Sabtu, 03 Januari 2015

Faedah Tauhid (7), Allah Yang Maha Pengampun

Satu hadits lagi mengenai faedah tauhid yang bisa kita renungkan. Hadits ini membicarakan tentang luasnya ampunan Allah bagi hamba yang penuh dosa. Ketika ia mengakui Allah itu Maha Pengampun dan akan mengampuni setiap dosa, Dia pun akan menerima dan memaafkan dosa hamba tersebut.

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« إِنَّ عَبْدًا أَصَابَ ذَنْبًا – وَرُبَّمَا قَالَ أَذْنَبَ ذَنْبًا – فَقَالَ رَبِّ أَذْنَبْتُ – وَرُبَّمَا قَالَ أَصَبْتُ – فَاغْفِرْ لِى فَقَالَ رَبُّهُ أَعَلِمَ عَبْدِى أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ غَفَرْتُ لِعَبْدِى . ثُمَّ مَكَثَ مَا شَاءَ اللَّهُ ، ثُمَّ أَصَابَ ذَنْبًا أَوْ أَذْنَبَ ذَنْبًا ، فَقَالَ رَبِّ أَذْنَبْتُ – أَوْ أَصَبْتُ – آخَرَ فَاغْفِرْهُ . فَقَالَ أَعَلِمَ عَبْدِى أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ غَفَرْتُ لِعَبْدِى ، ثُمَّ مَكَثَ مَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ أَذْنَبَ ذَنْبًا – وَرُبَّمَا قَالَ أَصَابَ ذَنْبًا – قَالَ قَالَ رَبِّ أَصَبْتُ – أَوْ أَذْنَبْتُ – آخَرَ فَاغْفِرْهُ لِى . فَقَالَ أَعَلِمَ عَبْدِى أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ غَفَرْتُ لِعَبْدِى – ثَلاَثًا – فَلْيَعْمَلْ مَا شَاءَ »

“Sesungguhnya ada seorang hamba yang terjerumus dalam dosa (berbuat dosa), lalu ia berkata, “Wahai Rabbku, aku telah terjerumus dalam dosa (berbuat dosa), ampunilah aku.” Rabbnya menjawab, “Apakah hamba-Ku mengetahui bahwa ia memiliki Rabb Yang Maha Mengampuni dosa dan akan menyiksa hamba-Nya? Ketahuilah, Aku telah mengampuninya.” Kemudian ia berhenti sesuai yang Allah kehendaki. Lalu ia terjerumus lagi ke dalam dosa (berbuat dosa). Lalu ia berkata, “Wahai Rabbku, aku telah terjerumus dalam dosa (berbuat dosa) yang lain, ampunilah aku.” Rabbnya menjawab, “Apakah hamba-Ku mengetahui bahwa ia memiliki Rabb Yang Maha Mengampuni dosa dan akan menyiksa hamba-Nya? Ketahuilah, Aku telah mengampuninya.” Kemudian ia berhenti sesuai yang Allah kehendaki. Lalu ia terjerumus lagi ke dalam dosa (berbuat dosa). Lalu ia berkata, “Wahai Rabbku, aku telah terjerumus dalam dosa (berbuat dosa) yang lain, ampunilah aku.” Rabbnya menjawab, “Apakah hamba-Ku mengetahui bahwa ia memiliki Rabb Yang Maha Mengampuni dosa dan akan menyiksa hamba-Nya? Ketahuilah, Aku telah mengampuninya.” Ini disebut tiga kali. Rabb menambahkan, “Lakukanlah semau dia.” (HR. Bukhari no. 7507 dan Muslim no. 2758).

Penjelasan:
Hadits ini adalah hadits qudsi dan merupakan hadits yang mulia. Hadits ini adalah di antara dalil yang menunjukkan keutamaan besar dari istighfar atau memohon ampun pada Allah, juga menunjukkan agung dan mulianya Allah Ta’ala. Hadits ini berisi penjelasan nama Allah ‘al ghofuur’ dan ‘al ghofaar’. Hadits ini juga berisi penjelasan pentingnya husnu zhon (berprasangka baik) pada Allah dan mulianya rasa harap pada Allah.
Hadits tersebut berisi beberapa faedah:
1. Salah satu perkara ghoib yang Allah tampakkan pada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah keadaan amalan yang dimiliki sebagian hamba.

2. Hadits ini berisi penetapan adanya ‘ubudiyyah khusus (bentuk ibadah yang khusus pada Allah).

3. Hamba Allah yang sholih sekalipun bisa saja terjerumus dalam beberapa dosa. Akan tetapi ia tidak terus menerus melakukan dosa tersebut.

4. Seorang mukmin walau dia seorang yang sholeh sekalipun bisa saja terjerumus dalam dosa dan ia tidaklah ma’shum (selamat dari kesalahan).

5. Mengakui setiap dosa menunjukkan taubat dan memohon ampunan pada Allah (istighfar).

6. Hadits ini menunjukkan keutamaan berilmu tentang Allah dan mengetahui nama serta sifat-Nya yang mulia karena dalam hadits disebutkan, “Apakah hamba-Ku mengetahui bahwa ia memiliki Rabb Yang Maha Mengampuni dosa dan akan menyiksa hamba-Nya.

7. Keutamaan istighfar (memohon ampunan Allah). Jika istighfar diiringi dengan taubat, itu akan lebih menyempurnakan ampunan dari Allah. Namun jika tidak diiringi taubat, namun diiringi dengan kejujuran dalam memohon ampun pada Allah, maka itu kembali pada Allah. Jika Allah berkehendak, Dia akan mengampuni dosa hamba-Nya. Jika Allah berkehendak, Dia akan menyiksanya.

8. Sesungguhnya Allah mengampuni siapa saja yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa saja yang Dia kehendaki.

9. Bukanlah syarat taubat, seorang hamba tidak boleh kembali pada dosa yang telah diperbuat. Namun syaratnya adalah jika ia ternyata kembali berbuat dosa, ia harus bertaubat.

10. Siapa yang jujur dalam taubat dan istighfarnya, maka Allah pasti akan mengampuni dosanya walau ia berbuat dosa berulang dan kembali berulang.

11. Hadits ini menunjukkan bahwa Allah berbicara.

12. Lafazh hadits yang menyebutkan, “Lakukanlah semau dia”, ini adalah janji dari Allah berupa ampunan ketika seorang hamba bertaubat. Dan hadits ini bukanlah izin untuk mengulangi dosa lagi. Oleh karenanya, tetap harus hati-hati dalam berbuat dosa supaya mendapatkan ampunan Allah. Karena setiap hamba tidaklah tahu kapan ia bisa beristighfar dan bertaubat lagi. Boleh jadi ia tidak sempat melakukannya karena maut ternyata lebih dulu menghampiri.

13. Hadits ini menunjukkan bahwa Allah berkehendak.

֎֎֎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa tinggalkan pesan, kritik dan sarannya.. Makasih ^_^

Sabtu, 03 Januari 2015

Faedah Tauhid (7), Allah Yang Maha Pengampun

Satu hadits lagi mengenai faedah tauhid yang bisa kita renungkan. Hadits ini membicarakan tentang luasnya ampunan Allah bagi hamba yang penuh dosa. Ketika ia mengakui Allah itu Maha Pengampun dan akan mengampuni setiap dosa, Dia pun akan menerima dan memaafkan dosa hamba tersebut.

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« إِنَّ عَبْدًا أَصَابَ ذَنْبًا – وَرُبَّمَا قَالَ أَذْنَبَ ذَنْبًا – فَقَالَ رَبِّ أَذْنَبْتُ – وَرُبَّمَا قَالَ أَصَبْتُ – فَاغْفِرْ لِى فَقَالَ رَبُّهُ أَعَلِمَ عَبْدِى أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ غَفَرْتُ لِعَبْدِى . ثُمَّ مَكَثَ مَا شَاءَ اللَّهُ ، ثُمَّ أَصَابَ ذَنْبًا أَوْ أَذْنَبَ ذَنْبًا ، فَقَالَ رَبِّ أَذْنَبْتُ – أَوْ أَصَبْتُ – آخَرَ فَاغْفِرْهُ . فَقَالَ أَعَلِمَ عَبْدِى أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ غَفَرْتُ لِعَبْدِى ، ثُمَّ مَكَثَ مَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ أَذْنَبَ ذَنْبًا – وَرُبَّمَا قَالَ أَصَابَ ذَنْبًا – قَالَ قَالَ رَبِّ أَصَبْتُ – أَوْ أَذْنَبْتُ – آخَرَ فَاغْفِرْهُ لِى . فَقَالَ أَعَلِمَ عَبْدِى أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ غَفَرْتُ لِعَبْدِى – ثَلاَثًا – فَلْيَعْمَلْ مَا شَاءَ »

“Sesungguhnya ada seorang hamba yang terjerumus dalam dosa (berbuat dosa), lalu ia berkata, “Wahai Rabbku, aku telah terjerumus dalam dosa (berbuat dosa), ampunilah aku.” Rabbnya menjawab, “Apakah hamba-Ku mengetahui bahwa ia memiliki Rabb Yang Maha Mengampuni dosa dan akan menyiksa hamba-Nya? Ketahuilah, Aku telah mengampuninya.” Kemudian ia berhenti sesuai yang Allah kehendaki. Lalu ia terjerumus lagi ke dalam dosa (berbuat dosa). Lalu ia berkata, “Wahai Rabbku, aku telah terjerumus dalam dosa (berbuat dosa) yang lain, ampunilah aku.” Rabbnya menjawab, “Apakah hamba-Ku mengetahui bahwa ia memiliki Rabb Yang Maha Mengampuni dosa dan akan menyiksa hamba-Nya? Ketahuilah, Aku telah mengampuninya.” Kemudian ia berhenti sesuai yang Allah kehendaki. Lalu ia terjerumus lagi ke dalam dosa (berbuat dosa). Lalu ia berkata, “Wahai Rabbku, aku telah terjerumus dalam dosa (berbuat dosa) yang lain, ampunilah aku.” Rabbnya menjawab, “Apakah hamba-Ku mengetahui bahwa ia memiliki Rabb Yang Maha Mengampuni dosa dan akan menyiksa hamba-Nya? Ketahuilah, Aku telah mengampuninya.” Ini disebut tiga kali. Rabb menambahkan, “Lakukanlah semau dia.” (HR. Bukhari no. 7507 dan Muslim no. 2758).

Penjelasan:
Hadits ini adalah hadits qudsi dan merupakan hadits yang mulia. Hadits ini adalah di antara dalil yang menunjukkan keutamaan besar dari istighfar atau memohon ampun pada Allah, juga menunjukkan agung dan mulianya Allah Ta’ala. Hadits ini berisi penjelasan nama Allah ‘al ghofuur’ dan ‘al ghofaar’. Hadits ini juga berisi penjelasan pentingnya husnu zhon (berprasangka baik) pada Allah dan mulianya rasa harap pada Allah.
Hadits tersebut berisi beberapa faedah:
1. Salah satu perkara ghoib yang Allah tampakkan pada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah keadaan amalan yang dimiliki sebagian hamba.

2. Hadits ini berisi penetapan adanya ‘ubudiyyah khusus (bentuk ibadah yang khusus pada Allah).

3. Hamba Allah yang sholih sekalipun bisa saja terjerumus dalam beberapa dosa. Akan tetapi ia tidak terus menerus melakukan dosa tersebut.

4. Seorang mukmin walau dia seorang yang sholeh sekalipun bisa saja terjerumus dalam dosa dan ia tidaklah ma’shum (selamat dari kesalahan).

5. Mengakui setiap dosa menunjukkan taubat dan memohon ampunan pada Allah (istighfar).

6. Hadits ini menunjukkan keutamaan berilmu tentang Allah dan mengetahui nama serta sifat-Nya yang mulia karena dalam hadits disebutkan, “Apakah hamba-Ku mengetahui bahwa ia memiliki Rabb Yang Maha Mengampuni dosa dan akan menyiksa hamba-Nya.

7. Keutamaan istighfar (memohon ampunan Allah). Jika istighfar diiringi dengan taubat, itu akan lebih menyempurnakan ampunan dari Allah. Namun jika tidak diiringi taubat, namun diiringi dengan kejujuran dalam memohon ampun pada Allah, maka itu kembali pada Allah. Jika Allah berkehendak, Dia akan mengampuni dosa hamba-Nya. Jika Allah berkehendak, Dia akan menyiksanya.

8. Sesungguhnya Allah mengampuni siapa saja yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa saja yang Dia kehendaki.

9. Bukanlah syarat taubat, seorang hamba tidak boleh kembali pada dosa yang telah diperbuat. Namun syaratnya adalah jika ia ternyata kembali berbuat dosa, ia harus bertaubat.

10. Siapa yang jujur dalam taubat dan istighfarnya, maka Allah pasti akan mengampuni dosanya walau ia berbuat dosa berulang dan kembali berulang.

11. Hadits ini menunjukkan bahwa Allah berbicara.

12. Lafazh hadits yang menyebutkan, “Lakukanlah semau dia”, ini adalah janji dari Allah berupa ampunan ketika seorang hamba bertaubat. Dan hadits ini bukanlah izin untuk mengulangi dosa lagi. Oleh karenanya, tetap harus hati-hati dalam berbuat dosa supaya mendapatkan ampunan Allah. Karena setiap hamba tidaklah tahu kapan ia bisa beristighfar dan bertaubat lagi. Boleh jadi ia tidak sempat melakukannya karena maut ternyata lebih dulu menghampiri.

13. Hadits ini menunjukkan bahwa Allah berkehendak.

֎֎֎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa tinggalkan pesan, kritik dan sarannya.. Makasih ^_^