Di sebuah pusat kebugaran, seorang perempuan mendapat pertanyaan di
atas. Bukan hanya pertanyaan, ada gambar seorang perempuan yang sangat langsing
menyertainya. Ketika harus memilih, hewan apakah yang akan dipilihnya, menjadi
Paus ataukah Putri Duyung. Dengan cermat, perempuan tadi menjawab sebagai
berikut.
Saya dengan tegas akan memilih menjadi paus daripada putri duyung.
Paus memang besar secara tubuh, tapi ia bahagia secara jiwa karena dikelilingi
banyak teman seperti lumba-lumba, anjing laut dan manusia yang peduli padanya.
Paus memunyai pasangan dan melahirkan anak-anak serta membesarkan mereka dengan
penuh kelembutan.
Paus menikmati hidup dengan memberi hiburan bersama dengan
lumba-lumba. Mereka bisa pergi kemana saja mereka mau, menyusuri laut hingga ke
tempat jauh menyusuri samudera dan melintasi benua. Mereka makan sesuka hati
dan tidak takut gemuk. Kehidupan paus sangat bahagia, mereka bernyanyi dengan
merdu bahkan tak jarang manusia merekamnya dalam kaset atau CD. Paus adalah
sosok hewan yang menyenangkan. Banyak manusia yang membela bagi keberlangsungan
hidupnya bahkan juga mengaguminya.
Putri duyung, makhluk ini tak nyata. Bilapun ada, putri duyung akan
sibuk bertanya ke psikolog tentang jati diri mereka: apakah sosok perempuan
ataukah ikan? Sedihnya, mereka tak punya pasangan apalagi melahirkan anak.
Ya...mereka memang terlihat cantik tapi jiwa mereka hampa dan kesepian.
Lagipula, siapa orangnya yang suka berpasangan dengan perempuan tapi baunya
seperti ikan?
Jadi, tanpa ragu sedikit pun saya dengan tegas memutuskan untuk
menjadi paus daripada putri duyung. Meskipun media mencekoki pembacanya bahwa
langsing itu indah, saya lebih memilih makan es krim bersama dengan anak-anak,
makan malam bersama suami, makan, minum dan melewati waktu bersama teman-teman
yang menyayangiku.
Kami perempuan, berat badannya bertambah karena begitu banyak
kebijakan hidup dan pengetahuan yang harus ditanggung. Kepala kami tak cukup
memuat itu semua sehingga akhirnya semua nilai positif kehidupan itu tersebar
merata dalam tubuh kami. Kami perempuan tidak gemuk, hanya subur karena
mendapat perawatan yang maksimal. Setiap saat saya melihat tubuh ini di depan
cermin, tak lain dan tak bukan hanyalah rasa syukur yang ada: betapa indahnya
tubuh yang kupunyai ini.
---------------
Tulisan di atas saya dapatkan di sebuah kolom berbahasa Inggris yang
bahkan penulisnya pun tidak tahu siapa yang menuliskannya. Ada beberapa poin
yang bisa kita ambil untuk menjadi pembelajaran diri.
Poin pertama, bentuk tubuh seorang perempuan. Betapa perempuan
secara mayoritas mendambakan bentuk tubuh yang langsing. Ini bukan ada secara
tiba-tiba tapi media berperan besar dalam pembentukan persepsi bahwa perempuan
dengan tubuh indah itu adalah yang langsing. Diperkuat dengan berbagai kontes
kecantikan mulai level RT hingga dunia, semua sepakat bahwa yang berhak disebut
cantik adalah mereka yang langsing.
Tulisan ini memberi analogi yang cukup bagus antara paus dengan
putri duyung. Disertai alasan yang cukup masuk akal, menjadi sosok paus yang
berbadan besar bukanlah hal yang buruk ketika hidupnya bahagia dikelilingi
anak, suami dan teman yang mencintainya. Untuk apa bertubuh yang dianggap indah
seperti putri duyung ketika hidupnya hanya dipenuhi kesedihan dan kesepian.
Indah tapi tak ada yang peduli. Ia hanya untuk dilihat dari kejauhan tanpa ada
teman sejati menemani. Menyedihkan...
Poin kedua, cara menikmati hidup pada diri paus dan putri duyung.
Paus secara bebas tanpa peduli omongan pihak lain tentang tubuhnya yang besar,
menikmati hidup dengan gembira. Sebaliknya dengan putri duyung, seringkali ia
duduk di bebatuan dan bersedih karena tak ada satu teman pun dimilikinya. Ia
terjebak antara dua dunia, perempuan ataukah ikan. Sama dengan perempuan yang
diperbudak tubuh langsing. Ia susah melihat keindahan dunia dari segi lain
karena fokusnya hanya bentuk tubuhnya. Ia sangat ketakutan bila berat badannya
bertambah. Ia akhirnya menjadi sosok yang terjebak dalam dunia sempit akibat
terlalu percaya omongan media dan pihak lain tentang bentuk tubuhnya. Bagaimana
bisa bahagia perempuan dengan kondisi seperti ini?
Poin ketiga adalah rasa syukur. Ini adalah titik paling penting
dalam kehidupan seseorang khususnya perempuan. Rasa syukur ini berbagai macam
bentuknya. Sebagai muslim salah satu wujud syukur adalah ucapan hamdalah baik
dengan lisan maupun dengan hati. Bila rasa syukur ini betul-betul menjelma
dalam diri, maka ia akan mewujud dalam perbuatan. Raut muka yang selalu ceria,
perlakuan yang baik pada suami, anak dan lingkungan serta menjalani hidup
dengan penuh kedamaian. Rasa syukur yang adanya dalam jiwa ini membuat hidup
perempuan lebih indah untuk di nikmati dan di lewati bersama dengan orang-orang
terkasih. Insya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa tinggalkan pesan, kritik dan sarannya.. Makasih ^_^