“Dalam hadits ini, terdapat peringatan bahwa orang yang paling tinggi
kebaikannya dan yang paling berhak untuk disifati dengan kebaikan adalah
orang yang paling baik akhlaknya terhadap istrinya. Karena, istri
adalah orang yang berhak untuk mendapatkan perlakuan yang mulia,
akhlak yang baik, perbuatan yang baik, pemberian manfaat dan penolakan
mudharat.
Jika seorang pria bersikap demikian maka ia adalah orang yang paling baik, namun jika sebaliknya maka ia telah berada di sisi yang lain, yaitu sisi keburukan. Banyak orang yang terjatuh ke dalam kesalahan ini. Inilah penjelasan Muhammad bin Ali Asy-Syaukani dari hadits di gambar tulisan ini.
Engkau melihat seorang pria yang jika bertemu dengan istrinya maka ia adalah orang yang paling buruk akhlaknya, pelit, dan sedikit kebaikannya. Namun, jika ia bertemu dengan orang lain, ia akan bersikap lemah lembut, berakhlak mulia, hilang rasa pelitnya, dan banyak kebaikan yang dilakukannya. Tak diragukan lagi, barangsiapa demikian akhlaknya, ia telah terhalang dari petunjuk Allah dan telah menyimpang dari jalan yang lurus. Kita memohon keselamatan kepada Allah.”
Karena kita ingin menjadi yang terbaik, kita harus berusaha untuk selalu tersenyum. Sering-seringlah mengucapkan terima kasih kepada istri. Kalau salah jangan sungkan meminta maaf. Bicaralah dengan kalimat yang santun. Berikan pujian yang bisa memberi semangat. Lakukan yang terbaik untuk membahagiakan hatinya. Semuanya insya Allah bernilai kebaikan di mata Allah. Bahkan, bercanda dengannya akan dinilai sebagai kebaikan di sisi-Nya.
Rasulullah bersabda, “ Segala sesuatu selain zikrullah adalah permainan dan kesia-siaan, kecuali empat hal, yaitu seorang suami yang mencandai istrinya, seseorang yang melatih kudanya, seseorang yang berjalan menuju dua sasaran (memanah), dan seseorang yang berlatih renang.”(HR. AnNasa`i)
Bagaimana kita ingin ibu kita diperlakukan dengan baik oleh ayah kita, seperti itulah hendaknya kita memperlakukan istri kita.
Bagaimana kita ingin kelak suami putri kita berakhlak mulia kepadanya, seperti itulah hendaknya kita berakhlak mulia kepada istri kita.
Memperlakukan bidadari kita dengan akhlak yang baik, untuk hal yang kita senangi, dan kita berusaha memperlakukannya dengan akhlak yang baik pula untuk hal yang tidak kita senangi. Di sinilah tantangannya.
Dalam Surat An-Nisa`, Allah berpesan, “Bergaullah dengan istri-istri kalian secara patut. Bila kalian tidak menyukai mereka maka bersabarlah, karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”(QS. An-Nisa`: 19)
Karenanya, BUAT para calon suami, bersabarlah! Jangan membenci istrimu, meski ada satu atau dua sikap dan ucapannya yang membuatmu tidak senang. Kalau masakan istrimu terlalu asin, jangan lantas membencinya. Bukankah senyumannya selalu meneduhkanmu? Bukankah dia telah menjaga dan merawat anak-anakmu? Jika ada satu atau dua sifat istrimu yang kurang pas, jangan pula membencinya.
Bukankah banyak kebaikan-kebaikan yang sudah diberikannya untukmu? Ingat-ingatlah saat ta’aruf dulu, apa sifat dan kebaikannya yang membuatmu memilihnya? Bukankah itu
lebih besar nilainya dibanding secuil sifat yang tak kau sukai?
Engkau para calon suami, Rasulullah juga berpesan untukmu, “Janganlah seorang Mukmin membenci seorang Mukminah. Jika ia tidak suka satu perangainya maka (bisa jadi) ia ridha dengan perangainya yang lain,” (HR. Muslim).
Jika sifat istrimu yang tak kau suka itu melanggar syariat atau tidak baik di mata Islam maka kewajibanmulah memberinya pengertian.
Ibnu Abbas berkata, “Berikanlah pengetahuan agama kepada mereka (istri dan anak) dan
berikanlah pelajaran budi pekerti yang bagus kepada mereka…”
Berusahalah memperbaiki akhlaknya dengan cara yang lembut. Dengan keteladanan. Dengan kasih sayang.
Perhatikanlah hal ini wahai suami dan calon suami...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa tinggalkan pesan, kritik dan sarannya.. Makasih ^_^