Rosululloh Sholallohu
Alaihi Wasallam telah bersabda: "Sesungguhnya Allah cemburu, orang beriman
cemburu, dan cemburuNya Allah jika seorang Mu'min melakukan apa yang Allah
haramkan atasnya" (HR. Imam Ahmad, al-Bukhari dan Muslim).
Cemburu merupakan suatu
rasa atau ekspresi yang akan selalu hadir mengiringi rasa cinta yang ada.
Karena cinta hukumnya wajib bagi seorang muslim, maka secara otomatis rasa
cemburu pun hukumnya mengikuti rasa cinta tersebut.
Adakah rasa cemburu
pada istri Rosululloh?
Perlu kita fahami
bersama bahwa para istri Rosululloh juga manusia biasa, namun karena mereka
semua selalu berada di samping Rosululloh maka mereka semua amat sangat terjaga
dari segala aib dan kesalahan. Sifat manusiawi para istri Rosululloh dalam
memendam rasa cemburu diantara mereka tercermin dari beberapa hadits di bawah
ini.
Aisyah berkata:
“Seakan-akan di dunia ini tidak ada wanita kecuali Khadijah?”. Nabi menjawab,
“Dia beriman kepadaku ketika semua manusia mengkufuriku, dia membenarkan aku
ketika semua manusia mendustakanku, dia mendukungku dengan hartanya ketika
manusia menahannya dariku, dan Allah memberi rezeki kepadaku berupa anak
darinya ketika aku tidak mendapatkan anak dari istri-istriku yang lain” (HR
Ahmad).
Ketika Nabi berada di
rumah seorang istrinya, istri beliau yang lain mengirimkan sepiring makanan
untuknya. Istrinya tersebut segera memukul tangan pelayan yang membawa piring
makanan hingga terjatuh. Nabi pun mengumpulkan pecahan piring dan makanan yang
berserakan seraya berkata, “Ibu kalian sedang cemburu”. Beliau lalu mengganti
dengan piring yang masih utuh milik istri yang memecahkannya, sementara piring
yang pecah disimpan. (HR Al Bukhari).
Dari dua hadits di atas
sangatlah jelas bagaimana para istri Rosululloh mengekspresikan rasa cemburu
diantara mereka. Rasa cemburu tetap ada di dada, rasa cemburu terbaca dalam
perilaku, namun rasa cemburu tidak menjadi hiasan bibir ataupun terwujud dalam
fisik. Kita tidak akan menemukan riwayat para istri Rosululloh saling mencemooh
karena saling cemburu. Kita tidak akan menemukan riwayat para istri Rosululloh
saling adu jotos karena berebutan pelukan Rosululloh.
Subhanalloh...
Islam memposisikan cemburu termasuk salah satu fitrah manusiawi. Namun Islam mengkondisikan rasa cemburu yang muncul supaya tetap bacakan dengan ilmu yang jelas dan dilandasi akhlaqul karimah.
Bagaimana Rosululloh
menanggapi rasa cemburu para istrinya?
Nabi sebagai seorang
suami memaklumi rasa cemburu para istrinya serta tidak menghukumnya selama
dalam batas kewajaran. “Ibu kalian sedang cemburu”. Kalimat yang pendek namun
jelas sebagai ekspresi serta respon Rosululloh disaat istrinya cemburu. Dengan
kalimat yang sederhana itu cukuplah sebagai bukti bahwa Rosululloh memahami apa
yang melatarbelakangi atas ekspresi yang dilakukan istrinya. Dengan kalimat
yang sederhana itu pun memperjelas sebagai instruksi kepada istri yang lain
supaya tidak memperpanjang masalah tersebut.
Namun apabila rasa
cemburu tersebut sudah sudah melampaui batas atau menimbulkan dosa, mungkin
karena mengarah pada saling menjelekkan ataupun menjadi saling menggunjing atau
menggibah, maka Rosululloh pun mengambil posisi tegas namun lembut tanpa
menjelekkan istrinya ataupun tanpa condong pada salah satunya.
Aisyah berkata, “Wahai
Rasulullah, cukup bagimu Shafiyyah, dia itu begini dan begitu (pendek)”.
Rasulullah berkata: “Sungguh engkau telah mengucapkan satu kata, yang
seandainya dicampur dengan air laut, niscaya akan dapat mencemarinya” (HR Abu
Dawud).
Ketika mendapatkan
Shafiyyah menangis Nabi bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?."
Shafiyyah menjawab, “Hafshah mencelaku dengan mengatakan aku putri Yahudi”.
Nabi berkata menghiburnya, “Sesungguhnya engkau adalah putri seorang nabi,
pamanmu adalah seorang nabi, dan engkau adalah istri seorang nabi. Lalu
bagaimana dia membanggakan dirinya terhadapmu?”. Kemudian beliau menasihati,
“Bertakwalah kepada Allah, wahai Hafshah” (HR An Nasa’i).
Subhanalloh...
Disinilah peran
terpenting bagi suami dikala para istri saling cemburu. Mampu memposisikan diri
pada posisi yang tepat. Mampu merekam serta memberikan respon terbaik, sehingga
diantara istri tidak berlebihan dalam mengekspresikan rasa cemburu yang ada.
Namun yang terpenting yaitu sikap yang meneduhkan hati serta membimbing istri
berfikir positif atas segala kejadian yang ada.
Sebenarnya apa sih
penyebab rasa cemburu itu?
Dikala rasa cemburu itu
tetap pada koredor syar'i yang ada serta berjalan seiring dengan ilmu yang
benar, sesungguhnya itu dimaklumi dalam tinjauan syar'i. Namun jika sudah
menjadi cemburu buta, ini disebabkan karena lemahnya iman yang kalahnya
syari'at dari nafsu yang ada. Dengan lemahnya iman dan kalahnya syari'at, maka
syaitan pun mulai bermain dengan memberikan profokasi yang akan menjadikan hati
tidak tenang dan menanamkan benih amarah.
Semoga kita bisa belajar
dari kehidupan para istri Rosululloh dalam menyikapi rasa cemburu yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa tinggalkan pesan, kritik dan sarannya.. Makasih ^_^