Tersentak hati ini saat membaca sebuah hadits yang
menandaskan bila seorang muslimah mampu istiqomah mengamalkan empat hal, Allah
akan membebaskannya untuk masuk surga dari pintu mana saja yang ia sukai.
"Apabila
seorang wanita (istri) itu telah melakukan shalat lima waktu , puasa bulan
Ramadhan, menjaga harga dirinya dan mentaati perintah suaminya, maka ia
diundang di akhirat supaya masuk surga berdasarkan pintunya mana yang ia suka
(sesuai pilihannya)." (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Thabrani)
Subhanallah...
Empat hal ini bila menjadi kebiasaan seorang muslimah ternyata akan membangun karakter yang begitu indah, akhlak mulia akan menjadi hiasan dirinya, tertatanya kehidupan dan manajemen waktu yang rapi mendampingi seluruh aktivitasnya serta kesehatan yang selalu prima menjadikan dirinya selalu energik dan semua itu terbungkus rapi berselimut ketaatan kepada Rabb-nya. Tak terbayangkan bagaimana wujud dhohir bila muslimah benar-menar menjaga empat amalan tersebut dalam kehidupannya.
Pertama, Sholat Lima Waktu
Shalat menjadi syarat pertama sebagai gerbang demi
mendapatkan kemudahan yang mulia ini. Kita telah memahami shalat merupakan
tiang agama. Namun umat ini jarang mengkaji sebenarnya apa sih efek positif
yang menjadi target utama atas ibadah yang menduduki peringkat pertama dalam
hisab akhirat ini?
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ
...Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar... (QS
Al Ankabut:45)
Ternyata shalat sebenarnya erat hubungannya dengan emosi dan akhlak. Siapa yang tidak melirik bila ada seorang muslimah yang begitu stabil emosinya dan tertata akhlaknya. Apapun yang keluar dari lisannya merupakan untaian kalimat yang indah dan penuh makna dan ilmu. Apapun yang menjadi gerak langkahnya menimbulkan kebaikan dan tergambar jelas akan tujuan kebaikan. Itulah menjadi dampak positif akan shalat yang dilaksanakan dengan sepenuh hati. Itupun menjadi karakter yang selalu tercermin disaat sendirian maupun ada orang. Saat di dalam rumah maupun di luar rumah.
Ternyata shalat sebenarnya erat hubungannya dengan emosi dan akhlak. Siapa yang tidak melirik bila ada seorang muslimah yang begitu stabil emosinya dan tertata akhlaknya. Apapun yang keluar dari lisannya merupakan untaian kalimat yang indah dan penuh makna dan ilmu. Apapun yang menjadi gerak langkahnya menimbulkan kebaikan dan tergambar jelas akan tujuan kebaikan. Itulah menjadi dampak positif akan shalat yang dilaksanakan dengan sepenuh hati. Itupun menjadi karakter yang selalu tercermin disaat sendirian maupun ada orang. Saat di dalam rumah maupun di luar rumah.
Astagfirullah...
Begitu banyak muslimah yang setiap pagi kurang
stabil emosinya. Setiap pagi seolah-olah bak Tarzan teriak ini itu karena
kurang mampunya menguasai diri. Berapa banyak dari muslimah yang berubah
drastis akhlaqnya saat di dalam dan di luar rumah? Dan berapa banyak dari
muslimah yang kurang tertata saat merangkai untaian kalimat?
Seharusnya kita memaknai shalat lima waktu ini
bukan sebatas melaksanakan rutinitas ubudiyah semata, namun seharusnya kita jadikan
shalat sebagai penuntun bagi kita untuk menjaga agenda harian kita supaya tetap
tertata dan kita jadikan shalat sebagai waktu refresing dan rikhlah untuk hati
kita supaya hati ini tetap menjadi peka dan terasah bashirohnya.
Kedua, Puasa di bulan Ramadhan
Tidak ada yang meragukan akan kemuliaan bulan
Ramadhan, pun demikian tidak ada pula yang meragukan akan kemuliaan bagi siapa
yang mampu berpuasa dengan penuh di bulan Ramadhan. Tidakkah kita berfikir apa
sih hikmah dari puasa Ramadhan?
Banyak yang menyebut bulan Ramadhan adalah bulan
tarbiyah. Bulan dimana semua kebaikan dilipat gandakan, bulan dimana membaca Al
Qur'an tanpa ada batasnya dan bulan dimana syaitan dibelenggu.
Namun pada kenyataannya sesungguhnya di bulan
Ramadhan memang bulan ujian yang penuh godaan bagi kaum hawa. Seandainya
sahabat muslimah tidak memiliki tujuan dan target yang kuat dalam menggapai
kemuliaan di bulan Ramadhan, terbayangkan kan... Bagaimana tidak bermaknanya
bulan yang penuh barokah itu. Hanya muslimah pilihan dan yang kuat azamnya saja
yang mampu memanfaatkan dan mengoptimalkan ibadah di bulan yang penuh
barokah.
Sesungguhnya puasa Ramadhan bagi sahabat muslimah
bagaikan maket sebagai alat ukur untuk mengetahui keteguhan hati atas godaan
hidup dan sebagai ukuran bagaimana kemampuan bagi sahabat muslimah untuk
memilih sesuatu yang terpenting bagi dirinya demi kedekatannya kepada Ilahi
Rabbi.
Ketiga, Menjaga Dirinya
Wanita memang makhluk yang teramat sangat yunix
(unik). Saking yunixnya wanita, disaat kurang pandai menjaga diri berpuluh,
beratus bahkan beribu masalah telah menghadang dihadapan mata. Wanita memang
makhluk penghias dunia. Kita lihat saja. Dari wujud dhohir dan segala sesuatu
yang memenuhi hajad wanita memenuhi dunia ini. Dari wujud dhohir dan segala
pernik tentang wanita bila kita nilai dengan ukuran syari'at bisa kebayang,
banyakkah yang akan menuju surga?
Apapun tentang wanita akan selalu menarik untuk
dibahas. Dari pakaian, rambut, sepatu bahkan kancing baju saja menjadi menarik
untuk dibahas bila di sangkutkan dengan wanita. Inilah yang menjadikan sahabat
muslimah mendapatkan kedudukan sangat mulia dihadapan Allah bila apapun yang
ada pada dirinya menjadi menarik untuk diperhatikan secara syar'i.
Sesungguhnya muslimah yang pandai menjaga diri
bukanlah muslimah yang polos dan apa adanya. Namun sesungguhnya muslimah yang
pandai menjaga diri adalah muslimah yang selalu asik untuk memperhatikan segala
pernik yang berhubungan dengan dirinya menggunakan kaca mata syari'at.
Segala pola tingkah akan selalu diperhatikan. Dari
tutur sapa, cara berjalan, bagaimana menggerakkan bahunya, bahkan kapan dirinya
akan melirik kan matapun tidak luput dari perhatian. Apalagi masalah pakaian,
bau badan dan kecantikan, tidak perlu dipertanyakan lagi.
Bukan hanya itu bagaimana seorang muslimah berhubungan dengan orang lainpun akan sangat selektif sekali. Dirinya tidak akan berbicara dengan sembarang orang, tidak akan keluar rumah tanpa ada pendampingnya.
Bukan hanya itu bagaimana seorang muslimah berhubungan dengan orang lainpun akan sangat selektif sekali. Dirinya tidak akan berbicara dengan sembarang orang, tidak akan keluar rumah tanpa ada pendampingnya.
Subhanallah...
Begitu mulianya akhlak seorang muslimah yang pandai menjaga diri. Kebayang kan? Bagaimana wujud dhohir muslimah yang pandai menjaga diri. Sang suami ataupun walinya tidak akan ada rasa was-was maupun khawatir disaat meninggalkannya. Karena kepandaian dirinya akan menjaga kehormatan diri dan kemuliaan imannya tidak diragukan lagi.
Begitu mulianya akhlak seorang muslimah yang pandai menjaga diri. Kebayang kan? Bagaimana wujud dhohir muslimah yang pandai menjaga diri. Sang suami ataupun walinya tidak akan ada rasa was-was maupun khawatir disaat meninggalkannya. Karena kepandaian dirinya akan menjaga kehormatan diri dan kemuliaan imannya tidak diragukan lagi.
Keempat, Mentaati Perintah Suaminya
Kita harus sadar sesadar sadarnya bahwa Allah
telah menciptakan kita dari tulang rusuk yang bengkok. Kita pun harus sadar
sesadar sadarnya bahwa kita membutuhkan Imam untuk membimbing kita. Kita juga
harus sadar sesadar sadarnya bahwa wanita membutuhkan waktu lebih lama untuk
merasukkan ke hati saat mendapatkan nasehat.
Sering kita bahas bagaimana dosanya seorang anak
yang mengatakan “ah” kepada orang tuanya. Namun tidakkah kita pernah berfikir
sesungguhnya ketaatan seorang wanita disaat sudah menikah adalah kepada
suaminya. Tidakkah kita berfikir bagaimanakah hukumnya disaat ada istri
mengatakan “ah” kepada suaminya?
Sering kita mengajak suami untuk memahami
bagaimana perasaan orang tuanya, namun seringkah kita menjaga perasaan suami
kita saat bertutur sapa maupun saat berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Bahkan ada sebagian pasangan suami istri yang menganggap bahwa suami istri itu
haruslah mampu menghilangkan rasa malu dan sungkan diantara mereka.
Cinta dan saling terbuka bukan berarti menyibak
aib, bukan pula menampakkan kekurangan dan bukan pula menganggap wajar keburukan
akhlak. Namun harusnya hadirnya cinta dan saling keterbukaan adalah sebagai
gerbang untuk saling mengasihi dan saling memahami. Sebagai gerbang untuk
saling menjaga dan melengkapi.
Maka seharusnya seorang istri haruslah mampu
menjadi kaca spion bagi suaminya. Dia ikut ke manapun suaminya melangkah, dia
setia menemani suaminya dengan selalu waspada dengan sudut pandang yang
berbeda. Namun arah pandangan dan pola cerna tetap akan mengikuti sang Imam
yang akan membawanya mengarungi bahtera rumah tangga.
Sehingga tidaklah mungkin muncul suatu kejadian
maupun suatu akhlak yang tercela keluar dari seorang istri sholihah. Saking
indahnya akhlak sahabat muslimah tergambar jelas sebagaimana yang disabdakan
nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam.
“Maukah
kalian aku beritahu tentang istri-istri kalian di dalam surga?” Mereka
menjawab: “Tentu saja wahai Rasulullaah!” Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam
menjawab: “Wanita yang penyayang lagi subur. Apabila ia marah, atau
diperlakukan buruk atau suaminya marah kepadanya, ia berkata: “Ini tanganku di
atas tanganmu, mataku tidak akan bisa terpejam hingga engkau ridha.”
(HR.
Ath Thabarani dalam Al Ausath dan Ash Shaghir. Lihat Ash Shahihah hadits no.
3380)
Subhanallah...
Sahabat muslimah sangat memahami dan pandai betul memposisikan dirinya dalam rumah tangga. Dirinya bukanlah sebagai Imam, namun sebagai pendamping Imam yang akan selalu memberikan bisikan kepada imamnya dan banyak memberikan pertanyaan yang kritis bagaikan Aisyah saat mendengarkan penjelasan tentang telanjangnya orang saat dibangkitkan di mahsyar. Dirinya adalah sebagai pendamping Imam yang akan selalu menjadi penyejuk hati dan siap sedia memberikan kehangatan bak Khodijah memberikan pelukan hangat kepada baginda Rosul saat datangnya wahyu pertama.
Subhanallah...
Sahabat muslimah sangat memahami dan pandai betul memposisikan dirinya dalam rumah tangga. Dirinya bukanlah sebagai Imam, namun sebagai pendamping Imam yang akan selalu memberikan bisikan kepada imamnya dan banyak memberikan pertanyaan yang kritis bagaikan Aisyah saat mendengarkan penjelasan tentang telanjangnya orang saat dibangkitkan di mahsyar. Dirinya adalah sebagai pendamping Imam yang akan selalu menjadi penyejuk hati dan siap sedia memberikan kehangatan bak Khodijah memberikan pelukan hangat kepada baginda Rosul saat datangnya wahyu pertama.
Tergambarkan bagaimana sosok muslimah yang menjaga
empat hal di atas. Dia akan memiliki karakter dan emosi yang terjaga, dia akan
tahan akan ujian kehidupan. Tidak ada satu kebutuhan pun atas dirinya yang
terlewatkan dari perhatiannya. Dan dia pandai memposisikan diri dalam rumah
tangga. Mungkin inilah bidadari dunia yang selalu menjaga diri dan keluarganya
dari siksa api neraka.
Semoga kita semua senantiasa mendapatkan kemampuan
dari Allah untuk menjalankan keempat hal di atas. Dan semoga seluruh sahabat
muslimah mendapatkan kemampuan dari Allah untuk istiqomah memegang syari'at
yang memuliakan kita ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa tinggalkan pesan, kritik dan sarannya.. Makasih ^_^