Mungkin
sebagian orang menganggap cukup dengan amalan-amalan wajib. Amalan sunnah yah
kadang saja dilakukan, jika ada waktu, atau lagi “mood“. Inilah
anggapan sebagian orang awam. Namun sebenarnya jika kita meneliti apa yang
diberitahukan oleh Allah dan Rasul-Nya, sungguh amalan sunnah memiliki
keistimewaan yang luar biasa yang bisa mendukung sempurnanya amalan wajib yang
kita lakukan.Silakan simak dalam artikel ringkas berikut ini mengenai keutamaan
amalan sunnah.
Pertama:
Menggapai wali Allah yang terdepan
Orang yang
rajin mengamalkan amalan sunnah, maka ia akan menjadi wali Allah yang istimewa.
Lalu apa yang dimaksud wali Allah?
Allah Ta’ala berfirman,
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ
اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آَمَنُوا
وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63)
“Ingatlah,
sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka
selalu bertakwa.” (QS. Yunus: 62-63)
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
فَكُلُّ مَنْ كَانَ مُؤْمِنًا
تَقِيًّا كَانَ لِلَّهِ وَلِيًّا
“Setiap
orang mukmin (beriman) dan bertakwa, maka dialah wali Allah.” Jadi
wali Allah bukanlah orang yang memiliki ilmu sakti, bisa terbang, memakai
tasbih dan surban. Namun yang dimaksud wali Allah sebagaimana yang disebutkan
oleh Allah sendiri dalam surat Yunus di atas. “Syarat disebut wali Allah
adalah beriman dan bertakwa”. Jadi jika orang-orang yang disebut wali malah
orang yang tidak shalat dan gemar maksiat, maka itu bukanlah wali. Kalau mau
disebut wali, maka pantasnya dia disebut wali setan.
Perlu
diketahui bahwa wali Allah ada dua macam: [1] As Saabiquun Al
Muqorrobun (wali Allah terdepan) dan [2] Al Abror Ash-habul
yamin (wali Allah pertengahan).
As
saabiquun al muqorrobun adalah hamba Allah yang selalu mendekatkan diri pada Allah
dengan amalan sunnah di samping melakukan yang wajib serta dia meninggalkan
yang haram sekaligus yang makruh.
Al Abror
ash-habul yamin adalah
hamba Allah yang hanya mendekatkan diri pada Allah dengan amalan yang wajib dan
meninggalkan yang haram, ia tidak membebani dirinya dengan amalan sunnah dan
tidak menahan diri dari berlebihan dalam yang mubah.
Mereka
inilah yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,
إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ
(1) لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ (2) خَافِضَةٌ رَافِعَةٌ (3) إِذَا رُجَّتِ
الْأَرْضُ رَجًّا (4) وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا (5) فَكَانَتْ هَبَاءً
مُنْبَثًّا (6) وَكُنْتُمْ أَزْوَاجًا ثَلَاثَةً (7) فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ
مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ (8) وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ
الْمَشْأَمَةِ (9) وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ (10) أُولَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ
(11) فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (12) ثُلَّةٌ مِنَ الْأَوَّلِينَ (13) وَقَلِيلٌ
مِنَ الْآَخِرِينَ (14)
“Apabila
terjadi hari kiamat, tidak seorangpun dapat berdusta tentang
kejadiannya. (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan
(golongan yang lain), apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan
gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya, maka jadilah ia debu
yang beterbangan, dan kamu menjadi tiga golongan. Yaitu golongan kanan.
Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya
golongan kiri itu. Dan orang-orang yang beriman paling dahulu. Mereka
itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan.
Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil
dari orang-orang yang kemudian.” (QS. Al Waqi’ah: 1-14)
Kedua:
Melengkapi Kekurangan pada Amalan Wajib
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ
النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلاَةُ قَالَ يَقُولُ
رَبُّنَا جَلَّ وَعَزَّ لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ انْظُرُوا فِى صَلاَةِ
عَبْدِى أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ
تَامَّةً وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا قَالَ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِى
مِنْ تَطَوُّعٍ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ أَتِمُّوا لِعَبْدِى
فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ
“Sesungguhnya
amalan yang pertama kali dihisab pada manusia di hari kiamat nanti adalah
shalat. Allah ‘azza wa jalla berkata kepada malaikat-Nya dan Dia-lah yang lebih
tahu, “Lihatlah pada shalat hamba-Ku. Apakah shalatnya sempurna ataukah tidak?
Jika shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun
jika dalam shalatnya ada sedikit kekurangan, maka Allah berfirman: Lihatlah,
apakah hamba-Ku memiliki amalan sunnah. Jika hamba-Ku memiliki amalan sunnah,
Allah berfirman: sempurnakanlah kekurangan yang ada pada amalan wajib
dengan amalan sunnahnya.” Kemudian amalan lainnya akan diperlakukan seperti ini.”
Hadits ini
pertanda bahwa amalan sunnah (seperti puasa sunnah) bisa menyempurnakan
kekurangan yang ada pada puasa wajib sebagaimana halnya shalat. Oleh karena
itu, jika kita merasa ada kekurangan dalam amalan wajib, maka perbanyaklah
amalan sunnah.
Ketiga:
Allah akan beri petunjuk pada pendengaran, penglihatan, kaki dan tangannya,
serta doanya pun mustajab
Dari Abu
Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِى وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ
“Allah
Ta’ala berfirman: Barangsiapa memerangi wali (kekasih)-Ku, maka Aku akan
memeranginya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib
yang Kucintai. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan
amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah
mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan
untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk
melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang,
memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon
sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan,
pasti Aku akan melindunginya.”
Orang yang
senantiasa melakukan amalan sunnah (mustahab) di samping melakukan amalan
wajib, akan mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk pada
pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya. Allah juga akan memberikan orang
seperti ini keutamaan dengan mustajabnya do’a.
֎֎֎
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa tinggalkan pesan, kritik dan sarannya.. Makasih ^_^