Jumat, 19 Oktober 2012

ஐTAK MAMPU HIDUP TANPA IBUஐ

Panggil saja Rahmat, aku lelaki yang begitu kurang ajar jika itu yang menilai orang lain, aku mempunyai kedua orang tua, yang menurutku mereka akan melakukan apa saja yang aku minta, pernah saat aku meminta uang untuk bermabuk - mabukan, jelas-jelas aku tahu bapaku lagi gak enak badan dan tidak berangkat untuk bekerja, karena aku merasa kecewa aku pun marah-marah dan membanting semua piring yang kebetulan aku lihat.

Entah apa yang aku pikirkan waktu itu, aku merasa di manja karena aku anak laki-laki yang paling kecil, kedua kakak ku wanita semua telah berumah tangga. Tinggal aku seorang yang menemani mereka.
Ibuku buruh cuci pakaian dan jualan nasi pecel di depan rumah, sedangkan bapakku buruh becak dan kuli panggul di pasar tempat tinggalku.
Semua makanan apa yang aku mau semua pasti di turuti karena aku sering mengancam kalau tidak di turuti semua itu aku akan mencuri, itu yang membuat orang tuaku merasa khawatir sehingga menuruti apapun yang aku mau, rokok pun pasti setiap pagi ada di meja kamarku.
Teringat di kala kedua wajah orang tuaku ketakutan jika melihat aku pulang dalam keadaan mabuk dan marah-marah tanpa sebab.

Hingga suatu hari di malam minggu, aku seperti biasa bermabuk-mabukan dengan teman-temanku dan terlibat pertawuran yang mengakibatkan salah satu musuh kami meninggal.
Aku dan teman-temanku pun berpencar karena kami jadi buronan polisi.
Waktu di hari pelarianku di Jawa Tengah di sebuah Masjid, ku coba untuk menelpon ibuku, entah rasa kangen itu tiba-tiba muncul..
Bagaikan sebuah palu jatuh di kepalaku saat mendengar kalau bapaku di penjara karena sebagai jaminan agar aku segera menyerahkan diri dan kini ibuku sakit karena terlalu memikirkan masalah ini.
Tanpa pikir panjang aku pun bergegas pulang dan menyerahkan diri, saat pelarianku selama 1 bulan, malam itu hari pertama aku melihat ibuku.. Tak pernah aku melihat air mata ibu begitu deras membasahi pipinya, aku pun tak kuasa ikut menangis bersamanya, masih ku ingat kata-kata ibuku, andaikan hukum bisa di gantikan, lebih baik ibu yang di dalam penjara bukan kamu juga bukan ayahmu, aku tak sanggup jauh dari kalian..
Seketika aku menangis dan memeluk beliau aku meminta maaf dan berjanji memperbaiki diri dan sifatku kelak jika aku sudah bebas dari tahanan.. Di dalam tahanan setiap hari ibuku menjengukku, sering ku larang beliau datang tiap hari karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tapi ibuku tetap datang tiap hari walaupun setiap hari harus mengeluarkan 15 ribu untuk mengunjungiku. Tiap hari ku ucap maaf dan berjanji akan berubah dan berbakti pada beliau, ku lihat wajah ibuku tersenyum..

Hingga di tahun 3 masa tahananku, kutunggu ibuku setiap pagi untuk mengantarkan makanan dan rokok untukku, tapi entah kenapa hari itu hingga waktu kunjungan habis ibuku tak kunjung datang, aku berpikir mungkin ibuku tidak punya uang untuk menengokku..

Keesokan harinya, sepupuku datang dengan raut wajah yang sedih, dengan linangan air mata sepupuku mengabarkan kalau ibuku kena musibah tabrak lari saat mau mengunjungi aku. Dan seketika meninggal di tempat, terasa dada dan jantungku berhenti sejenak aku tidak mempercayai itu semua, aku masih kurang yakin sehingga sepupuku menyuruh telepon ke bapakku untuk mengetahui kebenarannya. Bergegas aku menelpon bapakku.. Tapi seketika aku lunglai dan hp yang ku pegang terjatuh saat mendengar bapakku sudah menganggap aku mati, dia tidak mengakui aku anaknya lagi, karena bapakku beranggapan aku lah penyebab kematian ibuku..
Aku menangis dan meminta maaf, tapi tidak dihiraukan, dengan suara terbata-bata bapakku bilang, "Cukup penderitaan kami karena ulahmu, ibumu meninggal, begitu juga kamu aku anggap meninggal, tidak pernah tahu apa yang dilakukan ibumu di rumah, siang, malam dia bekerja hanya untuk mendapatkan uang agar bisa menjenguk dan membelikanmu makanan, tapi kini ibumu benar-benar letih sehingga meninggalkan aku seorang diri, kamu sudah dewasa kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau, tapi aku tidak sesabar ibumu, kini aku anggap aku tidak mempunyai anak seperti kamu lagi." Dan seketika hp dimatikan..

Air mata ini tiap hari jatuh membasahi pipi, ku berusaha bertobat dan memperbaiki diri di dalam tahanan ini, tidak ada seorangpun yang menengoku, aku benar-benar merasakan kesepian yang sangat dalam kini.
Ibu, hanya doa yang mampu aku beri untukmu, maafkan anakmu, aku berjanji jika kelak habis masa tahananku, aku akan berusaha menjadi orang baik dan berusaha merawat bapak, agar bapak mau memaafkan aku..
Terima kasih ibu.. Tiada yang kebahagiaan tak terbatas tiada yang istimewa selain saat - saat kau di sampingku IBU, penyesalanku KENAPA SEBELUM AKU MEMBALAS JASAMU, KAU SUDAH PERGI MENGHADAP SANG KHALIK, AKU MENYESAL.. IBUUUU...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa tinggalkan pesan, kritik dan sarannya.. Makasih ^_^

Jumat, 19 Oktober 2012

ஐTAK MAMPU HIDUP TANPA IBUஐ

Panggil saja Rahmat, aku lelaki yang begitu kurang ajar jika itu yang menilai orang lain, aku mempunyai kedua orang tua, yang menurutku mereka akan melakukan apa saja yang aku minta, pernah saat aku meminta uang untuk bermabuk - mabukan, jelas-jelas aku tahu bapaku lagi gak enak badan dan tidak berangkat untuk bekerja, karena aku merasa kecewa aku pun marah-marah dan membanting semua piring yang kebetulan aku lihat.

Entah apa yang aku pikirkan waktu itu, aku merasa di manja karena aku anak laki-laki yang paling kecil, kedua kakak ku wanita semua telah berumah tangga. Tinggal aku seorang yang menemani mereka.
Ibuku buruh cuci pakaian dan jualan nasi pecel di depan rumah, sedangkan bapakku buruh becak dan kuli panggul di pasar tempat tinggalku.
Semua makanan apa yang aku mau semua pasti di turuti karena aku sering mengancam kalau tidak di turuti semua itu aku akan mencuri, itu yang membuat orang tuaku merasa khawatir sehingga menuruti apapun yang aku mau, rokok pun pasti setiap pagi ada di meja kamarku.
Teringat di kala kedua wajah orang tuaku ketakutan jika melihat aku pulang dalam keadaan mabuk dan marah-marah tanpa sebab.

Hingga suatu hari di malam minggu, aku seperti biasa bermabuk-mabukan dengan teman-temanku dan terlibat pertawuran yang mengakibatkan salah satu musuh kami meninggal.
Aku dan teman-temanku pun berpencar karena kami jadi buronan polisi.
Waktu di hari pelarianku di Jawa Tengah di sebuah Masjid, ku coba untuk menelpon ibuku, entah rasa kangen itu tiba-tiba muncul..
Bagaikan sebuah palu jatuh di kepalaku saat mendengar kalau bapaku di penjara karena sebagai jaminan agar aku segera menyerahkan diri dan kini ibuku sakit karena terlalu memikirkan masalah ini.
Tanpa pikir panjang aku pun bergegas pulang dan menyerahkan diri, saat pelarianku selama 1 bulan, malam itu hari pertama aku melihat ibuku.. Tak pernah aku melihat air mata ibu begitu deras membasahi pipinya, aku pun tak kuasa ikut menangis bersamanya, masih ku ingat kata-kata ibuku, andaikan hukum bisa di gantikan, lebih baik ibu yang di dalam penjara bukan kamu juga bukan ayahmu, aku tak sanggup jauh dari kalian..
Seketika aku menangis dan memeluk beliau aku meminta maaf dan berjanji memperbaiki diri dan sifatku kelak jika aku sudah bebas dari tahanan.. Di dalam tahanan setiap hari ibuku menjengukku, sering ku larang beliau datang tiap hari karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tapi ibuku tetap datang tiap hari walaupun setiap hari harus mengeluarkan 15 ribu untuk mengunjungiku. Tiap hari ku ucap maaf dan berjanji akan berubah dan berbakti pada beliau, ku lihat wajah ibuku tersenyum..

Hingga di tahun 3 masa tahananku, kutunggu ibuku setiap pagi untuk mengantarkan makanan dan rokok untukku, tapi entah kenapa hari itu hingga waktu kunjungan habis ibuku tak kunjung datang, aku berpikir mungkin ibuku tidak punya uang untuk menengokku..

Keesokan harinya, sepupuku datang dengan raut wajah yang sedih, dengan linangan air mata sepupuku mengabarkan kalau ibuku kena musibah tabrak lari saat mau mengunjungi aku. Dan seketika meninggal di tempat, terasa dada dan jantungku berhenti sejenak aku tidak mempercayai itu semua, aku masih kurang yakin sehingga sepupuku menyuruh telepon ke bapakku untuk mengetahui kebenarannya. Bergegas aku menelpon bapakku.. Tapi seketika aku lunglai dan hp yang ku pegang terjatuh saat mendengar bapakku sudah menganggap aku mati, dia tidak mengakui aku anaknya lagi, karena bapakku beranggapan aku lah penyebab kematian ibuku..
Aku menangis dan meminta maaf, tapi tidak dihiraukan, dengan suara terbata-bata bapakku bilang, "Cukup penderitaan kami karena ulahmu, ibumu meninggal, begitu juga kamu aku anggap meninggal, tidak pernah tahu apa yang dilakukan ibumu di rumah, siang, malam dia bekerja hanya untuk mendapatkan uang agar bisa menjenguk dan membelikanmu makanan, tapi kini ibumu benar-benar letih sehingga meninggalkan aku seorang diri, kamu sudah dewasa kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau, tapi aku tidak sesabar ibumu, kini aku anggap aku tidak mempunyai anak seperti kamu lagi." Dan seketika hp dimatikan..

Air mata ini tiap hari jatuh membasahi pipi, ku berusaha bertobat dan memperbaiki diri di dalam tahanan ini, tidak ada seorangpun yang menengoku, aku benar-benar merasakan kesepian yang sangat dalam kini.
Ibu, hanya doa yang mampu aku beri untukmu, maafkan anakmu, aku berjanji jika kelak habis masa tahananku, aku akan berusaha menjadi orang baik dan berusaha merawat bapak, agar bapak mau memaafkan aku..
Terima kasih ibu.. Tiada yang kebahagiaan tak terbatas tiada yang istimewa selain saat - saat kau di sampingku IBU, penyesalanku KENAPA SEBELUM AKU MEMBALAS JASAMU, KAU SUDAH PERGI MENGHADAP SANG KHALIK, AKU MENYESAL.. IBUUUU...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa tinggalkan pesan, kritik dan sarannya.. Makasih ^_^