akan pernah
menghinamu karena kamu telah menyabung perasaan, membela orang yang dalam
kesusahan, menutup keperluan orang yang tidak punya, memuliakan tetamu dan
menolong sedaya upaya dalam menegakkan kebenaran."
Ali
RA menasihati kepada pasangan suami istri, " Hiburkanlah hati dari
masa ke semasa sebab sekiranya hati itu berbuat benci maka ia akan menjadi buta."
Sesungguhnya inilah yang diinginkan oleh para suami yakni mendapat ketenangan
dan penghibur hati daripada istrinya sendiri sehingga dalam wujudnya ' Rumahku
Surgaku '.
Syeikh Abdul Halim Hamid mengatakan bahwa, sesungguhnya Allah SWT menjadikan istri
itu sebagai tempat berteduh agar suami tenang dan tenteram di haribaannya.
Cinta yang ditunjukkan kepada suami dengan hati nan lembut penuh dengan kasih
dan sayang akan segera melenyapkan segala perasaan kusut, penat dan letih
setelah bergelut dengan gelombang kehidupan yang penuh cobaan.
Setiap
orang mengimpikan seorang teman yang mau mendengar dan berbagi rasa
dengannya, termasuklah suami. Wajarlah jika suami mau keluarganya menjadi
sebagai tempat untuk menghiburkan dan melegakan hatinya. Ini semua akan
diperolehi setelah istri memahami perkara tersebut.
Sebaliknya adalah sangat dicela bagi istri-istri yang tidak pandai menghibur
suami. Rasulullah SAW bersabda, " Mana-mana wanita yang bermasam muka
apabila berhadapan dengan suaminya, maka akan dimurkai Allah SWT sehingga dia
dapat membuat suaminya senyum dan ridho dengannya." Dalam riwayat lain
menyebutkan, " Mana-mana wanita yang durhaka dengan suaminya, akan
bangkit dari kuburnya dengan wajah yang berubah menjadi hitam."
Kisah Isteri Dalam Menghiburkan
Suami
Kisah 1
Ketika putera Abu Talhah RA wafat, berkatalah Ummu Sulaim R.Anha kepada
keluarganya, " Janganlah kalian memberitahu Abu Talhah tentang anaknya
sehingga aku sendiri yang akan beritahunya."
Maka
datanglah Abu Talhah RA pada waktu berbuka puasa, lantas mereka berbuka
puasa. Kemudian Ummu Sulaim RAnha berdandan dengan sangat cantik yang tidak
pernah dilakukan sebelum ini maka tertariklah Abu Talhah RA kepada
istrinya maka terjadilah hubungan suami istri pada malam itu.
Setelah istrinya (Ummu Sulaim R.anha) merasa bahwa Abu Talhah RA telah puas, berkata lah Ummu Sulaim R.anha kepada Abu Talhah RA, "Wahai Abu Talhah, apa pendapatmu apabila ada satu kaum meminjamkan barang pinjaman kepada kaum lain, ketika kaum tersebut ingin meminta barangnya kembali, apakah yang meminjam itu ada hak untuk menghalang?"
Setelah istrinya (Ummu Sulaim R.anha) merasa bahwa Abu Talhah RA telah puas, berkata lah Ummu Sulaim R.anha kepada Abu Talhah RA, "Wahai Abu Talhah, apa pendapatmu apabila ada satu kaum meminjamkan barang pinjaman kepada kaum lain, ketika kaum tersebut ingin meminta barangnya kembali, apakah yang meminjam itu ada hak untuk menghalang?"
Abu Talhah
RA menjawab, "Tidak."
Ummu Sulaim
R.anha berkata, " Mohonlah pahala Allah SWT untuk anakmu. "Maka
marahlah Abu Talhah RA seraya berkata, " Kenapa kau biarkan aku
sehingga aku kotor ( berjunub ) begini baru kau kabarkan kepadaku tentang
anakku? "Maka berlalulah Abu Talhah RA menemui Nabi SAW lalu menceritakan
kepada Nabi SAW tentang perkara itu.
Maka
berkatalah Rasulullah SAW, "Semoga Allah memberkati malam
kalian berdua."
Setelah itu
hamillah Ummu Sulaim R.anha, kemudian beliau melahirkan bayinya. Ketika pagi
tiba, Ummu Sulaim R.anha membawa bayinya kepada Rasulullah SAW dan Abu Talhah
RA menitipnya dengan beberapa buah kurma, kemudian Rasulullah SAW mengambil
buah kurma itu dan mengunyahnya, lalu memasukkan ke dalam mulut bayi dengan
dioleskan ke seluruh rongga lantas memberinya nama, Abdullah. ( Muttafaqun
Alaih )
Kisah
2
Ketika Fathimah Binti Abdul Malik, istri Khalifah Umar Ibnu Abdul Aziz
memasuki kamarnya dan mendapati suaminya sedang duduk di atas sajadah sambil
menangis. Beliau bertanya kepada suaminya, "Mengapa kamu menangis sebegini
rupa?"
Khalifah
Umar menjawab, "Ohh malangnya wahai Fathimah, aku diberi tugas menguruskan
ummat seperti ini. Yang senantiasa bermain di pikiranku ialah nasib si miskin yang
kelaparan, orang yang merintih kesakitan, orang yang terasing di negeri ini, orang
tawanan, orang yang sudah tua, janda-janda yang sendirian, orang yang mempunyai
tanggungan keluarga yang besar dengan pendapatan yang kecil dan orang yang
senasib dengan mereka di seluruh pelusuk negeri ini, baik di timur atau di
barat, utara maupun selatan. Aku tau, Allah akan minta pertanggungjawaban dariku
pada hari kiamat sedangkan pembela mereka yang menjadi lawanku kelak adalah
Rasulullah SAW. Aku betul-betul merasa takut tidak dapat mengemukakan jawaban di
hadapannya, itulah sebabnya aku menangis...."
Pada saat
itulah Fathimah menghiburkan suaminya dengan penuh kasih sayang walaupun
suaminya banyak masanya untuk menunaikan kepentingan agama dan ummat sehingga
tiada masa untuk menguruskan dirinya sendiri.
Berdandan Untuk Suami
Sabda Rasulullah SAW, "Tiada yang lebih bermanfaat
bagi seorang mukmin setelah ketaqwaannya kepada Allah SWT yaitu istri yang solehah. Jika diperintahkan dia taat, jika suami
melihatnya menyenangkan."(Ibnu Majah)
Syeikh Abdul Halim Hamid, menasihati kepada para istri,hendaklah istri
menjadi Ratu kecantikan dan keindahan di dalam rumahnya, membawa keridhoan
kepada Rabbnya dan menciptakan kebahagiaan untuk suaminya. Islam
mengajar wanita muslimah agar berhias dan berdandan, memakai
wangi-wangian, bersolek dan sebagainya tetapi dengan syarat itu semua dilakukan
untuk suami saja dan sangat-sangat dilarang jika dilakukan untuk selain
suami.
Ibnu Jauzi menjelaskan mengenai berdandan seseorang wanita di hadapaan
suaminya, katanya, "Setelah usai perciptaan dan sempurna
kebagusannya, dituntut selalu berada di dalam keadaan berhias dan bersih dengan
menggunakan alat-alat kosmetik, bermacam pakaian dan berbagai fashion dandanan
yang sesuai dengan selera suami."
Syeikh Abdul Halim Hamid telah memberikan beberapa nasihat untuk para
istri dalam perkara berhias ini :
- Hati-hatilah jangan
sesekali pandangan suami jatuh pada sesuatu yang dibencinya seperti
kotoran dan bau yang tidak enak atau sifat-sifat yang menjengkelkan.
- Bervariasilah dalam
berdandan dan menggunakan wangi-wangian kerana dengan cara itu ada
kesegaran dan daya tarik.
- Usaha sedaya upayalah
untuk memenuhi selera suami meliputi warna baju, jenis pabrik serta
fashionnya, aroma parfum, gaya rambut dan lain-lain seperti celak dan pemerah
kuku.
Ada seorang wanita yang bertanya kepada A'isyah R.anha tentang pemerah
kuku, maka beliau menjawab, "Boleh memakainya tapi aku tidak menyukainya
karena kekasihku (Nabi SAW) dahulu tidak suka baunya."(Abu
Daud,An-Nasaa'i)
Dalam Fathul Qadir disebutkan bahawa Alim Ulama' telah
berkata, "Berhias seseorang wanita serta mengharumkan badannya dengan
wangian adalah faktor utama yang dapat mengukuhkan bangunan cinta kasih suami
isteri. Ia dapat menjauhkan perasaan benci dan enggan di antara mereka karena
mata, hidung adalah jendela hati, darinya cinta keluar. Sekiranya suami melihat
sesuatu yang menjengkelkan atau sesuatu yang tidak disukainya seperti dalam
berpakaian dan gaya berhias istrinya, maka ini akan terkesan juga dalam hati
suami dan lahirlah perasaan benci dan enggan terhadap istrinya."
Seorang wanita solehah juga mesti bijak dalam memilih waktu-waktu yang
tepat dan sesuai unutk berhias dan memakai wangian agar dapat menarik dan
memikat hati suami,antaranya ialah :
- Semasa istirahat.
- Semasa bergurau senda
dan bersembang dengan suami.
- Pada waktu anggota badan banyak dalam keadaan terbuka (Yakni sebelum subuh, istirahat siang hari dan selepas isya)
- Semasa berjima'
denagn suami.
Jangan berhias dengan berlebih-lebihan seperti menghabiskan terlalu
banyak uang membeli alat-alat untuk berhias, menggunakan waktu
sehingga berjam-jam untuk berhias dan sebagainya. Ini termasuk dalam perbuatan
yang mubazir saja.
Jimaa'
Rasulullah SAW bersabda, " Sebaik-baik wanita di antara kamu
adalah yang paling menjaga dan pandai membangkitkan syahwat. Paling menjaga
kemaluannya dan yang paling pandai menggairahkan syahwat suaminya." ( Dailami
)
Yang
paling menjaga '.....maksudnya ialah menjaga aurat serta kehormatannya dari
lelaki ajnabi. Sedangkan ' yang pandai menggairahkan syahwat '...adalah hanya
ditujukan kepada suami. Inilah istri yang paling baik yaitu pandai menggoda,
pandai menghibur, pandai merayu, pandai bersolek dan berdandan di hadapan
suaminya.
Rasulullah SAW bersabda kepada Jabir RA, " Alangkah baiknya
jika istrimu itu seorang gadis yang kamu dapat bermain-main dengannya dan dia
dapat bermain-main denganmu. " ( Bukhari, Muslim )
Anjuran utama bagi wanita solehah dalam masalah jimaa' dengan suami ialah
jangan sesekali menunda-nunda ajakan suami untuk berhubungan badan
apalagi menolaknya ketika istri dalam keadaan sehat. Menyegerakan keinginan
suami dalam urusan tempat tidur ( jimaa' ) adalah sangat besar pengaruhnya
dalam hubungan cinta kasih antara suami istri.
Rasulullah SAW bersabda," Seorang wanita itu datang dalam
bentuk syaitan, sekiranya salah seorang daripada kamu melihat wanita yang
memikatnya segeralah mendatangi istrinya karena perkara itu boleh menyejukkan
gelojak nafsu yang ada dalam dirinya." ( Muslim )
Rasulullah SAW bersabda, " Allah melaknat istri yang suka
berkata ' nanti '...nanti ' ( dalam memenuhi ajakan suaminya )."(Thabrani)
Hikmah-hikmah
dalam menyegerakan panggilan suami dalam hubungan jimaa' ini adalah :
- Dapat memenuhi
hubungan biologis suami hingga puas.
- Menjaga sehingga
tidak terjerumus dalam perzinaan.
- Jika menolak maka
akan timbul buruk sangka suami kepada istri.
- Menjaga keharmonian rumahtangga.
Sebaik-baiknya istri yang solehah tau waktu-waktu yang tepat untuk
berhubungan dengan suami, agar hubungan tersebut akan tercipta suasana yang
harmoni, mesra dan berkesan. Waktu-waktu tersebut adalah :
- Setelah suami pulang
dari berpergian yang jauh.
- Malam ketika merayakan sesuatu.
- Saat berbaik-baik
setelah berlaku pergaduhan.
- Ketika banyak ujian.
Nabi SAW bersabda, " Jika seseorang istri bermalam dengan
meninggalkan tempat tidur suaminya para Malaikat akan melaknatnya sehinggalah
dia kembali kepada suaminya." ( Bukhari, Muslim)
Rasulullah SAW bersabda, " Jika suami memanggil istrinya, maka
hendaklah istri mendatangi suaminya walaupun dia sedang berada di atas tungku." (
Tirmidzi, Nasaa'i )
Islam mengatur hubungan lelaki dan wanita agar menjadi hubungan yang suci
dan bersih. Anjuran Rasulullah SAW agar istri jangan menolak ajakan suami
dalam hubungan seksual adalah termasuk untuk menjaga hubungan bersih dan suci
agar terhindarnya perzinaan, maka istri mestilah berusaha memberikan layanan
kepada suami bila-bila masa saja dengan layanan yang terbaik kecuali pada
masa-masa yang Allah SWt haramkan bersetubuh yaitu :
1. Ketika sedang haid.
2. Ketika Nifas.
3. Ketika berpuasa wajib di
Bulan Ramadhan.
4. Ketika Haji dan Umrah
sebelum tahallul.
Syeikh Abdul Halim Hamid menasihatkan bahwa ada satu tata tertib yang
harus diperhatikan oleh istri agar pertemuan dengan suaminya akan menjadi
pertemuan yang menyenangkan dan indah. Sebagian tata tertib itu adalah :
1. Memulakan dengan membaca
doa.
2. Menjaga tempatnya dengan
bersih dan harum juga penampilannya yang menarik.
3. Saling membisikkan
ungkapan-ungkapan mesra agar sentiasa harmoni.
4. kelembutan ketika
melakukan jimaa'.
5. Tidak menyudahi jimaa'
sehingga kedua-duanya merasa ridho dan puas.
Hendaklah diingatkan bahwa makruh untuk bersetubuh pada 3 malam dari sebulan yaitu awal, pertengahan dan akhir bulan. Abu Hurairah RA berkata bahwa syaitan menghadiri persetubuhan malam-malam tersebut.
Setia Terhadap Suami
Seterusnya kebaktian seorang istri kepada suaminya ialah
'kesetiaan'. Walau apapun keadaan suami miskin, kaya,
sakit, sehat, ketika ada atau ketika tidak ada, wanita solehah tetap menjaga
kesetiaannya terhadap suami.
Rasulullah SAW bersabda, " Sesungguhnya setia dengan janji (
termasuk akad nikah ) adalah sebagian daripada iman. "
( Hakim, Baihaqi )
Rasulullah SAW bersabda," 3 perkara tergolong
dalam kebahagiaan yaitu :
1. Istri yang apabila kamu
memandangnya, menyenangkanmu.
2. Apabila kamu
meninggalkannya (di sebabkan sesuatu urusan) kamu merasa yakin akan
kesetiaannya.
3. Perkataannya
menyenangkanmu.
Dan 3
perkara yang termasuk kesengsaraan yaitu :
1. Istri yang apabila kamu
pandang menjemukan.
2. Apabila engkau pergi, kamu
tidak merasa aman terhadapnya (khawatir dikhianati)
3. Perkataannya selalu
mengumpatmu. ( Hakim )
Mengenai perkara ini ada satu kisah, A'isyah R.Anha berkata, "
ketika penduduk Makkah di beri tawaran untuk menebus tawanan-tawanannya maka di
utuslah Zainab Binti Rasulullah SAW untuk menebus suaminya, Abul-Ash Bin Rabi'
dengan hartanya. Beliau membawa rantai perhiasan milik ibundanya, Khadijah R.Anha. Beliau pun masuk dengan membawa rantai itu
untuk menebus Abul-Ash.
Ketika
Rasulullah SAW melihatnya Baginda sangat terharu dan berkata, "Apa
pendapat kamu semua jika dia dibebaskan dan tebusannya itu dikembalikan
kepada Zainab."
Mereka
menjawab , " Boleh. "
Maka Rasulullah SAW membawanya dan berjanji untuk membiarkan Zainab
menuju ke arah suaminya. Kemudian Rasulullah SAW mengutus Zaid Ibnu Haritsah RA
dan seorang lelaki Anshar seraya berkata kepadanya, " Aku harap
kalian terus berada di Batnu Yakjuj hingga Zainab melewati kalian berdua."
Akhirnya
mereka berdua mendampinginya dan datang bersama Zainab.(Abu Daud)
Syeikh Abdul Halim Hamid berkomentar bahwa kisah ini ada 2 nilai
kesetiaan :
1. Kesetiaan istri kepada
suami. Zainab menebus suaminya yang ketika itu masih musyrik dengan harta yang
paling berharga iaitu rantai milik ibunya.
2. Kesetian suami kepada
istrinya. Tersentuh perasaan Rasulullah SAW apabila melihat rantai
milik istrinya Khadijah R.Anha. Baginda SAW membebaskan tawanannya dan
mengembalikan semula rantai itu kepada puterinya, Zainab R.Anha.
Zaid
Ibnu Aslam merumuskan bahwa yang dimaksudkan setia itu ialah, "Wanita
yang selalu mendirikan shalat, mengeluarkan zakat dan tidak pernah membawa lelaki
lain ke tempat tidur. Perkara ini sama nilainya dengan orang yang berjihad di
jalan Allah."
Muslim
Ibnu Yasir Rah.a mengatakan bahwa," Tidak ada lelaki yang merasa
gembira seperti gembiranya terhadap 3 perkara, yaitu :
1. Isteri yang baik.
2. Jiran yang baik.
3. tempat tinggal yang baik.
Al-Asmu'i berkata ," Aku telah masuk ke sebuah kampung tiba-tiba ada
seorang wanita yang sangat cantik wajahnya berada di bawah naungan lelaki yang
buruk wajahnya. Aku bertanya kepada wanita itu, " Wahai wanita, apakah
kamu ridho berada di bawah lelaki seperti dia? '' Dia menjawab, '' Wahai kamu,
diamlah! Sesungguhnya kamu telah berbuat buruk dalam perkataanmu. Semoga dia
berbuat baik dalam apa saja perantaraan dia dengan Penciptanya maka memberikan
pahalanya kepadaku atau barangkali aku berbuat buruk dengan perantaraanku
dengan Penciptaku lalu dia menjadikannya sebagai siksaanku. Apakah aku tidak ridho kepada apa yang diridho Allah untukku? Maka kata-kata wanita itu membuat
aku terdiam, "
Nabi SAW bersabda, " Aku melihat-lihat ke dalam
Neraka, sebagian besar penghuninya adalah wanita. "
Para wanita
bertanya, " Mengapa wahai Rasulullah SAW? " Rasulullah SAW bersabda,
" Mereka selalu mengutuk dan mengingkari keluarga (Yakni suami
yang menggaulinya )" (Muttafaqun Alaih)
Syeikh Abdul Halim Hamid menulis bahwa, setia menjaga diri di kala
pemergian suami adalah 'wajib syar'i' dan bukan sekadar galakan dan
bersifat semula jadi saja. Makanya kami merasa perlu untuk menjelaskan
bagaimanakah bentuk penjagaan/kesetiaan seorang istri ketika ketiadaan suami.
Di ringkaskan seperti berikut :
- Menjaga rahasia-rahasia
suami.
- Menjaga anak-anak.
- Menjaga harta suami.
- Menjaga maruah
dan kehormatan diri.
- Menjaga hubungan baik dengan sanak saudara dan keluarga terdekat.
Beliau melanjutkan,'Janganlah menyingkap rahasia dan membantah
suami. Apabila kamu menyingkap rahasianya kamu tidak akan merasa aman dari
perceraian dan apabila kamu membantah perintahnya bermakna kamu telah melukai
hatinya.'
Ali RA juga telah menasihati ," Kebaikan di dunia dan di
akhirat ada 2 yaitu, menjaga rahasia dan berkawan dengan orang yang baik-baik. Dan kejahatan juga ada 2 yaitu, mengungkap rahasia dan berkawan dengan orang
yang tidak baik."
Mengingatkan
Suami
Rasulullah
SAW bersabda, " Rahmat Allah ke atas wanita yang bangun malam dan
shalat kemudian membangunkankan suaminya supaya turut shalat. Apabila suaminya
enggan lalu dipercikkan air ke wajah suaminya." (Ahmad ,Abu Daud )
Firman Allah SWT, "Dan orang-orang yang beriman lelaki dan
wanita, sebagian mereka menjadi penolong kepada sebagian yang lain. Mereka
yang menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari perkara mungkar, mendirikan
shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah beserta rasul-Nya. Mereka
itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
bijaksana. " ( At-Taubah ; 71 )
Urusan ingat-mengingati ini adalah tugas seluruh muslimin dan muslimat.
Begitu juga suami istri perlu ada sikap saling ingat-mengingatkan antara satu
sama lain. Syeikh Abdul Halim menulis bahawa salah satu kerjasama yang amat
penting yang dianjurkan dalam islam terhadap pasangan suami istri adalah
kerjasama dalam jihad fisabilillah, dakwah dan tabligh.
Seseorang istri juga perlu ikut memberikan usul agama kepada suaminya sebagaimana Hafsah R.anha yang memberi usul kepada ayahnya yakni Amirul Mukminin Umar RA mengenai tempo batas kesabaran seseorang wanita yang ditinggalkan suami yang berjihad di jalan Allah. Kita sudah maklumi cerita ini. Adalah satu bentuk kerjasama yang indah apabila seorang istri dapat mengingatkan kembali bahwa pertolongan dan dukungan Allah senantiasa bersamanya.
Seseorang istri juga perlu ikut memberikan usul agama kepada suaminya sebagaimana Hafsah R.anha yang memberi usul kepada ayahnya yakni Amirul Mukminin Umar RA mengenai tempo batas kesabaran seseorang wanita yang ditinggalkan suami yang berjihad di jalan Allah. Kita sudah maklumi cerita ini. Adalah satu bentuk kerjasama yang indah apabila seorang istri dapat mengingatkan kembali bahwa pertolongan dan dukungan Allah senantiasa bersamanya.
Sebagaimana dalam kisah perjanjian Hudaiybiyyah, Ummu Salamah R.anha ikut
memberi pendapatnya kepada suaminya, Rasulullah SAW demi kemashlahatan kaum
muslimin. Sebaliknya janganlah bersikap seperti istri Abu Lahab ( laknatullah
alaihimaa ) yang ikut memberi usul-usul kepada suaminya dalam memusuhi Islam.
Sekiranya usul istrinya baik dan diamalkan oleh suami maka pahala
kebaikan tersebut turut mengalir kepada istrinya. Sebaliknya jika usul
tersebut buruk untuk agama dan diamalkan oleh suami maka dosanya sama-sama
ditanggung.
Sebagaimana para sahabiyyah R.anhun yang selalu mendorong suami mereka
keluar ke medan jihad, menyahut seruan jihad. Sang istri melepaskan suami
mereka sambil memohon doa kepada Allah SWT agar suami mereka dikurniakan
anugerah salah satu dari dua kebaikan yakni 'menang atau syahid'. Meskipun ketika itu adalah malam pengantin, malam pertama milik mereka
berdua yang paling indah seperti kisah Hanzalah bin Abu Amir RA sang
syuhada yang dimandikan oleh para Malaikat karena beliau berangkat ke medan
jihad dalam keadaan berjunub.
Mereka yakni para sahabiyyah juga selalu membangkitkan semangat suami dan
menyirnakan kekhawatiran diri dan anak-anaknya dengan mengucapkan satu ayat yang
berbunyi, "Allah adalah pelindung orang-orang beriman, Allah
adalah Pelindungku dan anak-anak kita dan kita tidak memiliki kekuasaan atas
urusan kita. Allah telah menjaga kami saat pemergianmu lebih ketat dari saat
kau ada di sisiku. Maka bertawakkallah kepada Allah, janganlah sibukkan benakmu
dalam memikirkan rezeky. Aku melihatmu sebagai tukang makan dan bukan sebagai
pemberi rezeky. Jadi apabila si tukang makan tiada, Sang Pemberi rezeky akan
tetap hidup."
Dan apabila suaminya keluar dari rumahnya maka istri atau anak perempuannya akan berkata kepadanya, "Hati-hatilah terhadap usaha yang haram sesungguhnya kami sabar dengan kelaparan dan kesulitan dan kami tak mampu bersabar dengan neraka."
Dan apabila suaminya keluar dari rumahnya maka istri atau anak perempuannya akan berkata kepadanya, "Hati-hatilah terhadap usaha yang haram sesungguhnya kami sabar dengan kelaparan dan kesulitan dan kami tak mampu bersabar dengan neraka."
Suami istri adalah da'e Allah SWT, kedua-duanya bertanggungjawab atas
kehidupan beragama dalam sesebuah rumahtangga khususnya dan secara umumnya untuk
seluruh alam ini. Sebagai wanita solehah selalulah mengingatkan suami apabila
dia lalai dalam urusan agama istri dan keluarganya karena dalam urusan nafkah
agama adalah menjadi tanggungjawab seorang suami. Jika seseorang istri
membiarkan kerusakan berkeliaran dalam rumahtangganya maka seperti ia membiarkan
satu penyakit menular dan berbahaya bertebaran dalam rumahtangganya sendiri.
Suatu ketika Rasulullah SAW bertanya kepada Ali RA, "Bagaimana
dengan pasanganmu?" Ali RA menjawab, "Aku dapati Fathimah R.anha
pendorong yang terbaik dalam urusan mengabdikan diri pada Allah. Lalu
Rasulullah bertanya kepada Fathimah R.anha mengenai Ali RA, beliau menjawab,
"Dia adalah suami yang terbaik."
Dalam kitab Sifatus-Sofwah dituliskan bahwa Abu Ja'far As-Sa'ih berkata,
"Ada berita yang sampai kepada kami bahwa ada seorang istri yang sangat
rajin mengerjakan shalat-shalat sunnat berkata kepada suaminya, "Celakalah
engkau! Bangunlah sampai bila kamu mau tidur saja, sampai bila mau dalam
keadaan lalai selalu? Aku akan bersumpah demi kamu, janganlah cari pendapatan
kecuali dengan cara yang halal. Dan aku akan bersumpah demi kamu, janganlah
masuk neraka hanya karena diriku. Berbuat baiklah terhadap ibumu,
sambunglah silaturrahiim janganlah memutuskan tali persaudaraan dengan mereka
sehingga Allah akan memutuskan dengan dirimu."
Berselisih
Dengan Suami
Dalam kehidupan sebagai suami istri adakalanya diuji dengan tidak
keserasian antara satu sama lain dalam sesuatu perkara. Sebagai wanita solehah
senantiasalah menjaga adab-adab dan kesopanan dalam berbicara dan juga setiap
tingkah laku. Kehormatan suami sebagai pemimpin dalam keluarga harus dijunjung
tinggi.
Rasulullah SAW bersabda, " Istri yang ridho menerima sifat pemarah
suaminya akan diberi ganjaran oleh Allah SWT seperti ganjaran yang diberi
kepada Asiah binti Muzhahim, istri Firaun. " ( Birharul Anwar ,247 )
Rasulullah SAW bersabda, " Apabila dua orang muslim tidak
berbicara selama dua hari maka kedua-duanya telah keluar dari agama Islam dan
tidak akan ada persahabatan yang tinggal untuk mereka berdua, kemudian salah
seorang daripada mereka bermaksud untuk berbaik semula maka dia akan masuk
surga lebih cepat daripada yang lainnya di hari Pengadilan kelak. "
( Biharul Anwar ; 103 )
Sebagai wanita solehah pahamilah dengan benar aturan Allah dalam perkara
perselisihan di antara suami istri. Sekiranya perselisihan ini berlaku atas
sebab nusyuznya istri, Allah memerintahkan beberapa garis panduan yang harus
ditempuh oleh seseorang suami dalam memperbaikinya yaitu dengan :
1. Memberi nasihat.
2. Berpisah tempat tidur.
3. Pukulan yang tidak
menyakitkan.
Peraturan ini telah diungkapkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya yang bermaksud,
"Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya maka nasihatilah
mereka dan pisahkan mereka dari tempat tidur dan pukullah mereka." (
An-Nisaa' ; 34 )
Tentunya sebagai wanita solehah, apabila berlaku perselisihan dan kesalahan itu
dipihak kita maka cukup dengan nasihat. Segeralah memperbaiki diri, bertaubat
dan beristighfar kepada Allah SWT. Jangan sesekali melontarkan kata-kata
yang kotor dan menyakitkan hati suami dari mulut kita.
Diriwayatkan bahwa Laqit bin Saribah RA bertanya kepada Nabi SAW , "Ya Rasulullah SAW aku mempunyai istri yang kata-katanya selalu mengeluarkan kata-kata yang tidak baik. "Sabda Rasulullah SAW, "Ceraikanlah dia." Kataku lagi, " Aku punya ramai anak dengannya dan aku telah hidup bersamanya lama sekali. "Rasulullah SW bersabda lagi, "Nasihatilah dia, jika dia mendengar nasihat maka terimalah dia dan jangan kamu pukul istrimu sebagaimana ketika kamu memukul budak-budakmu."( Abu Daud ).
Diriwayatkan bahwa Laqit bin Saribah RA bertanya kepada Nabi SAW , "Ya Rasulullah SAW aku mempunyai istri yang kata-katanya selalu mengeluarkan kata-kata yang tidak baik. "Sabda Rasulullah SAW, "Ceraikanlah dia." Kataku lagi, " Aku punya ramai anak dengannya dan aku telah hidup bersamanya lama sekali. "Rasulullah SW bersabda lagi, "Nasihatilah dia, jika dia mendengar nasihat maka terimalah dia dan jangan kamu pukul istrimu sebagaimana ketika kamu memukul budak-budakmu."( Abu Daud ).
Alhamdulillah...