Senin, 08 September 2014

Pilih Mana, Paus atau Putri Duyung?

Di sebuah pusat kebugaran, seorang perempuan mendapat pertanyaan di atas. Bukan hanya pertanyaan, ada gambar seorang perempuan yang sangat langsing menyertainya. Ketika harus memilih, hewan apakah yang akan dipilihnya, menjadi Paus ataukah Putri Duyung. Dengan cermat, perempuan tadi menjawab sebagai berikut.

Saya dengan tegas akan memilih menjadi paus daripada putri duyung. Paus memang besar secara tubuh, tapi ia bahagia secara jiwa karena dikelilingi banyak teman seperti lumba-lumba, anjing laut dan manusia yang peduli padanya. Paus memunyai pasangan dan melahirkan anak-anak serta membesarkan mereka dengan penuh kelembutan.

Paus menikmati hidup dengan memberi hiburan bersama dengan lumba-lumba. Mereka bisa pergi kemana saja mereka mau, menyusuri laut hingga ke tempat jauh menyusuri samudera dan melintasi benua. Mereka makan sesuka hati dan tidak takut gemuk. Kehidupan paus sangat bahagia, mereka bernyanyi dengan merdu bahkan tak jarang manusia merekamnya dalam kaset atau CD. Paus adalah sosok hewan yang menyenangkan. Banyak manusia yang membela bagi keberlangsungan hidupnya bahkan juga mengaguminya.

Putri duyung, makhluk ini tak nyata. Bilapun ada, putri duyung akan sibuk bertanya ke psikolog tentang jati diri mereka: apakah sosok perempuan ataukah ikan? Sedihnya, mereka tak punya pasangan apalagi melahirkan anak. Ya...mereka memang terlihat cantik tapi jiwa mereka hampa dan kesepian. Lagipula, siapa orangnya yang suka berpasangan dengan perempuan tapi baunya seperti ikan?

Jadi, tanpa ragu sedikit pun saya dengan tegas memutuskan untuk menjadi paus daripada putri duyung. Meskipun media mencekoki pembacanya bahwa langsing itu indah, saya lebih memilih makan es krim bersama dengan anak-anak, makan malam bersama suami, makan, minum dan melewati waktu bersama teman-teman yang menyayangiku.

Kami perempuan, berat badannya bertambah karena begitu banyak kebijakan hidup dan pengetahuan yang harus ditanggung. Kepala kami tak cukup memuat itu semua sehingga akhirnya semua nilai positif kehidupan itu tersebar merata dalam tubuh kami. Kami perempuan tidak gemuk, hanya subur karena mendapat perawatan yang maksimal. Setiap saat saya melihat tubuh ini di depan cermin, tak lain dan tak bukan hanyalah rasa syukur yang ada: betapa indahnya tubuh yang kupunyai ini.

---------------

Tulisan di atas saya dapatkan di sebuah kolom berbahasa Inggris yang bahkan penulisnya pun tidak tahu siapa yang menuliskannya. Ada beberapa poin yang bisa kita ambil untuk menjadi pembelajaran diri.

Poin pertama, bentuk tubuh seorang perempuan. Betapa perempuan secara mayoritas mendambakan bentuk tubuh yang langsing. Ini bukan ada secara tiba-tiba tapi media berperan besar dalam pembentukan persepsi bahwa perempuan dengan tubuh indah itu adalah yang langsing. Diperkuat dengan berbagai kontes kecantikan mulai level RT hingga dunia, semua sepakat bahwa yang berhak disebut cantik adalah mereka yang langsing.

Tulisan ini memberi analogi yang cukup bagus antara paus dengan putri duyung. Disertai alasan yang cukup masuk akal, menjadi sosok paus yang berbadan besar bukanlah hal yang buruk ketika hidupnya bahagia dikelilingi anak, suami dan teman yang mencintainya. Untuk apa bertubuh yang dianggap indah seperti putri duyung ketika hidupnya hanya dipenuhi kesedihan dan kesepian. Indah tapi tak ada yang peduli. Ia hanya untuk dilihat dari kejauhan tanpa ada teman sejati menemani. Menyedihkan...

Poin kedua, cara menikmati hidup pada diri paus dan putri duyung. Paus secara bebas tanpa peduli omongan pihak lain tentang tubuhnya yang besar, menikmati hidup dengan gembira. Sebaliknya dengan putri duyung, seringkali ia duduk di bebatuan dan bersedih karena tak ada satu teman pun dimilikinya. Ia terjebak antara dua dunia, perempuan ataukah ikan. Sama dengan perempuan yang diperbudak tubuh langsing. Ia susah melihat keindahan dunia dari segi lain karena fokusnya hanya bentuk tubuhnya. Ia sangat ketakutan bila berat badannya bertambah. Ia akhirnya menjadi sosok yang terjebak dalam dunia sempit akibat terlalu percaya omongan media dan pihak lain tentang bentuk tubuhnya. Bagaimana bisa bahagia perempuan dengan kondisi seperti ini?


Poin ketiga adalah rasa syukur. Ini adalah titik paling penting dalam kehidupan seseorang khususnya perempuan. Rasa syukur ini berbagai macam bentuknya. Sebagai muslim salah satu wujud syukur adalah ucapan hamdalah baik dengan lisan maupun dengan hati. Bila rasa syukur ini betul-betul menjelma dalam diri, maka ia akan mewujud dalam perbuatan. Raut muka yang selalu ceria, perlakuan yang baik pada suami, anak dan lingkungan serta menjalani hidup dengan penuh kedamaian. Rasa syukur yang adanya dalam jiwa ini membuat hidup perempuan lebih indah untuk di nikmati dan di lewati bersama dengan orang-orang terkasih. Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa tinggalkan pesan, kritik dan sarannya.. Makasih ^_^

Senin, 08 September 2014

Pilih Mana, Paus atau Putri Duyung?

Di sebuah pusat kebugaran, seorang perempuan mendapat pertanyaan di atas. Bukan hanya pertanyaan, ada gambar seorang perempuan yang sangat langsing menyertainya. Ketika harus memilih, hewan apakah yang akan dipilihnya, menjadi Paus ataukah Putri Duyung. Dengan cermat, perempuan tadi menjawab sebagai berikut.

Saya dengan tegas akan memilih menjadi paus daripada putri duyung. Paus memang besar secara tubuh, tapi ia bahagia secara jiwa karena dikelilingi banyak teman seperti lumba-lumba, anjing laut dan manusia yang peduli padanya. Paus memunyai pasangan dan melahirkan anak-anak serta membesarkan mereka dengan penuh kelembutan.

Paus menikmati hidup dengan memberi hiburan bersama dengan lumba-lumba. Mereka bisa pergi kemana saja mereka mau, menyusuri laut hingga ke tempat jauh menyusuri samudera dan melintasi benua. Mereka makan sesuka hati dan tidak takut gemuk. Kehidupan paus sangat bahagia, mereka bernyanyi dengan merdu bahkan tak jarang manusia merekamnya dalam kaset atau CD. Paus adalah sosok hewan yang menyenangkan. Banyak manusia yang membela bagi keberlangsungan hidupnya bahkan juga mengaguminya.

Putri duyung, makhluk ini tak nyata. Bilapun ada, putri duyung akan sibuk bertanya ke psikolog tentang jati diri mereka: apakah sosok perempuan ataukah ikan? Sedihnya, mereka tak punya pasangan apalagi melahirkan anak. Ya...mereka memang terlihat cantik tapi jiwa mereka hampa dan kesepian. Lagipula, siapa orangnya yang suka berpasangan dengan perempuan tapi baunya seperti ikan?

Jadi, tanpa ragu sedikit pun saya dengan tegas memutuskan untuk menjadi paus daripada putri duyung. Meskipun media mencekoki pembacanya bahwa langsing itu indah, saya lebih memilih makan es krim bersama dengan anak-anak, makan malam bersama suami, makan, minum dan melewati waktu bersama teman-teman yang menyayangiku.

Kami perempuan, berat badannya bertambah karena begitu banyak kebijakan hidup dan pengetahuan yang harus ditanggung. Kepala kami tak cukup memuat itu semua sehingga akhirnya semua nilai positif kehidupan itu tersebar merata dalam tubuh kami. Kami perempuan tidak gemuk, hanya subur karena mendapat perawatan yang maksimal. Setiap saat saya melihat tubuh ini di depan cermin, tak lain dan tak bukan hanyalah rasa syukur yang ada: betapa indahnya tubuh yang kupunyai ini.

---------------

Tulisan di atas saya dapatkan di sebuah kolom berbahasa Inggris yang bahkan penulisnya pun tidak tahu siapa yang menuliskannya. Ada beberapa poin yang bisa kita ambil untuk menjadi pembelajaran diri.

Poin pertama, bentuk tubuh seorang perempuan. Betapa perempuan secara mayoritas mendambakan bentuk tubuh yang langsing. Ini bukan ada secara tiba-tiba tapi media berperan besar dalam pembentukan persepsi bahwa perempuan dengan tubuh indah itu adalah yang langsing. Diperkuat dengan berbagai kontes kecantikan mulai level RT hingga dunia, semua sepakat bahwa yang berhak disebut cantik adalah mereka yang langsing.

Tulisan ini memberi analogi yang cukup bagus antara paus dengan putri duyung. Disertai alasan yang cukup masuk akal, menjadi sosok paus yang berbadan besar bukanlah hal yang buruk ketika hidupnya bahagia dikelilingi anak, suami dan teman yang mencintainya. Untuk apa bertubuh yang dianggap indah seperti putri duyung ketika hidupnya hanya dipenuhi kesedihan dan kesepian. Indah tapi tak ada yang peduli. Ia hanya untuk dilihat dari kejauhan tanpa ada teman sejati menemani. Menyedihkan...

Poin kedua, cara menikmati hidup pada diri paus dan putri duyung. Paus secara bebas tanpa peduli omongan pihak lain tentang tubuhnya yang besar, menikmati hidup dengan gembira. Sebaliknya dengan putri duyung, seringkali ia duduk di bebatuan dan bersedih karena tak ada satu teman pun dimilikinya. Ia terjebak antara dua dunia, perempuan ataukah ikan. Sama dengan perempuan yang diperbudak tubuh langsing. Ia susah melihat keindahan dunia dari segi lain karena fokusnya hanya bentuk tubuhnya. Ia sangat ketakutan bila berat badannya bertambah. Ia akhirnya menjadi sosok yang terjebak dalam dunia sempit akibat terlalu percaya omongan media dan pihak lain tentang bentuk tubuhnya. Bagaimana bisa bahagia perempuan dengan kondisi seperti ini?


Poin ketiga adalah rasa syukur. Ini adalah titik paling penting dalam kehidupan seseorang khususnya perempuan. Rasa syukur ini berbagai macam bentuknya. Sebagai muslim salah satu wujud syukur adalah ucapan hamdalah baik dengan lisan maupun dengan hati. Bila rasa syukur ini betul-betul menjelma dalam diri, maka ia akan mewujud dalam perbuatan. Raut muka yang selalu ceria, perlakuan yang baik pada suami, anak dan lingkungan serta menjalani hidup dengan penuh kedamaian. Rasa syukur yang adanya dalam jiwa ini membuat hidup perempuan lebih indah untuk di nikmati dan di lewati bersama dengan orang-orang terkasih. Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa tinggalkan pesan, kritik dan sarannya.. Makasih ^_^