Allah
memiliki nama dan sifat yang sempurna dan mulia. Allah itu Al Hayyu (Maha
Hidup), kekal abadi sehingga jika seseorang bertawakkal pada-Nya, maka tentu ia
bertawakkal pada Dzat yang Maha Sempurna. Berbeda jika ia bertawakkal pada
makhluk (jin atau manusia). Makhluk tentu saja memiliki sifat kekurangan dan
mereka tidak kekal abadi. Sehingga tawakkal kepada mereka tentu jadi sia-sia
bahkan bisa membawa kepada kesyirikan.
Ada hadits
yang bisa jadi renungan di mala mini yaitu mengenai do’a yang diajarkan kepada
kita di mana do’a ini berisi permintaan pada Allah agar dilindungi dari
kesesatan dan lainnya.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ
النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَقُولُ « أَعُوذُ بِعِزَّتِكَ الَّذِى
لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ ، الَّذِى لاَ يَمُوتُ وَالْجِنُّ وَالإِنْسُ يَمُوتُونَ
»
Dari Ibnu
‘Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdo’a
(pada Allah), “Aku berlindung pada-Mu dengan kemuliaan-Mu yang
tidak ada ilah (sesembahan) selain Engkau di mana Engkau tidaklah mati
sedangkann jin dan manusia itu mati.” (HR. Bukhari no. 7383).
Bukhari
membawakan hadits di atas dalam bab,
باب قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى (
وَهْوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ) ( سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ ) (
وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ )
“Bab
firman Allah Ta’ala (yang artinya): Dan Dia-lah Rabb Yang Maha Kuasa lagi Maha
Bijaksana, Maha Suci Rabbmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka
katakan, Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya.”
Hadits di
atas adalah potongan hadits yang amat panjang yang berisi tentang bagaimana
seorang seharusnya menghadap Allah, juga berisi bagaimana seorang hamba dalam
bertawassul yaitu dengan islam dan iman. Hadits ini juga mengajarkan
tentang bagaimana seseorang bertawakkal dan menyandarkan diri pada Allah.
Lafazh
hadits di atas dalam riwayat Muslim,
اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ
وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِعِزَّتِكَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَنْ تُضِلَّنِى
أَنْتَ الْحَىُّ الَّذِى لاَ يَمُوتُ وَالْجِنُّ وَالإِنْسُ يَمُوتُونَ
“Allahumma
laka aslamtu wa bika amantu wa ‘alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika
khoshomtu. Allahumma inni a’udzu bi ‘izzatika laa ilaha illa anta an
tudhillanii. Antal hayyu alladzi laa yamuut wal jinnu wal insu yamuutun” [Ya
Allah, aku berserah diri pada-Mu, aku beriman pada-Mu, aku bertawakkal pada-Mu,
aku bertaubat pada-Mu, dan aku mengadukan urusanku pada-Mu. Ya Allah,
sesungguhnya aku berlindung dengan kemuliaan-Mu, tidak ada ilah selain Engkau
yang bisa menyesatkanku. Engkau Maha Hidup dan tidak mati sedangkan jin dan
manusia mati] (HR.
Muslim no. 2717)
Beberapa faedah dari hadits di atas:
1. Bolehnya tawassul
(menjadikan sesuatu sebagai perantara) dalam do’a dengan iman dan amalan sholih
di mana amalan yang utama adalah amalan hati berupa tawakkal pada Allah
dan khudhu’ (tunduk dan patuh).
2. Segala urusan atas
kuasa Allah. Tidak ada kuasa bagi hamba terhadap sesuatu selain melalui kuasa
Allah.
3. Di antara bentuk Islam dan
Iman adalah bertawakkal pada Allah (menyerahkan seluruh urusan pada Allah
disertai melakukan sebab atau usaha).
4. Tawakkal pada Allah dan
bertakwa pada-Nya adalah sebab datangnya pertolongan.
5. Allah memiliki sifat ‘izzah (kemuliaan)
dan yang dimaksud ‘izzah adalah kekuatan dan menang atas yang
lainnya serta Allah bersendirian dalam kesempurnaan.
6. Dibolehkannya isti’adzah (meminta
perlindungan pada Allah) dengan ‘izzah-Nya (kemuliaan-Nya). Dan beristi’adzah
(meminta perlindungan) dengan kemuliaan Allah adalah di antara bentuk tawassul
melalui sifat Allah yang mulia. Dan bukanlah yang dimaksud
kita berdo’a meminta pada sifat Allah. Jadi tidaklahdimaksud di
sini seseorang boleh berdoa dengan mengatakan, “Ya ‘izzatallah, a’idznii
[Wahai kemuliaan Allah, lindungilah aku]”. Tetapi kita berdo’a dengan
mengatakan, “Allahumma bi ‘izzatika [Ya Allah, dengan kemuliaan-Mu]”.
7. Dibolehkannya tawassul
pada Allah dengan sifat ilahiyah dan mentauhidkan-Nya.
8. Allah menyesatkan siapa
saja sesuai kehendak-Nya dan melindungi siapa saja dari kesesatan. Oleh karena
itu, kita dituntut meminta perlindungan pada Allah agar tidak terjerumus dalam
kesesatan.
9. Allah memiliki sifat kuasa
(al qodr).
10. Dibolehkannya meminta
perlindungan pada Allah dari kesesatan. Ini sama halnya kita meminta
perlindungan dengan ridho Allah dari murka-Nya dan meminta maaf-Nya dari
siksa-Nya.
11. Allah memiliki nama “al
hayyu”, yaitu Maha Hidup.
12. Jin itu ada, dan mereka
bisa hidup dan bisa mati.
13. Kehidupan bagi jin dan
manusia berbeda dengan sifat hidupnya Allah. Jin dan manusia memiliki
kekurangan dalam sifat hidup karena mereka pasti akan mati. Sedangkan Allah
kekal abadi.
14. Tawakkal hanya boleh
ditujukan pada Allah dan tidak boleh pada selain-Nya karena Allah Maha Hidup
dan tidak mati.
15. Tidak boleh kita
bertawakkal pada jin dan manusia karena mereka tidak kekal abadi dan pasti akan
mati, berbeda dengan Allah yang kekal abadi dan memiliki sifat kesempurnaan
yang tidak mengandung cacat sedikit pun.
֎֎֎
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa tinggalkan pesan, kritik dan sarannya.. Makasih ^_^